Oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Sumatratimes.com.Rokanhilir – Sesungguhnya Allah Yang Maha Pemurah tidak pernah melarang hamba-Nya untuk mencari kenikmatan dan kesenangan dunia. Hal ini jelas sekali terlihat dalam Firman Allah yang memberi motivasi hamba-Nya untuk mendapatkan “dunia” yang mereka idam-idamkan sebagaimana yang ditegaskan-Nya:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi, dan berbuat baiklah kepada orang kain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu; dan janganlah berbuat kerusakan di muka buni. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”(Q.S.Al-Qashash: 77 )
Bahkan untuk hal itu Allah mengajarkan kita untuk memohon dengan do’a yang baik sebagaimana Firman-Nya: “Wahai Tuhan kami, berilah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka”(Q.S.Al-Baqarah: 201)
Namun demikian kita hendaklah senantiasa waspada, bahwa mengejar dan mencari dunia yang kita dambakan itu bisa jadi merupakan satu “siksaan” yang Allah ujikan atau berikan kepada kita; yang membuat hidup tidak pernah nyaman; tenteram dan bahagia, sekalipun harta benda berlimpah; Bahkan bisa-bisa kita mati dalam keadaan “kafir” sebagaimana yang ditegaskan Allah di dalam Kitab-Nya: “Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan memberikan harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” ( Q.S. At-Taubah: 55 )
Dalam penjelasannya yang berkaitan dengan ayat di atas, Syaikh Abdullah Al-Ghazali menyatakan, bahwa sesungguhnya dengan ayat 55 surah At-Taubah tersebut secara transparan Allah memberikan pelajaran dan peringatan-Nya kepada kita: Bahwa hendaknya orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian tidak merasa tergoda atau iri hati dengan apa yang diberikan Allah kepada orang lain dalam hal harta benda dunia termasuk anak-anak yang mereka miliki. Sebab bagaimanapun juga Allah lebih mengetahui apa yang terbaik buat hamba-Nya. Dan ini telah Allah terangkan dengan Firman-Nya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu; dan boleh jadi pula kamu menyukai seseuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah Maha Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 216)
Berkaitan dengan “siksa dunia” yang dimaksudkan Allah dalam Surah At-Taubah ayat 55 di atas, dalam “Risalatu Fi Amradul Qulubi” Muhammad ibnul Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan beberapa hal yang akan dirasakan oleh para pencinta dan pemburu kenikmatan duniawi sebagai bentuk siksaan atau musibah dunia yang Allah timpakan kepada mereka. Dan 3(tiga) di antaranya akan terus menyiksa mereka sampai mati jika mereka tidak menyadari kekeliruannya:
Pertama: Gelisah dan takut yang berkepanjangan
Para pemburu dan pencinta dunia akan selalu dilanda perasaan takut dan gelisah yang tak berkesudahan. Hal ini disebabkan oleh perasaan khawatir dan cemas terhadap apa yang sudah dimiliki, jangan-jangan semuanya itu akan hilang atau lepas dari genggamannya. Mereka senantiasa dihantui oleh hal-hal yang bisa merenggut harta benda yang mereka miliki seperti pencurian dan perampokan; kebakaran; orang yang akan menipu mereka; bencana alam dan lain sebagainya.
Dan inilah salah satu bentuk ketakutan yang dimasukkan Allah ke dalam hati orang-orang kafir sebagai siksaan untuk mereka di atas dunia sebagaimana yang tersurat dan tersirat dalam Firman Allah: “Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang lalim.” (Q.S. ‘Ali Imran: 151)
Kedua: Kelelahan.
Siksa kedua yang dirasakan oleh para pemburu dan pencinta dunia adalah penyakit kelelahan yang berkepanjangan, karena tak pernah cukup istirahat akibat dari sikap yang terus mengejar segala sesuatu yang menjadi ambisinya. Lantaran sibuk berusaha mencari mengejar dunia, mereka tak cukup tidur; makan tidak teratur yang pada akhirnya akan membuat mereka jatuh sakit.
Ketiga: Keserakahan yang tak akan pernah berakhir.
Hal ini disebabkan oleh keadaan diri yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah diperoleh. Setiap kali mendapatkan sesuatu, maka ia ingin mendapatkan sesuatu yang lain. Bahkan tak sedikit yang berangan-angan di luar batas kemampuannya. Sikap ini sangatlah dicela oleh Rasulullah SAW, sebagaimana hadis beliau: “Seandainya manusia diberi lembah penuh dengan emas, maka ia masih menginginkan lembah yang kedua semisal itu. Jika diberi lembah kedua, ia pun masih menginginkan lembah ketiga. Perut manusia tidaklah akan penuh melainkan dengan tanah. Allah tentu menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat.” (H.R. Al-Bukhari dari Ibnu Abbas r.a) Wallahua’lam. (bersambung ke bagian 2)
Bagansiapiapi, 24 Jumadil Akhir 1439 H / 12 Maret 2018.(Tim redaksi)