SumatraTimes.co.id – Populasi warga China di Amerika Serikat (AS) semakin meningkat. Warga negara asal China di Amerika Serikat juga menyusup keberbagai lembaga dan ekonomi. Ini menjadikan Amerika Serikat, negara digdaya itu, sebagai negara yang sangat rentan menjadi objek spionase oleh China.
Kabar terbaru mengatakan pemerintahan Presiden Donald Trump dikabarkan tengah meninjau proposal untuk melarang 29 juta anggota Partai Komunis China, termasuk elit politik, pebisnis, tentara Pembebasan Rakyat China, hingga masyarakat biasa ke Amerika Serikat. Namun, pelarangan ini masih terkait pada persoalan voronan virus.
Kabar pemerintahan Trump melarang warga dari China, dan seluruh anggota Partai Komunis China ke Amerika Serikat dilaporkan oleh sejumlah media AS, tak terkecuali The Post dan The Wall Street Journal. Reuters bahkan telah mengutip sebuah sumber.
Sumber yang tak disebutkan identitasnya itu menyebutkan bahwa para pejabat senior di AS telah membahas persoalan tersebut dengan mulai mengedarkan sebuah rancangan perintah presiden. Namun, rencana ini masih dalam tahap awal dan diyakini belum ada di meja Trump.
Larangan tersebut membuat pemerintah komunis China naik darah.
“Jika laporan itu benar, AS berdiri menentang 1,4 miliar penduduk China. Berdiri menentang seperlima dari populasi dunia,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying, seperti dikutip South China Morning Post, Sabtu (18/7/2020).
Pemerintahan Presiden Donald Trump memang dikabarkan tengah meninjau proposal untuk melarang anggota Partai Komunis China untuk bepergian ke negeri Paman Sam. Beijing menganggap bahwa hal ini sangat menyedihkan dan konyol.
“Ini akan bertentangan dengan keinginan masyarakat di kedua negara, melawan tren abad ke 21, dan sangat konyol,” katanya.
Hua mengatakan bahwa Partai Komunis merupakan partai yang melekat dengan masyarakat negeri Tirai Bambu.
“Kepemimpinan Partai Komunis adalah fitur dasar sosialisme dengan karateristik China. Di bawah kepemimpinan Partai Komunis, rakyat China memenangkan kemerdekaan, kebebasan, dan pembebasan,” kata dia.***
Sumber: CNBC indonesia
Editor: Amran