Oleh : Dede Farhan Aulawi
Jakarta – Jika berbicara soal perang siber (cyber warfare) masih banyak yangbelum mengerti mengenai format perangnya seperti apa, sehingga tidak sedikit yang beranggapan bahwa perang siber itu seperti perang – peranan di video games saja.
Tentu kita tidak bisa menyalahkan orang yang punya pendapat sesederhana itu, karena memang literatur mengena perang siber ini masih sangat minim, dan juga jarang dibahas di ruang – ruang publik.
Perang siber sesungguhnya adalah perang nyata, sebagai alternatif format perang masa kini dan masa depan. Efek kerusakan ekonomi dan moralnya luar biasa, hanya saja tidak memiliki efek destruktif terhadap infrastruktur secara fisik, meskipun bisa juga pada akhirnya pada kerusakan fisik.
Misalnya penyerang siber menyerang sistem kontrol di bendungan pembangkit tenaga listrik. Ia tidak menyerang untuk menghancurkan bendungannya secara fisik, melainkan sistem kontrol elektrik atau elektroniknya yang diserang. Nah kekacauan sistem kontrol ini, pada akhirnya bisa juga berdampak pada kerusakan fisik bendungan itu sendiri.
Akan tetapi serangan siber ini tidak berdampak destruktif seperti serangan bom – bom pada model perang konvensional. Seranngan siber dalam perang cyber dapat menyebabkan kekacauan karena peretas berpotensi menyerang pengolahan air, pabrik kimia, jaringan listrik, lembaga keuangan, menonaktifkan sistem senjata, mencuri data pribadi dan sebagainya.
Setiap hari, setiap jam bahkan setiap menit dan detik para prajurit siber harus selalu siap, sigap, waspada dan secara diam-diam terus berperang tanpa henti dengan jutaan serangan siber dari berbagai pelosok dunia. Sebagai contoh di Pangkalan Angkatan Udara Wright-Patterson dekat Dayton, Ohio – AS, ratusan prajurit siber di ruang kelas yang tenang di Pusat Penelitian Cyberspace belajar kemampuan cyber ofensif dan defensif, agar mampu merespons dan mencegah serangan cyber dari dalam dan luar negeri.
Serangan cyber telah menjadi berita utama secara nasional di AS karena adanya pencurian 21,5 juta data pegawai federal, hilangnya informasi rahasia tentang sistem senjata, bahkan beberapa perusahaan asuransi kesehatan, pengecer dan perusahaan melaporkan adanya gangguan peretasan dengan hilangnya informasi pribadi konsumen. Jadi dampak yang ditimbulkan serangan siber ini sungguh sangat luar biasa menimbulkan banyak kepanikan.
Jadi kesimpulannya perang siber itu adalah riil, sebuah format perang baru di era digital ini. Tidak berdampak pada kehancuran fisik secara langsung, tapi dampak serangannya sungguh luar biasa. Bukan saja instalasi militer atau pemerintahan yang menjadi target, tetapi juga bisa menyerang berbagai kepentingan vital masyarakat sipil.
Target serangan menciptakan kepanikan dan kekacauan, sehingga fokus pertahanan terpecah. Itulah prinsip – prinsip serangan modern saat ini dan di masa yang akan datang. Jadi persiapkan diri kita semua dengan kemampuan untuk memahami situasi ini.