Oleh: Ramdan Hamdani*
Pandemi yang telah berlangsung lebih dari setengah tahun ini telah memaksa para pendidik untuk merubah pola pembelajaran sesuai dengan kondisi saat ini.
Kegiatan pembelajaran yang biasa dilaksanakan secara tatap muka di dalam kelas hari ini hampir tidak kita temukan lagi.
Guru serta siswa melakukan interaksi belajar di tempat masing – masing dengan mempergunakan gadget sebagai medianya.
Berbagai kendala pun muncul ke permukaan mengingat tidak semua guru serta orangtua benar – benar siap dengan kondisi yang datang secara tiba – tiba itu.
Adapun potensi bahaya dari penggunaan gadget secara tidak terkendali kini tengah mengancam masa depan anak – anak kita. Hal ini antara lain disebabkan oleh kurangnya literasi digital di kalangan para pengguna (anak dan orangtua).
Penyalahgunaan gadget di kalangan pelajar merupakan masalah yang paling banyak dikeluhkan oleh para orangtua. Perubahan perilaku anak ke arah yang lebih buruk pun semakin hari kian memprihatinkan. Adapun kurangnya pengawasan dari orangtua menjadi penyebab utama maraknya penyalahgunaan gadget tersebut.
Setidaknya, ada empat dampak negatif yang perlu dijadikan perhatian orangtua saat mereka tengah memegang gadget.
Pertama, kecanduan bermain game online.
Permainan merupakan salah satu aplikasi favorit yang terdapat pada gadget. Permainan tersebut beraneka macam bentuknya. Adapun permainan yang bernuansa kekerasan menjadi permainan yang sangat digemari di kalangan anak – anak pada jenjang pendidikan dasar.
Kebiasaan semacam ini nyatanya berpengaruh terhadap perilaku mereka. Anak cenderung agresif dan menyelesaikan persoalan dengan cara – cara kekerasan. Dalam banyak kasus, tak jarang seorang anak melakukan tindak kekerasan kepada teman sebayanya karena terinspirasi oleh adegan – adegan yang mereka lihat melalui aplikasi permainan.
Kedua, mengajarkan anak untuk menghalalkan segala cara. Beberapa jenis permainan mengharuskan para penggunanya untuk mengeluarkan sejumlah uang apabila ingin merasakan permainan yang lebih seru dan menantang.
Sayangnya, tidak semua anak memiliki uang yang cukup untuk membayarnya. Alhasil, tidak sedikit anak yang mencari cara untuk memperoleh uang tersebut dengan cara – cara yang tidak halal.
Mulai dari berbohong pada orangtua, menjual barang milik orangtua tanpa sepengetahuan mereka, meminta uang kepada teman sekelasnya dengan cara memaksa serta cara – cara kotor lainnya.
Ketiga, ancaman pornografi. Kemudahan untuk mencari dan menyebarkan informasi dalam bentuk teks, gambar maupun video menjadikan gadget sangat rawan untuk disalahgunakan.
Berbagai macam adegan asusila yang tidak semestinya dilihat oleh anak – anak dapat langsung menyebar melalui media sosial hanya dalam hitungan detik. Akibatnya, mental anak pun menjadi rusak.
Anak – anak akan sulit untuk mencerna materi pelajaran di sekolah karena kepala mereka sudah terkotori. Lebih dari itu, besarnya hasrat untuk meniru adegan tersebut tertanam kuat dalam diri mereka. Tak heran apabila saat ini kita sering mendengar kabar tentang siswa SD atau SMP melakukan tindak kekerasan seksual kepada adik kelasnya.
Keempat, gangguan kesehatan yang mengintai setiap saat. Penggunaan gadget secara berlebihan pada anak berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yang sangat serius.
Kebiasaan anak memandangi layar kecil selama berjam-jam akan berdampak pada indra penglihatan mereka. Selain itu efek radiasi yang dipancarkan oleh benda mungil tersebut dalam jangka panjang juga perlu diwaspadai.
Untuk meminimalisir terjadinya penyalahgunaan gadget di masa pandemi, para orangtua hendaknya aktif dalam melakukan pengawasan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh anak – anaknya saat mereka berinteraksi dengan gadget.
Memeriksa secara rutin konten yang ada di gadget milik anaknya perlu dilakukan orangtua sebagai salah satu bentuk kontrol atau pencegahan.
Adapun guru atau pihak sekolah juga dituntut aktif dalam memberikan wawasan tentang literasi digital kepada siswa serta orangtuanya. Guru tidak selayaknya hanya memberikan setumpuk tugas kepada anak didiknya tanpa memberikan arahan sebagaimana mestinya.
Anak perlu diberikan pemahaman secara utuh tentang bagaimana seharusnya mereka menggunakan gadget nya agar terhindar dari dampak – dampak negatif sebagaimana dijelaskan oleh penulis di atas.
Dengan demikian, proses pembelajaran daring yang dilaksanakan selama masa pandemi pun dapat berjalan secara maksimal dan tidak berdampak buruk bagi perkembangan mental anak.***
*Penuis adalah Praktisi Pendidikan, Sekjend JSIT Kabupaten Subang
Sumber: tintahijau.com
Editor: amran