Jakarta – Kompleksitas persoalan yang dihadapi oleh suatu bangsa menuntut penyelesaian komprehensif dari semua komponen bangsa sesuai bidang keahliannya masing – masing, termasuk di Indonesia ini.
Persoalan – persoalan yang lintas disiplin keilmuan ini menuntut setiap ahli duduk bersama untuk merancang sebuah gagasan untuk mewujudkan Indonesia yang modern dan berbasis pada kecerdasan. Konsep inilah yang melatarbelakangi lahirnya Neuroleadership Indonesia, yaiyu konsep kepemimpinan yang berbasis pada kecerdasan otak.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang gagasan Indonesia modern berbasis kecerdasan ini, media berhasil mewawancara Dewan Penasihat Neuroleadership Indonesia (NLI) Dede Farhan Aulawi setelah melakukan pertemuan dengan para tokoh NLI di Plaza Senayan, Senin kemarin (10/6).
Pada kesempatan tersebut Dede menjelaskan bahwa pertemuan tadi merupakan pertemuan ke sekian kalinya untuk menyamakan persepsi, ide dan gagasan bagaimana mewujudkan cita – cita yang mulia menuju Indonesia maju yang bermartabat dan cerdas. Ujar Dede.
Selanjutnya Dede juga menambahkan bahwa salah satu wujud konkrit dari diskusi – diskusi tersebut, dalam waktu yang dekat dibentuk Tim Khusus untuk menerbitkan sebuah buku berbasis neurosains yang bisa diaplikasikan di berbagai bidang. Tiap bagian akan disusun oleh anggota Tim sesuai dengan keahlian di bidangnya masing – masing. Harapannya buku tersebut bisa di launching tanggal 9 September 2019 nanti.
Buku ini diharapkan akan menjadi hadiah pemikiran dari Tim NLI untuk bangsa dan negara. Konsep ini akan menerapkan cara kerja otak ke dalam kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang bisa diterapkan di berbagai bidang, baik terkait dengan ekonomi, psikologi, sastra, teknologi, kewirausahaan, pertahanan, keamanan, dan sebagainya. Kemampuan membaca zaman ke depan berdasarkan analisis logik yang memberikan informasi tentang strategi yang harus di bangun saat ini dalam merespon masa yang akan datang. Uangkap Dede.
Indonesia tidak sekedar membutuhkan kecepatan, tetapi juga percepatan atau akselerasi untuk mengejar ketertinggalan dari negara – negara maju. Ini bukan sesuatu yang mustahil, tetapi yakin semua bisa dikejar. Hal penting yang harus dilakukan adalah kolektifitas ikhtiar dari seluruh anak bangsa. Ini bukan pekerjaan satu atau dua orang saja. Semua harus bahu membahu membangun bangsa yang besar ini. Resultan semua ikhtiar tergantung pada dua hal, yaitu “nilai” ikhtiar bersama dan “arah” ikhtiar yang sama.
Saat ini lanjutnya kalau dilihat dari sisi ikhtiar sebenarnya sudah cukup besar yang dilakukan, hanya saja “arah” ikhtiarnya belum semuanya searah sehingga resultan ikhtiar belum optimal. Pungkas Dede mengakhiri. (st1)