Rokan Hilir – Produsen minyak kelapa sawit Indonesia harus bersatu dan bekerja bersama dalam melawan kampanye negatif politik dagang CPO Dunia.
Sebab banyak persepsi keliru tentang sawit yang jika dibiarkan maka sentimen negatif tersebut akan dianggap sebagai kebenaran,”
Demikian saran jitu dari Menteri Perdagangan (Mendag) Drs.Enggartiasto Lukita Lukita saat menjadi pembicara pada pertemuan Konferensi Minyak Kelapa Sawit Eropa (EPOAC) di Madrid, Spanyol kemarin yang mempromosikan Minyak Sawit Petani Indonesia dimata Internasional.
Oleh karena itu, sambung Mendag perlu digencarkan lagi kampanye positif mengenai produk sawit, agar pemberitaan menjadi lebih berimbang dan masyarakat Internasional lebih paham peran sawit bagi pembangunan berkelanjutan.
Enggar juga menginformasikan bahwa perkembangan terkini mengenai kebijakan moratorium sawit yang ditandatangani Presiden Joko Widodo melalui Inpres No 8 tanggal 13 September 2018.
Regulasi tersebut mengatur Penundaan dan Evaluasi Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit serta Peningkatan Produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit.
Mendag menyampaikan, minyak kelapa sawit bukan komoditas biasa bagi Indonesia.
“Sejak pertengahan tahun 2000an, ekspor minyak kelapa sawit telah menjadi sumber pendapatan penting bagi Pemerintah untuk mendorong pembangunan ekonomi di Indonesia.
Selain Mendag, pembicara pada konferasi ini antara lain Menteri Industri Utama Malaysia Teresa Koh Sum Sim, Mantan Presiden Kolombia Alvaro Uribe Velez, dan Plant Production and Protection Officer of The FAO Regional Office for Europe and Central Asia Viliami Fakava.
Namun, seiring meningkatnya ekspor komoditas ini, meningkat pula kampanye negatif tentang minyak kelapa sawit, terutama di negara-negara maju,” tandasnya
Terpisah, Delegasi Petani Kelapa Sawit Indonesia, yang diwakili oleh DPW APKASINDO Riau Gulat ME Manurung menjelaskan bahwa helat pertemuan one by one antar pengusaha sangat menarik
Karena selaku perwakilan Apkasindo Gulat bisa menjelaskan kepada perwakilan pengusaha Swiss bahwa usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia 41,2% diusahakan sendiri oleh Petani Swadaya, jadi sangat berarti kepada ekonomi masyarakat.
Semula,sebut Gulat, mitra diskusinya (dari perusahaan analisis pembiayaan) tidak yakin dengan angka 41,2% tersebut, dan terus mengejar data-data terkait keberadaan Petani Kelapa Sawit Indonesia.
Namun setelah pihaknya memberikan data yang lebih akurat barulah kemudian mitra diskusi saya yakin dan mengapresiasi sistem kelembagaan petani sawit di Indonesia, ujar Gulat lebih lanjut dan berhasil meyakinkan mitra nya
Selanjutnya dalam sesi tanya jawab tersebut mitra diskusi lebih mengarah kepada issue lingkungan dan tenaga kerja. Kampanye negatif tentang kelapa sawit Indonesia telah membangun cara pandang Pengusaha di Swiss bahwa Indonesia adalah perusak lingkungan (deforestasi).
“Untungnya saya memahami kemana arah pertanyaan dari mitra diskusi saya sehingga pemahaman mitra saya tersebut berubah menjadi memahami langkah-langkah kebijakan yang sudah digariskan dalam industri sawit, khususnya keberadaan Petani Sawit dalam berkontribusi menjaga kelestarian lingkungan. Tutup Peneliti fisiolog Sawit Gulat ME.Manurung. (R1).