Oleh: KH.Bachtiar Ahmad
================
“Hai orang-orang yang beriman, diwajib-kan atas kamu berpuasa (di bulan Ramadhan), seba-gaimana yang telah diwajibkan (Allah) atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (Q.S.Al-Baqarah: 183)
Sekarang ini kita sudah berada di penghujung bulan Sya’ban dan itu artinya sebentar lagi kita kembali di datangi oleh bulan Ramadhan yang dalam bahasa keseharian kita disebut sebagai “bulan puasa”. Selanjutnya setiap kali kita akan memasuki bulan Ramadhan, maka banyaklah kita jumpai spanduk atau media cetak yang menuliskan kalimat “Marhaban ya Ramadhan” Lalu bagaimana sikap kita sendiri dalam menyambut kedatangan Ramadhan tahun ini.
Menurut asalnya kata Marhaban berakar dari kata rahb yang artinya luas dan lapang. Sehingga kata marhaban sesungguhnya mencerminkan bahwa yang datang itu hendaklah disambut dengan dada yang lapang yang penuh dengan kegembiraan; yang baginya dipersiapkan pula ruang atau waktu yang luas; fasilitas yang lengkap dan baik agar tamu yang datang tersebut merasa benar-benar dihormati. Jadi sesungguhnya ketika kita berucap Marhaban ya Ramadhan, maka ketika itu dengan hati lapang dan senang menerima kedatangannya; Dan untuknya pula kita persiapkan ruang dan fasilitas terbaik, agar dapat menempa dan mengasah jiwa kita menjadi taqwa, sebagaimana tujuan puasa itu diperintahkan oleh Allahu Rabb al-Jaliil kepada kita.
Seorang mukmin atau muslim yang taat kepada Rabb-nya tahu betul akan makna kedatangan Ramadhan di dalam hidupnya, lantaran di bulan yang suci dan dimuliakan Allah SWT dengan turunnya Al-Quran dibulan tersebut, dirinya memiliki peluang dan kesempatan untuk meraih untung sebanyak-banyaknya dengan hanya menjajakan amal yang jumlahnya sama dengan yang ia jajakan di bulan-bulan yang lainm sebagaimana yang dijelaskan Allah melalui firman-Nya: “Sesungguhnya kami telah menurunkan Al-Quran pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah bulan kemuliaan itu ?. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu dipenuhi kesejahteraan hingga terbit fajar.” (Q.S. Al-Qadr: 1-5)
Dalam beberapa riwayat kehidupan para hamba Allah yang terdahulu, yang kehidupan mereka dipenuhi oleh keta’atan kepada Allah SWT ada disebutkan; Bahwa ketika Ramadhan akan tiba, maka merekapun sibuk mandi membersihkan diri dan berhias dengan pakaian yang paling bersih dan cantik yang mereka miliki. Dan ketika kepada mereka ditanyakan; Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tak pernah mereka lakukan sebelumnya, maka mereka berkata: “Apakah aku tak patut menyambut tamu yang sangat terhormat; yang diberkahi Allah SWT dengan segala kemuliaan dan keberkahan ?. Bukankah kita akan mendapatkan sesuatu yang tak akan kita dapatkan di bulan atau hari yang lainnya selain dari apa yang diberikan-Nya di dalam Ramadhan ?.” Dan barangkali kebiasaan inilah yang pada akhirnya yang banyak diikuti oleh umat Islam di se antero dunia, sebagaimana halnya yang tersirat dari tradisi yang telah diwariskan secara turun temurun oleh orang tua kita dahulu, yakni “mandi belimau” di petang terakhir bulan Sya’ban.
Selain itu, bagi orang-orang beriman yang yakin betul akan kemurahan Rabb mereka; Allahu Azza wa Jalla, tak ada satu alasan yang dapat dikatakan untuk menyebutkan Ramadhan itu sebagai bulan yang akan mengurangi aktifitas mereka sehari-hari lantaran harus menjalankan ibadah puasa. Selama bulan Ramadhan, orang-orang yang beriman tidak hanya fokus dan mengutamakan ibadah-ibadah rutin seperti sholat; dzikrullah; qiro’atul Quran sebagaimana yang dia lakukan di hari-hari diluar Ramadhan.
Akan tetapi juga akan meningkatkan aktifitas muamalah dengan sesame seperti mempererat silaturahmi; bersedekah; berkata baik; menahan amarah dan lain sebagainya. Sebab dia tahu persis, bahwa selama Ramadhan sekecil apapun kebajikan yang dia perbuat; baik ibadah mahdah kepada Allah maupun ibadah muamalah, semuanya mendapat balasan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah. Bahkan saking Maha Pemurahnya Allah kepada hamba-Nya yang ta’at, aktifitas tidur di bulan Ramadhan pun mendapat ganjaran yang berlipat ganda, selama tidur itu dilaksanakan untuk menjaga kesucian puasa dan tidak meninggalkan kewajiban yang lain.
Oleh karenanya mari lapangkan dada dan tingkatkan keyakinan kepada Allah dalam menyambut dan sekaligus melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah di bulan Ramadhan. Jangan pernah berpikir, bahwa beban hidup sehari-hari akan bertambah dengan datangnya Ramadhan. Dan juga menganggap Ramadhan sebagai penghalang untuk melaksanakan tugas-tugas duniawi yang biasa dijalankan. Semoga dengan hati yang lapang dan keyakinan yang penuh kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah kita bisa melaksanakan ibadah Ramadhan tahun ini dengan sebaik-baiknya. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 25 Sya’ban 1439 H / 11 Mei 2018. (Redaksi)