Oleh: KH.Bachtiar Ahmad
====================
Sumatratimes.com.Rokanhilir – “Uwang gilo” atau “uyang gilo” dalam bahasa nasional kita ( Indonesia) artinya adalah “orang gila”.
Dan secara umum kita pahami adalah keadaan dimana seseorang yang telah kehilangan akal sehatnya; kurang waras; hilang ingatan dan lain sebagainya yang semakna dengan itu.
Biasanya jika seseorang mengucapkan kata uwang atau uyang gilo, maka terbayanglah di pelupuk mata kita keadaan seseorang yang kusut masai; tidak mandi; berpakaian lusuh dan robek disana sini; atau adakalanya telanjang bulat; mengoceh atau meracau tak tentu arah; kadang-kadang suka marah dan mengamuk tak tentu pasal; merasa dirinya yang lebih hebat dan kuat, serta keadaan-keadaan lain yang menurut ukuran kita tidaklah normal atau tidak pada tempatnya.
Padahal tidak semua dan selamanya begitu, sebab ada juga orang yang kita sebut sebagai uwang gilo yang tampil bersih layaknya orang-orang normal Bahkan mereka akan memberontak jika diberi pakaian yang buruk dan lusuh.
Adapun faktor yang menyebabkan seseorang menjadi gila cukup banyak: Ada yang cita-cita atau angan-angannya yang tidak kesampaian; Gila karena kehilangan jabatan; harta benda atau sesuatu yang sangat dicintainya. Ada juga yang gila disebabkan faktor keturunan dan banyak lagi hal-hal yang dapat membuat orang menjadi kehilangan akal sehatnya. Lalu bagaimana pandangan islam tentang masalah ini ?. Apakah tepat orang-orang semacam itu kita sebut sebagai uwang atau uyang gilo ?
Bertolak belakang dengan penjelasan di atas, maka di dalam Al-Quran yang disebut dan dianggap sebagai orang gila oleh masyarakatnya ataupun kaumnya adalah para Nabi ‘alaihis-salam.
Di antaranya dapat kita simak pada keterangan (antara lain): “Dan juga pada Musa terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah ketika Kami mengutusnya kepada Fir’aun dengan membawa mukjizat yang nyata. Maka dia (Fir’aun) berpaling bersama tentaranya dan berkata: “Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang yang gila.” (Q.S. Adz-Dzariyaat: 38-39)
Begitu juga terhadap Nuh a.s: “Sebelum mereka telah pula mendustakan pua kaum Nuh, maka mereka mendustakan hamba kami Nuh dengan mengatakan: “Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman.” (Q.S. Al-Qamar: 9)
Sedangkan pernyataan gila untuk Muhammad SAW diterangkan Al-Quran sebagai berikut:
“Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis. Berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukanlah orang gila. Dans esungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.
Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki budi pekerti yang agung. Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir itu) akan melihat. Siapa di antara kamu yang (benr-benar) gila.” (Q.S. Al-Qalam: 1 – 6)
Selanjutnya berkaitan dengan adanya tuduhan “gila” oleh orang-orang kafir terhadap para nabi dan rasul yang diutus Allah kepada mereka, maka menurut syariat Islam; yang disandarkan kepada pernyataan Rasulullah SAW; orang gila yang sesungguhnya adalah mereka-mereka yang angkuh dan mendustakan perintah Allah SWT. Coba simak (intisari) hadits berikut ini:
“Pada suatu hari Rasulullah SAW berjalan melewati sekelompok orang (sahabat) yang sedang berkumpul. Beliau bertanya kepada mereka: “Mengapa kalian berkumpul disini” Para sahabat lalu menjawab: “Ya Rasulullah. ini ada orang yang sedang mengamuk. Karena itulah kami berkumpul disini.” Lalu Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya orang ini tidaklah gila (majnun), tapi ia hanya mendapat musibah. Tahukah kalian, siapakah orang gila yang benar-benar gila (al-majnuun haqqul majnuun) “. Para sahabat menjawab: Tidak ya Rasulullah”.
Beliaupun menjelaskan: “Orang gila ialah orang yang berjalan dengan sombong; yang memandang orang dengan pandangan yang merendahkan; yang membusungkan dadanya; berharap Tuhan akan memberinya surga padahal ia bermaksiat kepada-Nya; yang kejelekannya membuat orang-orang di sekitarnya tak pernah merasa aman, sedangkan kebaikannya tak pula pernah diharapkan. Itulah orang gila yang sebenarnya. Adapun orang ini hanya sedang mendapat musibah saja.”
Kata gila yang dalam bahasa Arab disebut majnun berasal dari jannat yang artinya menutupi jadi menurut Syaikh Maulana Al-Mukmin seseorang yang gila lantaran beberapa faktor yang kita sebutkan di atas, bukanlah orang yang hilang kesadaran atau kewarasannya, akan tetapi akal sehatnya tertutup oleh keadaan (faktor penyebab) yang menderanya.
Oleh sebab itulah Rasulullah SAW tidak menyebut mereka sebagai orang gila, melainkan hanya sebagaim orang sakit atau yang mendapat musibah. Sementara berdasarkan ketentuan hukum syariat, mereka yang masuk dalam kelompok ini bebas dari catatan hukum salah atau berdosa jika melanggar atau mengabaikan perintah Allah SWT.
Sampai pada akhirnya mereka sembuh atau sadar dari ketidak warasannya. Jadi oleh hal yang begini inilah Rasulullah SAW tidak menyebut mereka “orang gila yang sebenar-benarnya gila (al-majnuun haqqul majnuun)”. Sementara orang yang waras dan memiliki kesadaranlah yang beliau sebut sebagai orang gila. Lantaran dengan memiliki akal sehat mereka terang-terangan melanggar dan mengabaikan perintah Allahu Azza Wa Jalla.
Selanjutnya mengacu pada keterangan Rasulullah SAW di atas, maka ada baiknya kita memeriksa diri kita sendiri; Apakah kita ini termasuk orang gila atau tidak; Dalam hal ini jika kita memiliki safat dan sikap takabbur atau sombong, walau sebesar dzarrahpun, yang dengan itu kita senantiasa menganggap diri kita lebih hebat dari orang lain; suka merendahkan dan mencibir kelebihan yang dimiliki oleh orang lain; tidak mau mendengar nasihat atau pendapat orang lain; Kalau berilmu kita merasa lebih hebat dari orang lain dan acap mengecam orang-orang yang berbuat salah; merasa diri paling alim dan banyak melakukan amal shalih dibandingkan orang lain; Dan jika memiliki harta benda kitapun enggan bergaul dengan orang miskin; bila berpangkat tinggi tak mau bergaul dengan mereka yang berpangkat rendah dan lain-lainnya; yang semua sifat dan sikap yang tumbuh dari kesombongan diri; Maka insya Allah kita sudah termasuk dalam kelompok uwang atau uyang gilo ! Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 20 Dzulqaidah 1439 H / 3 Agustus 2018.