SumatraTimes.co.id – Tak kurang dari 11 perusahaan kini siap masuk ke kawasan Kepulauan Riau. Tak tanggung-tanggung, nilai investasi yang ditargetkan mencapai sekitar Rp 8,2 triliun.
Saat ini, setidaknya 11 perusahaan sedang bernegoisasi final untuk masuk ke kawasan Super Hub, terdiri dari Batam, Bintan dan Karimun. Hal ini diungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.
Pemerintah sebenarnya telah meluncurkan Program Batam, Bintan, dan Karimun atau BBK Murah di Kepulauan Riau, pada 26 September 2020 lalu. Nilai investasi yang ditargetkan yaitu 550 juta dolar AS, atau sekitar Rp 8,2 triliun (kurs Rp 14.938 per dolar AS).
“Tenaga kerja yang akan diserap mencapai sekitar 1.500 orang,” kata Airlangga, seperti dilansir Tempo.co pada Minggu (27/9/2020).
Meski demikian, dia belum merinci daftar 11 perusahaan yang akan masuk tersebut. Namun, perusahaan-perusahaan ini bisa mendapatkan sejumlah insentif yang ada di program BBK Murah.
Misalnya, mereka bisa mendapat stimulus jika masuk ke lokasi zona perdagangan bebas di Batam, Bintan, dan Karimun ini. Stimulus tersebut berupa sewa lahan gratis selama lima tahun pertama. “Jadi mereka hanya perlu menanggung biaya listrik, maintenance, dan biaya operasional lainnya,” kata Airlangga.
Selain itu, pemegang gelar Doktor Honoris Causa bidang Development Policy dari The Korea Development Institute (KDI) School of Public Policy and Management, Korea Selatan ini menyebut, biaya produksi yang terjangkau, mulai dari biaya listrik, gas, dan pelabuhan yang bersaing.
Lalu, Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Kabupaten (UMK) juga kompetitif. Kemudian, Self Factory Building (SFB) yang tidak kalah bersaing dibanding di Pulau Jawa.
Terkait hal ini, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kepulauan Riau (Kepri), Maruf Maulana, sebelum menjelaskan, saat ini sudah disiapkan lahan sekitar 50 hektare di Free Trade Zone (FTZ) Batam, 500 hektare di Karimun dan 1.000 hektare di Bintan.
Program ini, ujarnya, juga menawarkan insentif berupa relaksasi pajak/retribusi di daerah yang masuk dalam program ini, seperti pajak hotel, restoran, hiburan, penerangan jalan, pajak bumi bangunan, dan pajak parkir.
“Juga ada stimulus bagi pelaku UKM, kemudahan birokrasi perizinan dan cicilan uang wajib tahunan (uwt) bagi investor di Batam, ” lanjut Maruf.
Mengenai perusahaan Korea Selatan yang akan berinvestasi, terangnya, antara lain perusahaan tersebut bergerak di sektor teknologi, informasi dan komunikasi. Bahkan, dua dari belasan perusahaan itu, ada yang datang langsung ke Batam dan mengadakan pertemuan di lantai 3 Balairung Gedung Badan Pengusahaan (BP) Batam, Rabu (14/10/2020) lalu. Pertemuan itu juga diikuti pengusaha-pengusaha Korea lain secara online dari luar negeri.
Batam Banyak Peluang
Youngmin Lee, Direktur PT Nemo Partner Indonesia selaku konsultan bisnis berbasis di Korea mengakui, Kota Batam sangat strategis untuk investasi karena sangat dekat dengan Singapura.
Dia yakin, banyak peluang investasi ke depannya. “Ini potensi yang bagus ke depannya. Kita sebagai konsultan banyak perusahaan asing akan menjual hal ini kepada klien kami,” kata Lee.
Merespons hal ini, Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Harlas Buana menambahkan, sebagai tuan rumah, BP Batam siap memberikan kemudahan perizinan di Batam. Sebab sistem perizinan di Batam sudah didukung oleh Online Single Submission (OSS) atau perizinan terintegrasi secara digital.
Hadir dalam pertemuan itu Pejabat Sementara (Pjs) Wali Kota Batam, Syamsul Bahrum, Ketua Tim Pelaksana Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Nasional sekaligus Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Dr. Ing. Ilham Akbar Habibie.
Juga ada Ketua Kadin Kota Batam, Jadi Rajagukguk, Direktur PT Nemo Partner Indonesia Youngmin Lee, Direktur PT Optic Teknologies Indonesia Jhon Pieter serta Ketua Dewan TIK Kota Batam yang juga Direktur PT Jaringan Akses Data Donald Pangihutan.
Secara virtual, pertemuan itu juga diikuti oleh Managing Director Korean Infrastructur National Kim Jim Nam, President Director Seltech Co, Ltd Brian Cho, President Director GS Kim Hanseak dan Direktur Utama FPF Indonesia Ouach Haison.
Dalam pertemuan itu bahkan ditandatangani Memorandum of Understanding (MoU) antara PT Jaringan Akses Data Indonesia dengan PT Indonesia Optic Technology (IOT) terkait pengembangan Batam sebagai industri AI dan sebagainya, terutama bidang infrastruktur teknologi.
“Tenaga kerja yang akan mereka serap adalah yang memiliki kemampuan khusus di bidang IT,” kata Jadi.
Penjajakan investasi ini, ungkapnya, merupakan respon positif dari hasil kunjungan kerja Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bersama Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia ke Korea Selatan pada 23 hingga 24 September 2020 lalu.
Hal ini juga sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo, bahwa Kota Batam harus diarahkan kepada industri artificial intelligence. Sehingga bisa jadi kawasan investasi khusus berteknologi tinggi.
Rombak Mental Birokrasi
Pjs Wali Kota Batam Syamsul Bahrum mengatakan, Batam memang harus dijadikan sebagai Batam Digital Island, Batam Metropolis dan industri berbasis TIK. Hal itu, harus diikuti dengan pelayanan yang juga cepat dan canggih.
“Jangan sampai industri berkembang cepat, tapi mental birokrasi masih seperti yang lama-lama. Kita harus rombak ini. Industri berbasis digital ini harus terlaksana pada 2021. Kita bentuk regulasi Batam Digital ini secepatnya. Apalagi Batam kan sudah ada desain sebagai smart city,” katanya.
Syamsul mengatakan, dalam pertemuan tersebut, banyak investor y ang akan berekspansi ke Kota Batam. Sehingga semua stakeholder di Batam harus bekerja sama agar momentum ini tidak terbuang.
“Sehingga proses perizinan investasi lebih cepat. Infrastruktur kita juga sudah sangat bagus. Kita juga sudah siapkan lahan untuk mereka,” katanya.
Harlas mengatakan, dari pertemuan tersebut diungkap, kebutuhan lahan dari pengusaha Korea ini antara 10 hingga 50 hektare. Ke depannya, BP Batam juga menyiapkan lahan sekitar 1.300 di dekat Bandara Hang Nadim yang merupakan pengembangan dari Batam Aerocity.
Ketua Dewan TIK Kota Batam Donald Pangihutan mengatakan, kedatangan perusahaan IT asal Korea ke Batam sangat tepat. Sebab, banyak peluang di bidang TIK di Kota Batam. Dia mencontohkan pusat data IT. Marketnya sangat besar.
Selain itu, tingkat risiko juga sangat rendah karena Batam bukan daerah gempa.***
Sumber: RMco.id/Rakyat Merdeka