KENDARI – Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara (Sultra) Brigjen Pol Merdisyam, enggan berkomentar saat ditanyai wartawan soal hilangnya dua nama oknum polisi yang membawa senjata api saat pengamanan unjuk rasa mahasiswa yang berakhir rusuh.
Dalam aksi unjuk rasa pada Kamis (26/10/2019) di Gedung DPRD Sultra, dua orang mahasiswa meninggal dunia.
Hilangnya dua nama polisi inisial GM dan E diketahui sejumlah wartawan, setelah muncul surat telegram Kapolda Sultra, 5 Oktober 2019 lalu terkait mutasi 6 anggota polisi, dan sidang disiplin yang digelar bidang profesi, dan pengamanan (propam) Polda Sultra pekan ini.
Inisial GM dan E tiba-tiba hilang, dan muncul inisial FS dan MAP. Sampai saat ini pihak kepolisian belum bisa memberikan penjelasan terkait masalah itu.
Diketahui ada perbedaan data saat Kepala Biro (Karo) Provos Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri Brigjen Pol Hendro Pandowo, 3 Okober 2019 merilis inisial 6 oknum polisi yang diduga melanggar Standar Operasional Prosedur (SOP) karena membawa senjata api saat pengamanan aksi demonstrasi mahasiswa.
Ke 6 inisial polisi yang disebut Karo Provos Mabes Polri itu adalah DK, GM, E, MI, MA dan H.
Dalam sesi wawancara usai acara istigosah menjelang pelantikan Presiden-Wakil Presiden di depan gerbang pintu masuk ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sultra, Sabtu (19/10/2019) Brigjen Pol Merdisyam menolak menjawab pertanyaan wartawan soal dugaan hilangnya dua nama polisi itu.
Merdi yang dikawal ketat anak buahnya itu memilih pergi meninggalkan belasan wartawan yang menunggu jawaban dari pertanyaan itu. Namun, sebelumnya polisi berpangkat bintang satu dipundak ini dengan sangat lancar menjawab pertanyaan jurnalis soal kegiatan istighosah itu.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Hubungan Masyarakat (Humas) Polda Sultra AKBP Harry Goldenhardt belum menjawab pesan whatsapp dari awak Zonasultra ketika dihubungi, Minggu (20/10/2019). (zonasultra.com)
Redaksi / Editor : Amran