Oleh: KH.Bachtiar Ahmad
====================
Jakarta – Diantara sekian banyak nikmat yang Allah anugerahkank kepada umat manusia, maka “waktu” adalah salah satu nikmat-Nya yang utama yang sangat berharga bagi mereka.
Hal ini bisa kita simak dari banyaknya kesaksian ayat-ayat Al-Quran tentang betapa pentingnya waktu dalam kehidupan manusia; ketinggian tingkatannya dan pengaruhnya bagi pemikiran dan kehidupan manusia.
Bahkan dalam banyak ayat kita bisa membaca; bahwa adakalanya Allah dalam konteks yang berbeda-beda untuk setiap masalah yang diurus-Nya, Allah telah bersumpah dengan menyebut atau menggunakan waktu yang Dia sendiri yang menciptakannya. Ada saatnya Allah bersumpah dengan waktu malam; siang; fajar; subuh; ketika matahari terbenam; waktu dhuha dan juga waktu Ashar.
Namun pun demikian, walaupun waktu merupakan ciptaan Allah yang sangat bernilai tinggi dan sangat penting dalam kehidupan, masih banyak di antara kita yang lalai dan tidak mau atau tidak bisa memanfaatkan waktunya semaksimal mungkin; Baik untuk kehidupan dunianya lebih-lebih lagi untuk akhiratnya.
Dan hal inilah yang disindir Rasulullah SAW sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadis; Bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Dua nikmat yang banyak manusia tertipu dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah r.a)
Berkaitan dengan hal tersebut, kita baru saja meninggalkan tahun 1439 Hijriah sudah beberapa hari berada di tahun 1440 Hijriah. Dan ini berarti jatah waktu yang diberikan Allah kepada kita jadi berkurang, sekalipun dari sisi jumlah terjadi penambahan angka.
Setiap kali terjadi pertukaran tahun, maka hanya orang-orang yang arif sajalah yang memiliki kesadaran; Bahwa ada sesuatu yang hilang seiring dengan berjalannya waktu; sesuatu yang tak mungkin dapat diraih kembali, sekalipun ada orang yang sanggup membayar mahal untuk mendapatkannya, yakni hilang dan berkurangnyanya kesempatan untuk berbuat untuk kepentingan hidupnya; untuk dunianya dan juga untuk akhiratnya.
Oleh sebab itulah Rasulullah SAW telah mengingatkan umat beliau untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, sebagaimana yang tersurat dan tersirat dalam hadis beliau: “Manfaat lima hal sebelum datang lima yang lainnya; Masa mudamu sebelum datang masa tuamu; sehatmu sebelum sakitmu; kekayaanmu sebelum masa melaratmu; hidupmu sebelum matimu dan masa senggangmu sebelum masa sempitmu.” (HR.Muttafaq ‘alaihi dari Abu Hurairah r.a)
Mengacu pada hadis Rasulullah SAW di atas, maka secara tersirat Allah menjelaskan tentang adanya orang-orang yang menyesal lantaran telah menyia-nyiakan waktu yang telah diberikan Allah kepadanya. Dengan jelas Allah Ta’ala berfirman: “Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan.”
Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang lalim seorang penolong pun”
(Q.S.Fathir: 37)
Sementara dalam ayat yang lain, oleh karena waktu itu sangat berharga dan akan berakhir tanpa bisa diraih atau kembali diputar ulang Allah Ta’ala berfirman:
“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Q.S.Al-Hadid: 21)
Dengan memperhatikan apa yang telah disampaikan di atas, maka hal terbaik bagi seseorang yang tak ingin kehilangan kesempatan dalam hidupnya adalah dengan cara; Hendaknya ia hidup dalam batas yang tersedia baginya.
Artinya ialah; Bahwa ia benar-benar memanfaatkan waktu yang sedang dijalaninya. Adapun tentang waktu yang telah berlalu atau yang terlewatkan, kiranya dapat dijadikan sebagai guru atau tolok ukur untuk apa yang harus dilakukannya.
Dan tentu saja meninggalkan segala macam angan-angan kosong atau yang disebut oleh agama dengan istilah “thulul ‘amal” dengan cara menanamkan harapannya kepada Allahur-Rahman yang akan memberinya kebaikan-kebaikan sesuai dengan yang dicita-citakannya.
Sebab yang demikian inilah yang tersurat dan tersirat dalam Firman Allah Ta’ala: “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain; // dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Q.S.Al-Insyirah: 7-8)
Jangan pernah berpikir, bahwa waktu yang dimiliki hanya tinggal sedikit dan dalam waktu yang pendek tak mungkin bisa meraih apa-apa yang di-inginkan. Sebab urusan “keberhasilan” kita mencapai sesuatu adalah urusan Allah Yang Maha Berkehendak atas segala sesuatunya.
Tugas kita hanya berusaha dan berbuat dengan menyerahkan semua hasilnya pada kehendak dan ketentuan Allah. Dan inilah yang dinamakan “bertawakkal” kepada Allah. Dan berusahalah meraih apa yang menjadi cita-cita hidup; Baik untuk dunia yang sedang kita jalani maupun untuk akhirat yang menanti kedatangan kita sebagaimana yang difirmankan Allah di dalam Kitab-Nya:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qashas: 77)
Kita memang harus sadar sepenuhnya, bahwa waktu yang kita miliki sangat terbatas dan yang namanya “maut” bisa datang kapan saja Allah menghendakinya. Dan salah satu pertanyaan Allah kepada kita nantinya adalah tentang umur atau waktu hidup yang telah diberikan-Nya kepada kita.
Hal ini dijelaskan Rasulullah SAW dengan sabda beliau: “Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba nanti pada hari kiamat, sehingga Allah akan menanyakan tentang (4 perkara:) (pertama,) tentang umurnya dihabiskan untuk apa. (kedua,) tentang ilmunya diamalkan atau tidak. (ketiga,) tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan ke mana dia habiskan. keempat,) tentang tubuhnya, capek / lelahnya untuk apa.” (HR Tirmidzi dari Abu Barzah r.a)
Semoga dengan datangnya tahun yang baru kita jalani ini; kita mampu memanfaatkan dengan sebaik-baiknya sisa waktu yang masih diberikan Allah kepada kita untuk kepentingan kehidupan kita di dunia dan di akhirat kelak. Wallahua’lam.
Jakarta, 4 Muharram 1440 H / 14 September 2018