Ditengah mewabahnya arus pornograpi di negeri ini, ada sekelompok anak bangsa yang peduli terhadap moral generasi muda- alat Sensor Pornograpi. Mereka tergabung dalam tim PKM Ilmu Komputer IPB, beranggotakan Ilham Setyabudi, Yuandri Trisaputra dan Gusti Bimo Marlawanto
Sumatratimes.com – Maaf. Jika ada yang mengajukan pertanyaan : “Negara manakah di muka bumi ini yang rakyatnya paling keranjingan pornografi ?”, maka jawaban jujur atas pertanyaan tersebut adalah: “Indonesia!”.
Data resmi yang terekam di mesin-mesin pencari data (search engines) semacam Google, Yahoo! dan sebagainya mengungkapkan bahwa para pengguna internet di Indonesia adalah yang paling banyak mengakses situs-situs porno dan mesum. Sebuah “prestasi” internasional yang sangat memalukan, tentunya. Namun apa daya, data-data menjijikkan tersebut sudah terlanjur dicatat oleh berbagai media Information Technology (IT) di seluruh dunia dan dijadikan laporan resmi.
Tidak cukup hanya disitu, sebuah riset ilmiah membuktikan bahwa 68 persen anak-anak siswa-siswi Sekolah Dasar (SD) kelas 4, 5 dan 6 di Indonesia sudah kecanduan pornografi dalam stadium yang sangat mengkhawatirkan.
Informasi ini pernah diungkap dalam sebuah seminar bertema ‘Online Child Phornography” yang diselenggarakan oleh Departemen Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (Tahun-2012).
Data hasil penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Kita dan Buah Hati pada tahun 2011, terungkap bahwa 67 persen dari siswa kelas 4-6 sekolah dasar (SD) di kawasan Jabodetabek sudah pernah menyaksikan hal-hal mesum melalui materi pornografi lewat berbagai media. Sebanyak 24 persen di antaranya lewat komik, 18 persen melalui games, 16 persen lewat situs porno, 14 persen melalui film, dan sisanya melalui VCD dan DVD, telepon seluler, majalah dan koran.
Aliansi Selamatkan Anak (ASA) Indonesia bahkan menyatakan bahwa Indonesia selain menjadi negara tanpa aturan yang jelas tentang pornografi, juga mencatat rekor sebagai negara kedua “surga” pornografi terbesar di dunia setelah Rusia.
Sementara hasil survey Lembaga Survei Independen Indonesia (LSII), bekerjasama dengan Kemenkominfo, membuahkan temuan yang lebih mengejutkan. Sebanyak 97 persen siswa SMP/SMA di Indonesia mengaku pernah menonton film porno ; 92.1 persen dari siswa SMP/SMA di Indonesia pernah melakukan (red-maaf) oral seks. Para siswa mengaku melakukan hal itu usai melihat tayangan yang mereka peroleh dari jaringan internet dan video.
Hasil survei LSII tidak berbeda jauh dengan survey Komisi Nasional Perlindungan Anak (KOMNAS-PA). KOMNAS-PA mengungkapkan sebanyak 62,7 persen siswi SMP sudah pernah melakukan hubukan seks pra-nikah, alias tidak perawan. Sementara 21,2 persen dari para siswi SMP tersebut mengaku pernah melakukan aborsi illegal ; 97% remaja SMP dan SMA mengaku pernah menonton film porno, dan 93,7% dari para remaja itu mengaku pernah melakukan berbagai macam adegan intim tanpa penetrasi.
Ditengah sulitnya upaya mencegah remaja kita mengakses pornograpi, muncul anak bangsa yang peduli, bergabung dalam PKM Tim Kompter IPB. Mereka berhasil merancang alat Sensor Pornograpi – membuat aplikasi integrated porn autosensored (IPA).
Aplikasi IPA berbasis Google extension dan Mozilla Firefox add-on dapat diunduh secara gratis melalui Chrome store atau Monzilla add-on atau melalui link berikut : s.id/3lp (Monzilla) atau s.id/3lq (Chrome). Pada saat extension atau add-on IPA dinyalakan, maka gambar dan teks porno di suatu website akan secara otomatis disensor dan selamatlah anak-anak kita dari menonton hal-hal yang merusak fikiran dan moral mereka
Integrated Porn Autosensor adalah hasi dari kerja tim PKM Ilmu Komputer IPB, beranggotakan Ilham Setyabudi, Yuandri Trisaputra dan Gusti Bimo Marlawanto.
Tabik Sepuluh Jari buat kalian. Semoga kerja nyata kalian mampu menyelematkan anak-anak generasi penerus bangsa dari kerusakan yang lebih dahsyat dan mengerikan. Dan semoga para orang tua peduli akan hal ini dengan memasang aplikasi tersebut di computer dan HP keluarga tercinta.