Olahraga merupakan aktivitas yang menyehatkan fisik dan juga mental. Namun, dalam keadaan tertentu, olahraga justru dapat berakibat fatal hingga membuat seseorang kehabisan tenaga, pingsan, hingga kematian akibat serangan jantung.
Dikutip dari CNN Indonesia, kondisi yang membahayakan ini dapat terjadi karena terlalu memaksakan diri yang tidak terbiasa berolahraga. Belakangan ini tentunya ada banyak ‘atlet’ dadakan yang gemar ikut festival lari-lari lucu yang kerap diadakan. Padahal tiap hari, boro-boro, olahraga tiap sore, bergerak dari meja kerja saja pun enggan.
Kalau sudah begini banyak orang yang kerap memaksakan diri untuk ikut olahraga berat dan jarak jauh demi banyak hal termasuk untuk eksistensi dan unggahan media sosial. Tiba di hari H marathon, tubuh dan kaki dipaksa untuk ‘bekerja keras.’
Dokter Umum Herman Irawan, menjelaskan saat tubuh berolahraga, otot membakar glikogen yakni karbohidrat yang disimpan di dalam otot. Glikogen ini bakal terbentuk pada orang yang terbiasa berolahraga.
“Saat tidak terbiasa berolahraga, tubuh akan dengan cepat kehilangan glikogen. Saat terus diforsir maka akan membuat tubuh kekurangan oksigen, kekurangan gula,” kata Herman yang merupakan praktisi media di Avrist Assurance dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (12/9).
Saat terlalu memaksakan berolahraga melewati ambang batas kemampuan diri, tubuh juga dapat mengalami hyperventilation, atau bernapas terlalu cepat. Normalnya, dalam satu menit laki-laki dapat bernapas 16 kali dan perempuan 20 kali.
Herman menyebut kondisi ini terjadi saat pembakaran glikogen yang menghasilkan asam laktat berupa gas CO. Zat ini harus dibuang segera dari dalam tubuh. Bernapas dengan cepat merupakan bentuk pertahanan diri alami agar dapat mengeluarkan gas tersebut.
Namun, saat olahraga terlalu dipaksa dan gas CO tidak mampu dikeluarkan oleh tubuh, tubuh dapat mengalami keracunan.
“Saat otot pernapasan lelah dan tubuh keracunan maka dapat menyebabkan black out atau pingsan. Ditandai dengan pucat, lalu mual, kelelahan,” ujar Herman.
Kasus ini umumnya tidak sampai menyebabkan kematian jika cepat mendapatkan perawatan. Herman mengatakan kasus kematian mendadak saat berolahraga biasanya dipicu oleh penyakit jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskular.
Hal ini bisanya terjadi karena penumpukan kolesterol di dalam pembuluh darah. Saat berolahraga sumbatan kolesterol terlepas dan justru menyerang jantung.
“Biasanya pada orang yang tidak pernah berolahraga, begitu mencoba olahraga berat, jantung dipompa sangat keras dan sumbatan kolesterol lepas bisa menyerang jantung menjadi jantung koroner atau ke otak menjadi stroke,” tutur Herman.
Untuk menghindari akibat fatal dari berolahraga ini, Herman menyarankan agar setiap orang mulai rutin berolahraga menyesuaikan dengan kemampuan diri. Setiap orang disarankan berolahraga 3-5 kali seminggu masing-masing 20-30 menit. Berolahraga secara rutin memberikan manfaat bagi kesehatan seperti mengurangi risiko penyakit jantung, obesitas, dan diabetes.
Editor: Amran