JAKARTA – Presiden RI Joko Widodo, atau Jokowi, membuka Muktamar V Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Nusa Dua, Bali, Selasa, 20 Agustus 2019. Pembukaan mukhtamar ditandai dengan pelepasan ketapel kearah sarang tawon dilayar monitor berukuran lebar.
Muktamar V PKB di Nusa Dua, Bali, turut dihadiri Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Mendagri Tjahjo Purnomo, Gubernur Bali, Anggota DPR RI, DPRD dari PKB se Indonesia, serta pejabat penting negara.
Jokowi, pada sambutanya mengajak berfikir kemasa depan, dalam percepatan pembangunan dan percepatan pelayanan birokrasi. Jokowi bercerita mengenai pertemuan dirinya dengan Perdana Menteri, yang juga Wakil Presiden Uni Emirat Arab (UEA), Mohammed bin Rashid Al Maktoum, atau Sheikh Mohammed.
Jokowi menyampaikan rasa kagum dirinya atas kemajuan yang dicapai UEA. Pada hal dari segi sumber daya alam, sebut Jokowi, UEA tidak ada apa-apanya dibanding dengan Indonesia. UEA, sebut Jokowi, punya minyak bumi, kita juga punya. UEA punya gas alam, kita juga punya.
“Tapi mereka banyak tidak punya, seperti hutan kayu, mereka tidak punya. Kita punya emas, nikel, bauksit, dan tembaga. Tapi dari segi perkapita pendapatan penduduk UEA mencapai 43 ribu US dolar per tahun. Sedangkan pendapatan perkapita kita hanya 4.000 US dolar pertahun,” kata Jokowi, yang langsung disambut gelak tawa dari peserta muktamar.
Kepada Sheikh Muhammad, kata Jokoei, juga menyampaikan pada tahun 60-an dari Dubai ke Abu Dhabi masih naik onta. Pada tahun 70-an, dari Dubai ke Abu Dhabi naik pic up, dan orang Indonesia memakai mobil Kijang.
“Tapi pada tahun 80-an dan 90-an, mereka mulai pakai BMW, tapi kita masih pakai (mobil) kijang. Perkembangannya sekarang cepat sekali,” ucap Jokowi.
Kunci dari pesatnya pembangunan di UEA, kata Jokowi, adalah kecepatan. “Jadi sering saya sampaikan tidak lagi negara besar yang berkuasai, tapi kedepan negara yang cepat menguasai negara yang lambat,” tutur Presiden RI dua periode itu.
Jokowi mengatakan ia juga sempat merasakan kecepatan di Dubai, UEA. Diceritakan Jokowi, dirinya, pada 17 tahun lalu pernah mengurus perijinan investasi di Dubai. Ia datang membawa berkas persaratan perijinan ke bidang perijinan investasi di Dubai.
“Dari meja pertama setelah saya tandatangan ini itu, saya disuruh ke kantor notariat. Ternayata sudah on line waktu itu. Kemudian setelah tandatangan ini itu, saya diperintahkan ke meja yang tadi. Saya datang ijin-ijin sudah selesai semuanya. Tidak sampai 30 menit. Itu 17 tahun lalu,” ujar Jokowi.
Sementara di Indonesia, beber Jokowi, pada lima tahun lalu, perijinan dibidang kelistrik masih sangat ribet. Ia bertanya perijinan kelistrikan, butuh waktu 6 tahun mengurusnya. Perijinan juga tidak tangung-tanggung banyaknya.
“Berapa banyak ijinnya? Ada 259 ijin. Bagai mana ini bias cepat kalau ini terus-terusan. Sementara di UEA hanya 30 menit. Bagai mana kita akan maju, kalau ini diterus-terusakan. Tidak bias lagi budaya ini diteruskan. Kecepatan ini yang akan membuat negara kita maju,” ujar Jokowi.
Sehingga Jokowi, meminta agar dilakukan percepatan dan perubahan birokrasi perijinan. “Sehingga perlu dilakukan intropeksi diri agar percepatan ini bias dilakukan. Apa lagi di muktamar ini kan ada anggota DPR, dan DPRD, sehingga ini (percepatan perijinan) diharapkan juga bisa dilakukan dari pusat sampai daerah,” kata Jokowi.
Editor : Amran