Oleh :
Dr. Supardi, SH., MH., Als. Rd Mahmud Sirnadirasa ( Kajati Riau)
وَالصَّلََة وَالسَّلََ م عَلَى محَمَّ د وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْ ن فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْع آمَّةِ
وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَ ا رَبَّ الْعَالَمِيْ ن
Bismillãhirrahmãnirrahîm Washshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.
Saudaraku yang dikasihi Allah SWT. Tebarkanlah ilmu hikmah sebanyak yang engkau mampu namun selalulah menseleksi kepada siapa kita akan memberikan pelajaran itu agar ajaran ini juga tidak menimbulkan kesia-siaan. Setiap ajaran hikmah yang tidak tepat sasaran (diabaikan oleh penerima hikmah) akan berarti menzhalimi hikmah itu sendiri.
Sebagaimana Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah engkau berikan hikmah pada orang yang tidak pantas menerimanya, sehingga dengan demikian engkau telah menzhalimi hikmah itu.”
Hendaknya engkau menebarkan kebaikanmu pada setiap orang yang menghajatkan, sampai pada binatang sekalipun, pada anjing dan binatang-binatang kecil sebab “Pada setiap jantung yang basah (hidup) itu ada pahala” (HR. Al-Bukhari 2363, Muslim 2244 dari Abu Hurairah ra.).
Saya sering ditanya tentang kenapa saya mengikuti ajaran tarekat dan bertasawuf, maka inilah jawaban saya berdasarkan ilmu yang saya dapatkan dari Mursyid Agung kami yaitu Sayyidi Syeikh Abdul Qadir Jaelani.
Sulthanul Auliya’ As-Syaikh Asy-Syarif Abdul Qadir Al-Jaelani Al-Hasani Qs di dalam Kitab Sir al-Asrar menguraikan makna TASAWUF dari huruf-hurufnya :
1. Huruf pertama adalah “TA” yang berarti “Taubah” Pintu taubat adalah selalu merasa khawatir tentang kedudukan dirinya di sisi Allah. Pengertian taubat di sini meliputi dua macam taubat yakni Taubat Lahir dan Taubat Batin. Yang dimaksud dengan taubat lahir adalah menyesuaikan perbuatan dan perkataannya dengan ketaatan kepada Allah dan Nabi-Nya.
Sedangkan taubat batin sama artinya dengan Tashfiyah al-Qalb, penyucian hati dari sifat-sifat yang tercela, untuk kemudian diganti dengan sifat-sifat yang terpuji. Inti dari taubat adalah mengerahkan hati sepenuhnya untuk sampai kepada tujuan utamanya, yakni Allah Al-Haq.
2. Huruf kedua adalah “SHAD” yang berarti “Shafa” yang berarti bersih dan bening Makna shafa di sini juga meliputi dua macam shafa, yakni Shafa al-Qalb dan Shafa as-Sirr. Maksud dari shafa al-qalb adalah membersihkan hati dari sifat-sifat manusiawi yang kotor dan kenikmatan dunia, seperti banyak makan dan minum, banyak tidur, banyak bicara yang tidak berguna, cinta harta, dan lain lain.
Untuk membersihkan hati dari yang demikian itu, caranya adalah dengan memperbanyak dzikir kepada Allah dengan suara jahr (keras) sampai pada tingkatan takut. Sesuai dengan firman Allah:
إِنَّمَا الْ مؤْمِن ونَ الَّذِينَ إِذ ا ذ كِرَ اللّٰ وَجِلَتْ ق ل وب همْ وَإِذَا ت لِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَات ه زَادَتْ همْ إِيمَانًا وَعَلَ ى
رَبِِّهِمْ يَتَوَكَّل ونَ ۞ )سورة الأنفال: ٢ )
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gementarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka Ayat-ayat-Nya, bertambahalah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabblah mereka bertawakkal“, (QS. al-Anfãl: 2)
Sedangkan maksud dari shafa as-sirr adalah mencintai Allah dan menjauhi segala sesuatu selain Allah SWT dengan cara senantiasa melantunkan Asma’ Allah melalui lisannya secara sirr. Apabila keduanya telah dilaksanakan dengan sempurna maka, sempurnalah maqam huruf ‘shad’ ini. 3. Huruf ketiga adalah “WAW” yang bermakna Wilayah Yaitu keadaan suci dan hening yang ada pada jiwa kekasih Allah. Keadaan ini tergantung pada kesucian seseorang yang tercermin dalam QS. Yunus ayat 62 dan 64:
أَلآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ اللّٰ لاَخَوْ ف عَلَيْهِ مْ وَلا همْ يَحْزَن ونَ ۞ )سورة يونس: ٦٢ )
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Yûnus:62) لَ ه م الْب شْرَى فِي الْحَيَاة الدُّنْيَا وَفِي اْلآخِرَة لا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللّٰ ذَلِكَ هوَ الْفَوْ ز الْعَظِي م ۞
)سورة يونس: ٦٤ )
“Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (QS. Yûnus :64) Orang yang sampai pada tahapan ini, mendapatkan kesadaran dan cinta sepenuhnya dari Allah, sehingga akhlaknya adalah akhlak-Nya. Dan segala tindak tanduknya bersesuaian dengan kehendak-Nya. Sebagaimana dalam hadits qudsi, Allah SWT. berfirman:
“Jika Aku sudah mencintainya, Aku menjadi penglihatan, pendengaran, tangan, dan penolong baginya”. Huruf yang terakhir adalah “FA” yang melambangkan Fana di dalam kebesaran Allah, yaitu pengosongan dan penghapusan segala macam sifat-sifat manusia dengan menyatakan keabadian sifat-sifat Allah.
Terlepas diri dari makhluk dan kediriannya serta sesuai dengan kehendak-Nya. Jika sudah demikian, maka ke-fana-an manusia akan abadi (baqa’) bersama Tuhannya dan keredhaan-Nya. (Bersumber dari Kitab Sirr Al Asrar) Saudaraku yang dikasihi Allah SWT. Mari kita berdoa untuk menutup artikel ini:
رَبِِّ هَبْ لِى حكْمًا وَأَلْحِقْنِى بِٱلصَّٰلِحِينَ وَٱجْعَل لِِّى لِسَانَ صِدْ ق فِى ٱلْآخِرِينَ وَٱجْعَلْنِى مِن
وَرَثَةِ جَنَّةِ ٱلنَّعِيمِ
Rabbi hablî hukmaw wa alhiqnî bish-shãlihin waj’al lî lisãna shidqin fil-ãkhirîn waj’alnî miw waratsati jannatin na’îm “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan pertemukanlah aku dengan orang-orang yang shalih, serta jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang yang datang kemudian. Dan jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang mewarisi surga yang penuh nikmat.” (QS. Asy Syu’arã: 83-85)
Pekanbaru. 13 April 2023