oleh: KH.Bachtiar Ahmad
====================
Mungkin anda Pernah mendengar dongeng tentang sebatang pohon kayu yang besar, yang tumbuh di satu hutan belantara yang tingginya nyaris menyapu awan; besar batangnya sepemelukan 5 sampai 6 orang lelaki dewasa dan umurnya pun sudah ratusan tahun.
Entah berapa kali sudah petir menyambarnya, tapi ia tetap kokoh tegak berdiri. Walau ada beberapa dahan dan rantingnya yang patah terbakar petir.Dan tak terbilang pula angin kencang; badai; puting beliung dan yang semacam itu melandanya, tapi sang pohon tetap tak tertumbangkan.
Walau ada ranting dan daunnya yang patah tersapu angin. Hingga tibalah suatu sa’at ia kedatangan tamu; seorang penebang kayu, yang mulai menetak dan memotong pangkal batangnya dengan sebuah kapak kecil. Berhari-hari bahkan nyaris berbilang bulan, akhirnya sang pohon tumbang dan rubuh juga ke bumi.
Nyaris sama dengan cerita sang pohon,maka sebagai manusia normal tentu saja kita merasa takut untuk meminum atau meneguk racun yang sudah jelas berbahaya, dan dapat menyebabkan kematian. Akan tetapi pernah kita sadar bahwa, sesungguhnya secara bertahap banyak racun yang sudah kita minum ataupun kita santap melalui ber-bagai jenis makanan dan minuman yang diolah dengan bahan-bahan kimia tertentu.
Sedikit demi sedikit racun-racun dari zat kimia yang kita masukkan ke dalam tubuh dan aliran darah kita tersebut berkumpul menjadi satu. Perlahan tapi pasti, suatu ketika kitapun mulai merasa sakit akibat racun-racun tersebut. Dan bagi orang yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah, maka bisa saja penyakit tersebut segera mengantarkannya kepada maut.
Adapun petikan ilustrasi di atas adalah gambaran untuk orang-orang yang beriman, agar dirinya waspada terhadap hal-hal kecil yang dianggap remeh keberadaannya. Sehingga pada akhirnya ia terjebak pada kejahatan dan ke-mungkaran, bahkan kemusyrikan yang dapat menghancurkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allahu Ta’ala.
Dan hal inilah yang diingatkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana yang diriwayatkan oleh Sa’ad bin Jinadah r.a: “Ketika selesai dari perang Hunain kami singgah di tanah kosong yang tidak terdapat apa-apa, maka Rasulullah SAW bersabda: “Kumpulkanlah oleh kalian !. Barangsiapa menemukan sesuatu agar membawanya. Barangsiapa yang mendapat tulang atau gigi agar membawanya.”
Beberapa saat kemudian apa yang di dapat telah menjadi suatu timbunan. Lalu Rasulullah SAW bersabda sambil menunjuk pada timbunan yang ada: “Maka demikianlah dosa-dosa itu berkumpul pada seseorang di antara kamu, sebagaimana kamu sekalian mengumpulkan ini.
Maka hendaknya seseorang takut kepada Allah, meninggalkan dosa-dosa kecil serta dosa-dosa yang besar. Sesungguhnya dosa-dosa itu bagi seseorang yang melakukannya seperti perumpamaan padang pasir ini.”
Sementara itu melalui Abdullah bin Mas’ud r.a diriwayatkan; Bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jauhilah oleh kamu sekalian akan perbuatan dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya apabila ia berkumpul bersama seseorang (dalam diri seseorang), maka ia akan membinasakan orang itu.” (Muttafaq’alaihi)
Entah disadari entah tidak, maka banyak kaum muslimin yang sudah melakukan kesalahan besar dan mengabaikan apa-apa yang telah diingatkan oleh Rasulullah SAW di atas.
Bahkan ada diantaranya yang memang dengan sengaja melakukan perbuatan-perbuatan tercela yang dilarang oleh Allah Ta’ala untuk kepentingan duniawinya dengan alasan; Hal itu hanyalah dosa kecil, tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan apa yang diperbuat orang lain.
Bahkan ada orang yang dengan beraninya memfatwakan, bahwa korupsi itu boleh-boleh saja asal nilainya kecil. Yang tidak boleh itu kalau jumlahnya banyak. Padahal di dalam Islam hukum korupsi atau mencuri itu tidak dipandang dari segi jumlah yang diambil, sebab hukum bagi orang yang mencuri atau korupsi sepuluh rupiah sama saja dengan orang yang mengambil satu milyar. Tetap haram dan berdosa !
Apa yang dijelaskan di atas hanyalah salah satu fenomena atau gambaran dari keadaan kita sekarang ini. Sebab masih banyak keadaan lain yang perlu kita sikapi dengan seksama, agar tidak merusakkan keimanan dan amal ibadah yang kita lakukan.
Kata orang Melayu: “Karena nila setitik rusak susu sebelanga”, satu pepatah atau peribahasa yang barangkali dapat pula kita artikan dengan keadaan yang sedang kita bicarakan hari ini.
Karenanya waspadalah kita terhadap hal-hal yang kecil dan kita anggap sepele. Jangan cepat terpedaya, apalagi jika status hukumnya belum jelas.bertanyalah kepada ahlinya! Wallahua’lam. Jakarta, 23 Ramadhan 1439 H / 8 Juni 2018.