Oleh : Dede Farhan Aulawi
Jakarta – Suatu keniscayaan jika sistem pertahanan saat ini masih menggunakan konsep lama, karena zaman terus berubah dan teknologipun terus berubah dengan kecepatan dan akselerasi yang luar biasa.
Perkembangan teknologi nano digital saat ini telah membimbing para ahli startegi pertahanan untuk menunjukkan jalan ke arah revolusi baru dalam dukungan pertahanan cerdas, misalnya perancangan pesawat tempur yang mampu mendiagnosis ‘kesehatan dan kelaikan terbang’ dirinya sebelum melaksanakan misi yang diembannya.
Revolusi industri keempat yang saat ini banyak dibahas diberbagai media dan diskusi – diskusi sistem pertahanan telah melahirkan realita baru munculnya angkatan keempat di masing – masing angkatan bersenjata di setiap negara.
Sistem pertahanan yang cerdas (smart defense) pada akhirnya akan ditopang oleh ketersediaan sistem persenjataan yang cerdas juga. Dimana semua sistem terintegrasi pda pusat komando yang siap bergerak saat tombol “on” ditekan. Teknologi baruini sangat memungkinkan sistem dan platform untuk berperilaku seperti manusia, karena mereka akan dapat merasakan, memahami, bertindak dan belajar sendiri.
Revolusi dalam proses logistik dengan cepat dan tak terelakkan mengarah ke dukungan 4.0 melalui penerapan konsep Industri 4.0 , atau revolusi industri keempat di bidang pertahanan. Realitas baru ini tidak hanya memungkinkan pesawat memantau kondisi kesehatan mereka sendiri, karena pesawat juga akan dapat mengumpulkan informasi tentang lingkungan di mana mereka akan beroperasi dan memperhitungkannya sehingga mereka siap lepas landas pada waktu yang dijadwalkan.
Begitupun dengan model kebijakan dalam pemeliharaan akan lebih berkembang ke arah prediktif. Model prediktif ini dinilai lebih baik karena bisa bisa dilakukan perawatan sebelum terjadi masalah. Jadi dilihat dari sisi biaya dinilai paling efisien. Dengan sistem kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) juga akan mampu memproses informasi dalam volume besar untuk menentukan sisa masa pakai masing-masing komponennya.
Feedback informasi ini menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa peralatan selalu dalam kondisi ready for use, artinya siap pakai kapan saja. Jangan sampai saat mau digunakan justeru mengalami kerusakan, sehingga peralatan atau pesawat harus shutdown.
Begitupun dengan mata rantai pasokan (logistik) juga menggunakan sistem proaktif untuk mengantisipasi dan menghitung volume dan jenis kebutuhan secara tepat dan akurat. Semua aktor yang terlibat akan diintegrasikan dan sistem akan menginformasikan keterlacakan end-to-end dan intelijen logistik di seluruh rantai pasokan. Untuk mencapai semua kemampuan ini, pasti akan menuntut penelitian terlebih dahulu menggunakan teknologi paling inovatif seperti big data dan analitik data, mesin pembelajaran, sistem fisik cyber, logistik cerdas, integrasi dan komunikasi baru.
Aplikasi teknologinya saat ini terutama banyak digunakan dalam pesawat tempur, karena dianggap memiliki sistem berteknologi canggih dengan persyaratan operasional yang sangat tinggi. Selain itu, banyak operasi militer dilakukan di daerah-daerah terpencil dengan manajemen logistik yang sangat kompleks.
Jadi penerapan teknologi autonomous maintenance atau predictive maintenance banyak diterapkan untuk memberi feedback terkait sistem atau komponen mana saja yang perlu diganti jauh sebelum komponen ini mengalami kegagalan atau kerusakan, dengan demikian setiap peralatan akan selalu terjaga kondisi untuk siap pakai.
Termasuk feedback dari seluruh rangkaian dalam mata rantai logistik sehingga memudahkan komponen apa saja yang harus segera disediakan sebelum komponen tersebut benar – benar mengalami kerusakan dan harus breakdown atau shutdown. Akhirnya seluruh sistem pertahanan akan terintegrasi dan selalu dalam kondisi siap pakai, maka realibilitas pertahanan selalu dalam kondisi yang prima.***