JAKARTA – Minuman kopi yang saat ini tengah booming. Ternyata tak hanya menyangkut soal variasi dalam penyajiannya. Lebih jauh, bisnis kopi berkaitan juga dengan kewajiban untuk bisa menyajikannya dengan benar.
Sebagai mana diberitakan Tempo.com, inilah yang dilakukan Esperto Indonesia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pendidikan barista, hingga penjualan alat pembuatan kopi, berikut bijinya. Salah satu tujuan utamanya meningkatkan kapasitas dari para barista di tanah air.
“Kami ingin meningkatkan standar kompetensi barista Indonesia. Barista bukan hanya bisa bikin kopi, tapi juga serve coffee right, menyajikan kopi dengan benar,” kata Director of Marketing and Business Development Esperto Indonesia, Novita Suryaningsih, saat ditemui dalam acara Festival Kisah Kopi di Lippo Mall, Kemang, Jakarta Pusat, Sabtu, 13 Juli 2019.
Saat ini, bisnis kopi di tanah air memang tengah booming dengan munculnya beragam merek kopi. Jika dulu hanya dikenal kopi seperti Starbucks ataupun Good Day, maka kini ada Kopi Kenangan, Kopi Janji Jiwa, Fore Coffee, Kopi Yor, hingga Kopi Tuku. Walhasil, tak sedikit dari merek-merek ini yang diminati investor untuk menanamkan modal.
Pada Oktober 2018, Kopi Kenangan meraih pendanaan tahap awal senilai US$ 8 juta dari perusahaan modal ventura Alpha JWC Ventures. Kopi Kenangan merupakan bisnis kedai kopi yang didirikan Edward Tirtanata dan James Prananto pada 2017.
Dalam setahun, bisnis tersebut telah membuka sebanyak 16 lokasi kedai kopi yang tersebar di Jabodetabek dengan menjual hingga 175.000 cangkir kopi per bulan.
Lebih lanjut, Novita mengatakan perusahaannya memiliki tagline coffee served right. Artinya, perusahaan ingin membuat para barista menjadi kompeten dalam menyajikan secangkir kopi kepada para konsumen.
“Dimana mereka (konsumen) merasa, saya gak mau ke tempat lain lagi,” kata dia.
Sehingga, sekali mencicipi kopi dari sang barista, konsumen merasa puas dan kembali lagi ke kedai kopi tersebut.
Untuk menyajikan secangkir kopi yang benar, ternyata bukan hanya dari jenis biji kopinya saja, namun juga dari pengetahuan sang barista. Ia diharapkan tidak hanya bisa membuat kopi di kedainya, namun juga memahami seluruh pemrosesan kopi.
Mulai dari penanaman, pemilihan biji kopi, pengeringan, sampai menjadi roasted beans. “Jadi benar-benar harus ada quality control yang baik,” kata dia.
Selanjutnya, barista juga seharusnya tidak hanya bisa menyajikan kopi, tapi juga bisa menjelaskan kepada konsumen. Ia harus bisa menjelaskan dengan percaya diri jenis biji kopi yang digunakan hingga pemrosesan yang dilakukan.
Salah satunya yang penting adalah ketika si penikmat kopi memiliki keluhan dengan lambungnya. “Dia kan gak bisa yang acidity (keasaman) tinggi, kalau kayak gitu gimana? Jadi jangan yang 100 persen Arabika,” ujarnya.
Dengan serangkaian pengetahuan tersebut, maka sekolah barista yang dimiliki Esperto Indonesia juga memiliki Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) barista kopi pertama yang diizinkan pemerintah. Izin ini diperoleh dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
Selain itu, Esperto Indonesia juga bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) untuk memberikan sertifikasi bagi barista dengan skala nasional. “Pak Triawan Munaf (Kepala Bekraf) juga belajar di Esperto,” kata Novita.
Selain mendidik para barista, Esperto Indonesia juga menempatkan diri sebagai mitra dari kedai kopi dengan mengusung tagline your coffee business partner. Novita menyebut, perusahaan mencoba menjadi mitra bagi para pebisnis manapun yang ingin mengembangkan kedai kopi mereka.
Salah satu dari sekian banyak kedai kopi yang bekerja sama dengan Esperto adalah Monolog. Kedai ini berlokasi di sejumlah titik seperti Plaza Senayan dan Pondok Indah Mall, Jakarta Selatan. Monolog selama ini dikenal sebagai kedai kopi yang menyajikan kopi standar internasional.
Namun, tak hanya kedai kopi ternama yang menjadi mitra dari Esperto Indonesia. Novita menyebut perusahaannya tak sekedar menjadi perusahaan yang ingin menjual alat pembuatan kopi, tapi juga terbuka untuk berdiskusi mengatasi masalah yang dihadapi sebuah kedai kopi.
“Itu yang ingin kami tekankan, bahwa kami setara dengan mereka,” ujar Novita.
Editor : Amran