Sumatratimes.com — Kepala Bank Dunia David Malpass mendesak China untuk membuka ekonominya. Desakan tersebut terdengar persis seperti tuntutan Amerika Serikat (AS) dalam perundingan dagang kedua negara yang berlarut-larut hingga saat ini.
Malpass menyampaikan desakan tersebut setelah bertemu dengan Perdana Menteri China Li Keqiang dalam pertemuan dengan para kepala lembaga internasional lainnya, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Organisasi, serta Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
“Saya mendorong reformasi dan liberalisasi baru,” ujarnya seperti dilansir AFP, Kamis (21/11).
Diketahui, ekonomi China pada kuartal III 2019 melambat untuk pertama kalinya dalam tiga dekade terakhir. Perlambatan ekonomi China juga disebabkan oleh permintaan global yang lemah dan krisis utang di dalam negeri.
Malpass menuturkan bahwa China harus menyelesaikan sengketa dagang bilateral dengan AS dan meningkatkan transparansi dalam pinjaman untuk menghindari perlambatan ekonomi lebih tajam dalam beberapa waktu ke depan.
“China dapat meningkatkan supremasi hukum, memungkinkan pasar untuk memainkan peran yang lebih menentukan dalam mengalokasikan sumber daya, termasuk utang dan investasi. Lalu, mengurangi subsidi untuk perusahaan milik negara dan menghilangkan hambatan terhadap persaingan,” jelasnya.
Memang, Malpass mengakui hal-hal tersebut di atas sulit untuk dicapai. Namun, hal itu sangat penting untuk mengurangi ketidaksetaraan dan membangun standar hidup yang lebih tinggi.
Sebagai informasi, perusahaan raksasa milik negara mendominasi sektor-sektor ekonomi China. Perusahaan-perusahaan itu tercatat untung, termasuk di dalamnya perusahaan energi, penerbangan, dan telekomunikasi, di mana akses pemain swasta sangat dibatasi.
Mitra dagang China telah lama mengeluhkan hal tersebut, termasuk kurangnya lapangan kerja yang setara dan pencurian kekayaan intelektual.
Namun, Li menegaskan perusahaan domestik dan asing yang terdaftar di China akan diperlakukan sama. “Mereka akan memiliki akses yang sama ke peluang investasi, akses yang adil ke sumber daya, perlindungan hukum sesuai dengan aturan yang berlaku,” katanya.
Tak cuma itu, Pemerintah China juga mengumumkan jadwal untuk membuka sektor keuangannya kepada investor asing pada tahun depan.
Sementara itu, Ketua IMF Kristalina Georgieva memperingatkan bahwa perang dagang antara AS dan China akan memangkas US$700 miliar dari ekonomi global pada 2020.
“Apa yang harus menjadi prioritas kami? Pertama, beralih dari gencatan senjata perdagangan ke perdamaian perdagangan,” jelasnya. (Sseumber: CNN Indonesia)
Redaksi: Amran