Sesunguhnya perasaan cinta dan benci adalah merupakan karunia Allah kepada makhluk-Nya. Oleh sebab itu maka tak pelak lagi perasaan cinta da perasaan benci yang paling tinggi nilainya; dan yang paling wajib serta sangat bermanfaat dalam kehidupan adalah cinta dan benci karena Allah semata. Perasaan cinta dan benci yang terbentuk dari aqidah atau keyakinan yang murni terhadap ke Maha Esa-an dan ke Maha Kuasa-an Allahu Tabaraka Wa Ta’ala. Sehingga dengan demikian timbullah rasa pengagungan dan ketaatan yang sejati kepada-Nya. Dan inilah yang tersirat dan yang tersurat dalam sabda Rasulullah SAW: “Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR.At-Tirmidzi)
Sementara dalam riwayat lain diterangkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: “Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna imannya.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Dari dua hadits di atas kita bisa mengetahui bahwa kita harus memberikan kecintaan dan kesetiaan kita hanya kepada Allah semata. Kita harus mencintai terhadap sesuatu yang dicintai Allah, membenci terhadap segala yang dibenci Allah, ridha kepada apa yang diridhai Allah, tidak ridha kepada yang tidak diridhai Allah. Dan inilah yang diterangkan dalam pengertian pengertian syariat; Bahwa yang dimaksud dengan al-hubbu fillah (mencintai karena Allah) adalah mencurahkan kasih sayang dan kecintaan kepada orang-orang yang beriman dan taat kepada Allah SWT karena keimanan dan ketaatan yang mereka lakukan. Sedangkan yang dimaksud dengan al-bughdu fillah (benci karena Allah) adalah mencurahkan ketidak sukaan dan kebencian kepada orang-orang yang mempersekutukan-Nya, dan kepada orang-orang yang keluar dari ketaatan kepada-Nya, yang melakukan perbuatan yang mendatangkan kemarahan dan kebencian Allah.
Dalam pandangan “ahlus-sunah wal jama’ah”, maka ada 3(tiga) kelompok manusia yang wajib dicinta dan dibenci:
Pertama: Orang-orang yang kepadanya patut dicurahkan segenap perasaan kasih sayang dan kecintaan secara utuh, adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya; Yang melaksanakan ajaran Islam dan tonggak-tonggaknya dengan ilmu dan keyakinan yang teguh . Mereka yang yang mengikhlaskan segala perbuatan dan ucapannya untuk Allah semata; tunduk lagi patuh terhadap perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya serta menahan diri dari segala yang dilarang oleh Allah dan Rasulnya.
Kedua: Orang-orang yang dicintai dari satu sisi dan dibenci dari sisi lainnya, adalah mereka yang mencampur adukkan antara amalan yang baik dengan amalan yang buruk. Orang semacam ini haruslah dicintai dan dikasihani dengan kadar kebaikan yang ada pada diri mereka sendiri, dan di sisi lain dibenci serta dimusuhi sesuai dengan kadar kejelekan yang ada pada diri mereka.
Ketiga: Orang–orang yang kepadanya wajib dicurahkan kebencian dan permusuhan secara utuh dan menyeluruh adalah, orang-orang yang nyata-nyata tidak beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dan sekaligus memusuhi kaum muslimin. Termasuk di dalamnya adalah orang-orang yang nyata-nyata berbuat syirik; ahli bid’ah yang sesat dan menyesatkan umat. Namun demikian terhadap orang-orang kafir yang tidak mau menerima ajaran Islam, sementara di satu sisi mereka tidak menunjukkan permusuhan; maka masih dibenarkan untuk bermuamalah dalam hal rusa dunia sebagaimana tuntunan Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Selanjutnya berkaitan dengan upaya memupuk rasa cinta yang semata-mata dilakukan karena Allah SWT, maka ada beberapa hal yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Di antaranya adalah:
Pertama: Memberitahukan kepada orang yang kita cintai; bahwa kita mencintainya karena Allah SWT. Hal ini disebutkan dalam sebuah hadis, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Apabila ada seorang dari kalian mencintai temannya hendaklah dia datangi rumahnya dan mengkhabarinya bahwa ia mencintainya (seorang teman tadi) kerena Allah Ta’ala.” (HR.Ibnul Mubarok)
Kedua: Didalam beberapa hadis Rasulullah SAW juga mengajarkan agar kita saling memberi hadiah; saling berkunjung untuk meningkatkan rasa cinta antara seorang mukmin dengan mukmin lainnya.
Ketiga; dan yang paling dianjurkan adalah, agar kita saling mendo’kan dengan saling menebar salam sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis; Bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah kalian masuk Surga sehingga kalian beriman, tidakkah kalian beriman sehingga kalian saling mencintai, Maukah kamu aku tunjukkan tentang sesuatu yang apabila kalian melakukannya akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim)
Inilah beberapa hal yang patut kita cermati dalam mengarahkan perasaan cinta dan juga perasaan benci, yang menjadi bagian dari kehidupan yang kita jalani. Semoga kiranya Allah SWT membimbing kita untuk saling mencintai dan membenci hanya karena Allah SWT. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 25 Rabi’ul Akhir 1439 H / 12 Januari 2018
KH.BACHTIAR AHMAD