Sumatratimes. Com – DELEGASI ormas Islam yang diundang Pemerintah China ke Xinjiang “menengok” kamp konsentrasi masyarakat Uighur dibawa ke gambar kehidupan yang baik dan nyaman. Namun kemudiannya diketahui itu adalah rekayasa Pemerintah Komunis China.
Komentar bagus keluar setelah kepulangan delegasi ke tanah air. Sebagian di antaranya mungkin diberi “bekal” agar ceritra yang muncul konstruktif. Kesimpulannya China dalam kasus Uighur memang menipu.
Kasus delegasi ormas Indonesia, mungkin juga terjadi serupa dengan delegasi lain dari negara negara timur tengah. Akibatnya muncul sinyalemen keheranan mengapa dunia Islam “bungkam” terhadap nasib saudaranya yang terzalimi. Delegasi-delegasi yang tertipu oleh layar kamp konsentrasi yang diubah menjadi lembaga pendidikan vokasi.
Negara komunis China lazim bertipu daya. Jangankan kepada masyarakat lain, kepada rakyat Tiongkoknya pun dilakukan.
Ada diberitakan polisi yang membasahi punggung rekan polisinya kemudian disorot kamera dan diberitakan betapa “tak mengenal lelahnya” sang polisi Tiongkok itu sampai berkeringat punggungnya.
Ada pula polisi di tengah kucuran salju sedang menuangkan termos air hangat ke cangkir yang diberikan kepada sopir truk berwarna merah. Sementara kameramen memberi aba-aba di seberangnya. Petugas lain mengucurkan salju. Palsu dan pencitraan. Rakyat Tiongkok pun mulai mengejek model propaganda ajaran Mao Ze Dong tersebut.
Negara komunis China lazim bermain di arena pemalsuan dan penipuan. Ajarannya pun palsu dengan ideologi yang mengada-ada. Moralitas dikesampingkan.
Tapi dengan pemaksaan, pencitraan, dan pembiayaan maka ideologi dan gaya hidup komunisme ini bisa diikuti dan dipaparkan kemana mana. Indonesia sangat berpengalaman dan merasakan.
Kembali ke propaganda palsu “kamp re-edukasi” yang hakekatnya adalah “kamp konsentrasi” untuk membasmi muslim Uighur, maka telah banyak komunitas tertipu oleh pencitraan dengan dukungan uang suap ala China ini. Memuji-muji dan membersihkan seolah tak terjadi pelanggaran HAM.
Belajar dari sini rakyat dan umat Islam Indonesia harus senantiasa waspada pada penipuan China, pencitraan palsu, pemerasan dan pelembagaan budaya “bribery” dari si tukang sogok. Proyek proyek penjajahan yang kotor dalam proses perijinan, perlakuan pada pribumi, bahkan mungkin penyewaan “centeng centeng” aparat.
Proyek OBOR China adalah proyek hegemoni kekaisaran China.
Harga diri bangsa dipertaruhkan dalam berhadapan dengan China penipu..! (sumber: RMOL.Id)
Redaksi : Amran