Oleh: KH.Bachtiar Ahmad
======================
Rokan Hilir – “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-kabulkan, sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri untuk meminta kepada-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina.” (Q.S.Al Mukmin:60 )
Melalui ayat 60 surah Al-Mukmin di atas Allah berjanji akan mengabulkan do’a orang-orang yang beriman. Akan tetapi kenyataannya banyak do’a kita yang belum dikabulkan Allah. Bahkan bukan hanya satu atau dua kali do’a yang kita sampaikan ke hadirat Allah, melainkan nyaris setiap saat.
Ketika hal ini ditanyakan kepada seorang waliyullah bernama Ibrahim bin Adham bin Mansyur, maka beliau meyebutkan ada 10 (sepuluh) perkara yang menjadi penghambat do’a kita kepada Allah;
Pertama: Kita mengenal dan mengetahui Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang wajib ditaati dan disembah; Akan tetapi kita tidak pernah tunaikan hak Allah dengan baik dan benar.
Kedua: Kita membaca Al-Quran; tetapi tidak amalkan isinya. Ketiga: Kita mengakui syaitan sebagai musuh; tetapi perintahnya tetap diikuti. Ke-empat: Kita mengaku sebagai umat Muhammad; tetapi tak pernah melaksanakan sunnah- sunnahnya.
Kelima: Kita ingin menjadi penghuni surga; tapi tidak pernah berusaha untuknya.
Ke-enam: Kita tidak ingin masuk neraka; tetapi tidak berusaha menjauhinya. Ketujuh: Kita yakin pasti akan mati; tetapi tak pernah bersiap menyambutnya. Kedelapan: Kita sibuk meneliti aib orang lain; lupa pada aib sendiri.
Kesembilan: Kita sadar telah menerima dan memakan karunia Allah; tapi tidak mensyukurinya dan Kesepuluh: Kita sering menguburkan mayat orang lain; tapi tak mengambil tamsil darinya.
Dalam perkara ini, jika kita kembalikan pada Firman Allah di dalam Al-Quran, maka apa secara tersirat dan tersurat apa yang disampaikan oleh Ibrahim bin Adham tersebut adalah benar. Bahwa Allah berfirman di dalam Kitab-Nya: “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a, apabila ia memohon kepada-Ku; akan tetapi (syaratnya) hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku; hendaklah mereka beriman (hanya) kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S.Al-Baqarah: 186).
Dan oleh hal yang demikian itulah para salafus-salih (orang-orang salih yang terdahulu) selalu mengoreksi diri dan waspada terhadap tindakan mereka sehari-hari; khususnya kepada Allah.
Jika mereka melihat tanda-tanda do’a yang mereka mohonkan kepada Allah tidak akan dikabulkan, maka mereka segera beristighfar; taubat dan memohon ampun kepada Allah dengan tak henti-hentinya melafazkan do’a: “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menganiaya diri kami sendiri, (ampunilah kami) jika engkau tidak mengampuni dan memberi rahmatmu kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S.Al-A’raaf: 23).
Jika kondisi-kondisi di atas memang terjadi pada diri kita, maka janganlah mengeluh kepada Allah, tapi segeralah perbaiki diri dan tetaplah berdo’a kepada-Nya. Dan apabila kita sudah merasa yakin pada kebenaran-kebenaran yang kita perbuat, tetapi belum juga do’a dikabulkan, jangan pula putus asa sebab ada hal lain yang harus diketahui sebagaimana yang dituturkan berikut ini.
Dalam Mafatih al-Ghaiby (penyingkap rahasia kegaiban); Syaikh Abdul Qadir alJailani (rahimahumullah) menjelaskan: “Janganlah menyalahkan Allah bila do’a tidak dikabulkan dan jangan pula menggerutu atau jemu. Sebab jika anda memohon tibanya cahaya siang pada saat kian memekatnya kegelapan malam, maka penantian anda akan lama. Karena ketika itu kepekatan dan kegelapan malam kian meningkat hingga terbitnya fajar. Akan tetapi yakinlah bahwa fajar akan tetap menyingsing.
Baik anda minta ataupun tidak. Dan jika anda menghendaki agar saat itu malam kembali lagi, maka tentu saja do’a anda akan ditolak, lantaran anda meminta sesuatu yang tidak layak dan tidak pula pada tempatnya. Dan anda akan tetap dibiarkan-Nya meratap; lunglai dan enggan berdo’a.
Akan tetapi jika anda jemu berdo’a, maka anda berada dalam posisi yang salah sebab sebagaimana yang difirmankan-Nya: “…karena sesungguhnya sesudah kesulitan akan ada kemudahan; sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan…
” (Q.S.Al-Insyiroh: 5 – 6) Itu artinya setelah datangnya satu kesulitan, maka Allah akan memberikan dua kemudahan.
Karena itu tetaplah yakin bahwa, sesungguhnyalah di dalam genggaman Allah segala kebajikan itu. Bila apa yang dimohonkan tidak segera dikabulkan janganlah kecewa atau putus asa, karena pernah disabdakan oleh Nabi SAW: “Pada hari kebangkitan nanti ada yang terheran- heran melihat ganjaran dari perbuatan yang rasa-rasanya tak pernah ia lakukan. Lalu dikatakan kepadanya: “Inilah do’a-do’a yang kau panjatkan di dunia dulu yang tidak dikabulkan (ketika itu).”
Disamping apa yang diterangkan oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jailani di atas, maka patut pula diketahui sebagaimana yang diterangkan oleh As-Syaikh Muhammad bin Umar An-Nawawy al Bantany dalam kitab beliau Tanqihul Qaulul Hatsits, disebutkan bahwa Rasullah SAW pernah menyatakan:
“Adakalanya do’a seseorang itu langsung dikabulkan oleh Allah SWT. Atau dijadikan-Nya sebagai simpanan akhiratnya; atau adakalanya ditunda lantaran seseorang tersebut belum siap menerima kenyataan atau memikul kabulnya do’a tersebut. Adakalanya dijadikan perisai penolak bala dan kejahatan yang dapat menimpa dirinya, Atau do’a tersebut dikabulkan untuk mengurangi dosa-dosa si hamba tersebut.”
Memperhatikan penjelasan-penjelasan di atas, maka hendaklah kita terus dan terus berdo’a memohon kepada Allah. Sebab bagaimanapun hal yang paling utama untuk diinsyafi adalah; Bahwa lantaran dosa kita sangat banyak, maka bisa jadi sementara waktu do’a kita hanya dikabulkan Allah untuk menghapus atau paling tidak untuk mengurangi dosa-dosa yang kita miliki.
Hingga pada akhirnya ketika kembali pada-Nya, diri kita sudah dalam keadaan bersih atau setidak-tidaknya dosa yang kita bawa tidak seberapa banyak jumlahnya. Jadi tetaplah berdo’a dan bersungguh-sungguhlah meminta kepada Allah. Wallahua’lam. Bagansiapiapi. 17 Safar 1440 H26 Oktober 2018