Oleh: KH.Bachtiar Ahmad
====================
Hubungan yang baik antara manusia yang satu dengan lain, dan khususnya antara muslim yang satu dengan muslim lainnya merupakan suatu keutamaan yang harus dijalin dengan sebaik-baiknya.
Sebab Allah Ta’ala telah menegaskan,
bahwa mu’min itu bersaudara sebagaimana Firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-Hujurat: 10)
Inilah alasannya agar segala bentuk sikap dan sifat yang baik, yang akan memperkokoh dan memantapkan persaudaraan harus ditumbuhkan dan dipelihara. Sementara segala bentuk sikap dan sifat yang buruk, yang dapat merusak hubungan antar sesama (ukhuwah islamiyah) harus dihilangkan.
Dan salah sifat positif yang harus dipenuhi adalah husnuzh zhan (baik sangka) sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam perintah-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu adalah dosa; dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S.Al-Hujuraat: 12)
Oleh karena itu, apabila kita mendapatkan informasi negatif tentang sesuatu yang terkait dengan pribadi seseorang apalagi seorang muslim, maka kita harus melakukan tabayyun (pengecekan) terlebih dahulu sebelum mempercayai apalagi meresponnya secara negatif sebagaimana yang diperintahkan Allah di dalam Kitab-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menye-babkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Q.S. Al-Hujuraat; 6)
“Husnuzh-zhan” atau berbaik sangka sebagaimana yang diperintahkan Allah Ta’ala adalah salah satu sikap terpuji yang dapat mendatang manfaat bagi pelakunya, dan juga bagi orang lain:
Pertama, hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik, hal ini karena berbaik sangka dalam hubungan sesama muslim akan menghindari terjadinya keretakan hubungan. Bahkan keharmonisan hubungan akan semakin terasa karena tidak ada kendala-kendala psikologis yang menghambat hubungan itu.
Kedua, terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama karena buruk sangka akan membuat seseorang menimpakan keburukan kepada orang lain tanpa bukti yang benar.
Ketiga, selalu berbahagia atas segala kemajuan yang dicapai orang lain, meskipun kita sendiri belum bisa mencapainya, hal ini memiliki arti yang sangat penting, karena dengan demikian jiwa kita menjadi tenang dan terhindar dari iri hati yang bisa berkembang pada dosa-dosa baru sebagai kelanjutannya. Ini berarti kebaikan dan kejujuran akan mengantarkan kita pada kebaikan yang banyak dan dosa serta keburukan akan mengantarkan kita pada dosa-dosa berikutnya yang lebih besar lagi dengan dampak negatif yang semakin banyak.
Sebaliknya manakala kita melakukan atau memiliki sifat berburuk sangka atau, ada sejumlah kerugian yang akan kita peroleh, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat:
Pertama, mendapat dosa. Berburuk sangka merupakan sesuatu yang jelas-jelas bernilai dosa sebagaimana yang diperingatkan Allah dalam firman-Nya pada ayat 12 surah Al-Hujuraat di atas. Karena disamping kita sudah menganggap orang lain tidak baik tanpa dasar yang jelas, berusaha menyelidiki atau mencari-cari kejelekan orang lain, juga akan membuat kita melakukan dan mengungkapkan segala sesuatu yang buruk tentang orang lain yang kita berburuk sangka kepadanya
Kedua, dusta yang besar. Berburuk sangka akan membuat kita menjadi rugi, karena apa yang kita kemukakan merupakan suatu dusta yang sebesar-besarnya. Hal ini diingatkan oleh Rasulullah SAW: “Jauhilah prasangka itu, sebab prasangka itu pembicaraan yang paling dusta (HR. Muttafaqun alaihi).
Ketiga, menimbulkan sifat buruk. Berburuk sangka kepada orang lain tidak hanya berakibat pada penilaian dosa dan dusta yang besar, tapi juga akan mengakibatkan munculnya sifat-sifat buruk lainnya yang sangat berbahaya, baik dalam perkembangan pribadi maupun hubungannya dengan orang lain, sifat-sifat itu antara lain ghibah (menggunjing), kebencian, hasad, menjauhi hubungan dengan orang lain dan yang semacam itu. Dalam satu hadis beliau Nabi SAW bersabda:
“Hendaklah kamu selalu benar. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa ke syurga. Selama seseorang benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang yang benar (jujur). Hati-hatilah terhadap dusta, sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Selama seseorang dusta dan selalu memilih dusta, maka dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah r.a)
Oleh karena berburuk sangka merupakan sesuatu yang sangat tercela dan mengakibatkan kerugian yang sangat-sangat dilarang di dalam Islam sebagaimana yang sudah disebutkan pada surat Al-Hujurat ayat 12 di atas, maka dalam rangka membina ukhuwah islamiyah, masing-masing kita harus menyadari betapa hal ini sangat tidak baik dan tidak benar dalam hubungan persaudaraan, apalagi dengan sesama muslim dan aktifis dakwah.
Bahkan dalam hal yang sudah dapat dianggap tidak benar sekalipun, maka kita tetap dituntut untuk tetap berbaik sangka sampai adanya keputusan yang jelas tentang persoalan yang kita sangkakan itu.
Jadi apakah kita mau menumbuhkan sikap dan sifat berbaik sangka atau berburuk sangka, terserah kepada kita masing-masing untuk memilihnya. Wallahua’lam. Bagansiapiapi,
18 Muharram 1440 H/ 28 September 2018.