oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Sumatratimes.com.Rokanhilir – “Rasa takut” yang kita miliki sebenarnya adalah sesuatu yang biasa. Sebab hal itu memang merupakan salah satu sifat asal atau sifat bawaan manusia sejak ia dilahirkan. Akan tetapi sangat disayangkan, bahwa kebanyakan dari kita menjadikan rasa takut tersebut sebagai “energi negatif” yang merugikan, terutama bagi mereka yang kurang keyakinannya terhadap kekuasaan Allah.
Sehingga acapkali ia terjebak dalam keputus-asaan, bahkan kadang-kadang ada yang sampai mengakhiri kehidupannya dengan jalan pintas. Padahal Allah telah memberikan pengajaran; Bagaimana caranya mengatasi rasa takut yang dimiliki, agar “energi negatif” tersebut berubah menjadi “energi positif” yang memberi keuntungan berupa keberkahan yang sempurna dari rahmat Allah dan terus menerus mendapat petunjuk atau hidayah-Nya. Dan hal inilah yang dijelaskan Allah dengan Firman-Nya:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan , kekurangan harta , jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:“Sesunguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali.”//Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. Al-Baqarah: 155-157)
Ringkasnya adalah: Apapun bentuknya dan kapanpun rasa takut itu datang melanda diri, maka solusinya adalah mengembalikan semua persoalan kepada Allah Yang Maha Berkuasa lagi Maha Berkehendak dengan di-iringi sifat dan bersikap sabar mengahadapinya. Dan berkaitan dengan hal inilah salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang juga sekaligus menantu beliau, yakni “khulafaur-rasyidin” ke 3; “Utsman bin Affan r.a” mengajak kita untuk tetap memelihara “rasa takut” yang ada di dalam diri kita, dan sekaligus mengolahnya menjadi sesuatu yang positif untuk meningkatkan iman dan ketakwaan kita dalam beberapa hal yang memang pantas dan wajib untuk ditakuti.
Dalam kitab beliau “Nasho-ihul ‘Ibad”; Syaikh Muhammad bin Umar An-Nawawy Al-Bantany menerangkan; Bahwa Ustman bin ‘Affan r.a berkata: “Seorang mukmin dapat menjadi baik jika ia memelihara rasa takutnya kepada 6(enam) perkara di dalam kehidupannya:
Pertama: Seorang mukmin hendaknya senantiasa merasa takut; Bahwa Allah akan mencabut iman dan menjadikannya seorang yang kufur. Sebab hal ini secara tersirat Allah jelaskan dengan Firman-Nya: “Allah menyesatkan siapa saja yang dikehendaki-Nya dan memberikan petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki; dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” ( Q.S. Ibrahim: 4 )
Oleh sebab itu hendaklah kita selalu berupaya melaksanakan apa-apa yang diperintah-kan Allah dan meninggalkan larangan-Nya, sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Disamping itu, kitapun telah diajarkan untuk memohon pertolongan Allah, agar tetap berada dalam kondisi iman yang baik dan tetap mendapat petunjuknya sebagaimana do’a yang disebutkan Allah di dalam Kitab-Nya: (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (Q.S. Ali ‘Imran: 8)
Kedua, nasihat Utsman r.a untuk takut kepada Malaikat Pencatat memang harus disematkan di dalam hati kita. Karena tidak sesa’atpun kita bebas dari pengawasan Malaikat yang siap mencatat semua gerak perbuatan dan ucapan atau perkataan yang kita lontarkan. Hal ini ditegaskan Allah dengan Firman-Nya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya;//(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.” (Q.S. Qaaf: 16-17)
Ketiga rasa takut kepada Malaikat Maut sangat jelas alasannya, karena Allah telah menerangkan tentang hal ini dengan Firman-Nya: “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memaju-kannya.” (Q.S.Al-A’raf: 34)
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (Q.S.An-Nisaa’: 78).
Selanjutnya yang ke-empat adalah: “Hendaklah ia takut dan mewaspadai syaithan yang dapat merusak amal ibadahnya.”
Rasa takut terhadap “syaithan” memang wajib dipelihara dengan sebaik-baiknya dengan cara; mewaspadai semua amaliah dan perbuatan yang kita lakukan, agar tidak rusak dan menjadi sesuatu yang tidak disukai serta dimurkai Allah Ta’ala. Sebab “Iblis laknatullah” sebagai “nenek moyang” syaitan telah berjanji kepada Allah sebagaimana yang diterangkan Allah di dalam Kitab-Nya: “Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.”(Q.S.Al-Hijr: 39)
Untuk sekadar mengingatkan tentang dengan hal yang berkaitan dengan rasa takut yang ke-empat ini , maka barangkali kisah “Pendeta Barsisa” yang disampaikan Rasulullah SAW dalam salah satu hadis beliau; cukuplah menjadi pelajaran bagi kita semua. Bahwa seorang Pendeta atau Rahib yang taat dan telah ratusan tahun beribadah kepada Allah, akhirnya dengan kelicikan dan kelihaian “Iblis Laknatullah” menggoda dan merayunya; si Rahib/Pendeta tersebut akhirnya mati dalam keadaan bersujud kepada Iblis Laknatullah. Na’udzubillahi min dzalik! Dan oleh karena hal semacam inilah Allah dengan tegas mengingatkan kita dengan Firman-Nya: “Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” (Q.S.Fathir: 35)
Rasa takut kelima yang menurut Utsman bin Affan r.a yang wajib dipelihara adalah rasa takut kepada tipuan dunia, sehingga pada akhirnya bisa melupakan kita dengan akhirat. Sebab bagaimanapun Allah telah mengingatkan hal ini dengan Firman-Nya: “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Q.S. Al-Hadiid: 20)
Sementara dalam ayat yang lain Allah berfirman: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Q.S. Ali ‘Imran: 185)
Adapun rasa takut ke-enam yang wajib dipelihara dan dijadikan energy positif untuk meningkatkan keta’atan dan ketakwaan kepada Allah, adalah rasa takut pada harta benda yang dimiliki dan ahli keluarga sendiri. Sebab harta dan keluarga juga bisa melalaikan kita dari mengingat Allah sebagaimana yang diingatkan Allah dengan Firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Q.S.Al-Munafiqun: 9)
Dalam hal ini jika seseorang telah dilalaikan dari mengingat Allah oleh harta dan anak-anak yang dimilikinya, maka tentulah ia akan menjadi orang yang merugi. Sebab pada hakikatnya anak-anak dan harta benda adalah pemberian Allah kepada orang-orang kafir sebagai salah satu bentuk siksaan dunia yang Allah kepada mereka sebagaimana yang dijelaskan Allah dengan Firman-Nya: “Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesung-guhnya Allah menghendaki dengan memberikan harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” ( Q.S. At-Taubah: 55 )
Dan hal yang sama Allah tegaskan lagi dalam ayat 85 Surah At-Taubah: “Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka dalam keadaan kafir.” (Q.S.At-Taubah: 85)
Dengan beberapa penjelasan di atas, mudah-mudahan kita bisa memilih dan memilah mana rasa takut yang yang wajib dipelihara dan mana rasa takut yang harus dibuang dari kehidupan yang kita jalani, yang kesemuanya bisa kita jadikan sebagai energi positif untuk menambah dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 13 Rajab 1439 H / 30 Maret 2018.