Jakarta – Seorang Kepala Keluarga (52) Sutiana bin O. Sulaeman (alm) dalam kesehariannya bekerja sebagai buruh harian lepas dihentikan Penuntutannya Berdasarkan Keadilan Restoratif
Ia bersama Keluarga nya tinggal di Kampung Pesanggrahan RT. 003 RW. 006, Desa Pengalengan, Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung.
Namun malang, SUTIANA bin O. SULAEMAN (alm) harus menjalani proses hukum sebagai tahanan rutan karena ia disangka melakukan penganiayaan terhadap saksi AEP HIDAYAT bin DAYAT (alm).
Berdasarkan siaran pers Kapuspenkum Kejagung Dr. Ketut Sumedana SH., MH., Kamis (8/6/2023), Kejadian bermula pada 14 Desember 2022 sekira pukul 13.30 WIB. Kala itu, ketika SUTIANA bin O. SULAEMAN (alm) tiba di rumahnya, ia melihat saksi AEP HIDAYAT bin DAYAT (alm) dan saksi TITO WILIYANTO sedang memanen buah alpukat di dekat kediaman SUTIANA bin O. SULAEMAN (alm). Awalnya, saat melihat kejadian tersebut, SUTIANA bin O. SULAEMAN (alm) tidak menghiraukannya dan memilih masuk ke dalam rumahnya.
Namun tak lama kemudian, saat SUTIANA bin O. SULAEMAN (alm) keluar dari rumah, ia melihat saksi AEP HIDAYAT bin DAYAT (alm) dan saksi TITO WILIYANTO masih memanen buah alpukat, sehingga SUTIANA bin O. SULAEMAN (alm) menghampiri serta menegur keduanya. Berawal dari teguran itu, terjadi keributan di antara keduanya dan SUTIANA bin O. SULAEMAN (alm) langsung mengambil kayu bambu yang sedang dipegang saksi AEP HIDAYAT bin DAYAT (alm) serta mengayunkannya ke kepala saksi. Akibat pukulan tersebut, saksi AEP HIDAYAT bin DAYAT (alm) mengalami luka memar di bagian tubuhnya, sehingga menghambat aktivitas sehari-harinya dalam mencari nafkah.
Akibat perbuatannya, SUTIANA bin O. SULAEMAN (alm) dilaporkan kepada pihak berwajib dan ditetapkan sebagai TERSANGKA yang disangkakan melanggar Pasal 351 Ayat (1) KUHP tentang Penganiayaan, dan berkas perkaranya dilimpahkan kepada Kejaksaan Negeri Kabupaten Bandung.
Lebih jauh di jelaskan Kapuspenkum, Setelah menerima berkas perkara dan melihat niat baik Tersangka untuk meminta maaf kepada saksi, menggugah niatan teguh hati Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Bandung SUGENG SUMARNO, S.H. memfasilitasi upaya perdamaian melalui mediasi penal.
Proses perdamaian keduanya pun dilaksanakan pada Jumat 26 Mei 2023 di Kantor Kejaksaan Negeri Kabupaten Bandung, yang dihadiri oleh pihak keluarga Tersangka dan saksi, tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Tak hanya itu, proses perdamaian ini juga mendapat dukungan penuh serta disaksikan langsung oleh Bupati Kabupaten Bandung Dr. H.M. Dadang Supriatna, S.Ip, M.Si. ujar Kapuspenkum Ketut Sumedana
Pada kesempatan tersebut, Jaksa Fasilitator IRA IRAWATI, S.H., M.H. melakukan mediasi antara korban dan Tersangka. Saat itu, AEP HIDAYAT bin DAYAT (alm) berbesar hati memaafkan perbuatan Tersangka SUTIANA bin O. SULAEMAN (alm) dan menerimanya dengan ikhlas.
Usai tercapainya kesepakatan perdamaian antara kedua belah pihak, Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Bandung mengajukan permohonan penghentian penuntutan berdasarkan keadilan restoratif kepada Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat. Setelah mempelajari berkas perkara tersebut, Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat Ade T. Sutiawarman sependapat untuk dilakukan penghentian penuntutan berdasarkan keadilan restoratif dan mengajukan permohonan kepada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum.
Kini, Tersangka SUTIANA bin O. SULAEMAN (alm) telah bebas tanpa syarat, usai permohonan yang diajukan telah disetujui oleh Jaksa Agung Muda Pidana Umum (JAM-Pidum) Dr. Fadil Zumhana melalui ekspose virtual pada Kamis 08 Juni 2023. SUTIANA bin O. SULAEMAN (alm) pun dapat kembali berkumpul dengan keluarganya dan melanjutkan kehidupannya seperti sedia kala.
Adapun alasan pemberian penghentian penuntutan berdasarkan keadilan restoratif ini diberikan tambah Ketut Sumedana, yaitu:
SUTIANA bin O. SULAEMAN (alm) baru pertama kali melakukan tindak pidana;
Ancaman pidana penjara tidak lebih dari 5 tahun;
SUTIANA bin O. SULAEMAN (alm) tidak akan mengulangi perbuatannya baik kepada korban maupun kepada orang lain;
SUTIANA bin O. SULAEMAN (alm) sanggup dan bersedia menanggung biaya pengobatan korban;
Pihak korban tidak akan menggugat atau melanjutkan perkara melalui jalur hukum positif;
Kepentingan korban dan kepentingan hukum lain yang dilindungi;
Penghindaran stigma negatif;
Respon dan keharmonisan masyarakat;
Kepatuhan, kesusilaan dan ketertiban umum.
Dalam ekspose virtualnya, JAM-Pidum mengapresiasi setinggi-tingginya kepada Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Bandung dan jajaran, yang telah berupaya menjadi fasilitator mendamaikan dan menyelesaikan perkara tersebut melalui mediasi penal, sehingga terwujudnya keadilan restoratif.
Tak hanya itu, JAM-Pidum juga mengapresiasi kebaikan hati saksi AEP HIDAYAT bin DAYAT (alm) yang tulus memaafkan SUTIANA bin O. SULAEMAN (alm). JAM-Pidum berharap SUTIANA bin O. SULAEMAN (alm) menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran agar tidak lagi mengulangi perbuatannya di masa mendatang.
Selanjutnya, JAM-Pidum memerintahkan kepada Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Bandung untuk menerbitkan Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan (SKP2) Berdasarkan Keadilan Restoratif sesuai Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 dan Surat Edaran JAM-Pidum Nomor: 01/E/EJP/02/2022 tanggal 10 Februari 2022 tentang Pelaksanaan Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif sebagai perwujudan kepastian hukum, tukas Ketut Sumedana. (Hendri)