JAKARTA — Presiden RI ke tiga, Bacharudin Jusuf Habibie, meninggal dunia pada Rabu (10/9) pukul 18.05 WIB. Semasa hidupnya, sosok yang karip disapa ‘eyang’ dikenal sebagai ahli di bidang kedirgantaraan.
Dikutip dari CNN Indonesia, setelah merampungkan studi di Institut Teknologi Rhine-Westphalia Utara di Aachen, Jerman, Habibie melanjutkan kariernya sebagai peneliti di bidang kedirgantaraan.
Salah satu penemuan penting yang membuat sosoknya diperhitungkan di tengah ahli kedirgantaraan Jerman yakni progression crack theory atau teori keretakan.
Habibie muda menemukan cara untuk mengantisipasi struktur badan pesawat yang membuatnya menjadi lebih kuat. Temuannya itu mampu mengantisipasi kecelakaan dengan meningkatkan faktor keselamatan penerbangan.
Teori yang ditemukan oleh ‘Mr Crack’ ini mampu mengkalkulasi keretakan pesawat karena proses terbang landas dan membhag rancang bangun desain pesawat modern untuk menghindari kecelakaan. Hitung-hitungan Habibie sangat detail sampai ke tingkat atom material pesawat.
Di era itu industri pesawat terbang dihadapkan pada kebuntuan karena adanya kerusakan pesawat yang kerap tidak terdeteksi. Keretakan terjadi akibat fatigue atau kelelahan pada struktur pesawat yang tak terlihat. Akibatnya, angka kecelakaan pesawat terhitung tinggi.
Dikutip dari berbagai sumber, setelah titik crack dihitung, derajat keselamatan dapat diturunkan dengan mengurangi campuran material sayap dan badan pesawat. Kendati beban berkurang, titik crack justru mampu meningkatkan kinerja pesawat.
Daya angkut pesawat diketahui bertambah sehingga membuat daya jelajah menjadi lebih jauh. Teori ini membantu ilmuwan menciptakan pesawat yang lebih aman dan terhindar dari risiko kecelakaan.
Temuan penting ini kemudian dikenal dengan sebutan ‘faktor Habibie’.
Penemuan pentingnya itu mengantarkan Habibie menduduki jabatan sebagai wakil presiden Messerschmitt Boelkow Blohm Gmbh (MBB) di tahun 1969. MBB merupakan industri pesawat terbang besar di Jerman.
Selama berada di Jerman, Habibie secara tekun mengembangkan temuannya tersebut yang kemudian dikenal dengan sebutan ‘Teori Habibie’ dan ‘Metode Habibie’. Teori temuannya tersebut telah dipatenkan dan diadopsi untuk kemajuan teknologi kedirgantaraan.
Editor: Amran