SumatraTimes.co.id – Pemerintah Ceko dan Spanyol kecele. Ceko membeli alat tes cepat COVID-19 (rapid COVID-19 test) dari China sebanyak 300 ribu unit, dan Spanyol 600 ribu unit.
Ternyata, sekitar 80 persen alatnya malah memberikan hasil salah.
Menurut laporan media lokal Prague Morning, Jumat (27/3/2020), sebanyak 80 persen alat itu memberi hasil false positive atau false negative.
Artinya, yang positif Virus Corona malah jadi negatif atau yang sebetulnya negatif malah hasilnya positif.
Parahnya lagi, pemerintah Ceko sudah menggelontorkan 54 juta koruna atau nyaris Rp34 miliar untuk membeli perlengkapan itu. Otoritas kesehatan Ceko berdalih bahwa alat itu memang bukan alat diagnostik dan hanya disarankan jika pasien sudah dua minggu karantina.
Pengalaman yang mirip turut dirasakan Spanyol. Alat tes Virus Corona dari perusahaan China bernama Bioeasy hanya tepat 30 persen saja, alhasil pakar mikrobiologi Spanyol tidak memberikan rekomendasi.
Business Insider menyebut pemerintah Spanyol akhirnya memutuskan mengembalikan 9.000 alat tes itu ke China. Yang dikembalikan adalah sampel dari 600 ribu alat tes yang dibeli dari China.
Meski Bioeasy sudah mengimpor barang kesehatan ke benua lain, pemerintah China berdalih perusahaan Bioeasy yang berada di Shenzhen itu belum punya izin resmi pemerintah.
Akurasi dari alat tes Virus Corona baru di China sebetulnya sempat dipertanyakan Gedung Putih. Koordinator Respons Virus Corona Gedung Putih, Dr Deborah Birx, menyindir ada alat tes yang hasilnya menyesatkan, sehingga AS memilih mengembangkan sendiri.
“Hal itu tidak membantu jika ada tes yang 50 persen atau 47 persennya adalah false positive. Bayangkan memberi tahu seseorang mereka positif HIV dan ternyata sebenarnya tidak,” ujar Dr Birx, pekan lalu.
Indonesia Sudah Pesan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang farmasi dan agroindustri, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) tengah melakukan kerjasama dengan China untuk mendatangkan alat pendeteksi virus Corona atau rapid test Covid-19.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menyatakan, rapid test tersebut akan segera diproduksi. Nantinya, deteksi gejala awal infeksi Corona bisa muncul hanya dalam beberapa belas menit hingga 3 jam saja.
“Nanti tes Corona ini bisa keluar dari rapid test hanya beberapa belas menit hingga 3 jam maksimal. Kita sudah pesan 500 ribu,” kata Arya dalam teleconferens di Jakarta, Rabu, 18 Maret 2020.
Lebih lanjut, pihaknya saat ini masih menunggu izin dari Kementerian Kesehatan terkait hal ini. Adapun izin sudah diajukan pada 10 Maret 2020 kemarin.
Untuk kisaran harga, Arya menyatakan belum mendapat rinciannya. Yang jelas, jika alat rapid test ini sesegera mungkin didatangkan, maka permasalahan penyebaran virus Corona selama ini akan teratasi.
Tanpa alat ini, tes deteksi virus Corona baru bisa memakan waktu hingga 2 hari.
“Ini memang bukan memberi diagnosa akhir, tapi untuk mencari kepastian gejala awal. Kalau memang ada gejala bisa langsung ke lab dokter,” ujar Arya. ***
Editor: amran