DHAKA – Pemerintah Bangladesh siap memulangkan 3.500 pengungsi Rohingya ke Myanmar mulai Kamis (22/8). Ini 2 tahun setelah etnis minoritas beragama Islam itu kabur mengungsi akibat persekusi, genosida dan penindasan di Myanmar, terutama di negara bagian Rakhine.
“Semuanya sudah siap. Titik transit darat juga sudah dipersiapkan,” ujar Komisioner Urusan Pengungsi Bangladesh, Mohammad Abul Kalam, kepada AFP, Senin (19/8) sebagai mana dikutip dari CNN Indonesai.
Kalam mengatakan bahwa proses pemulangan ini akan dimulai pada Kamis (22/8). Petugas Bangladesh dan Myanmar berencana merepatriasi 300 Rohingya setiap hari.
Sebelumnya, aparat Bangladesh sudah pernah merencanakan pemulangan sekitar 2.260 warga Rohingya. Namun, para pengungsi itu menolak karena takut masih ada persekusi di Rakhine.
Namun kini, Kalam memastikan bahwa sudah ada 3.500 pengungsi yang bersedia, dan memenuhi syarat pemulangan.
“Tak ada yang akan dipaksa pulang, kecuali mereka mau secara sukarela,” ucap Kalam.
Proses pemulangan ini menjadi sorotan, sebab menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kondisi di Rakhine sampai saat ini belum kondusif, karena masih terjadi konflik dengan pemberontak Tentara Pembebasan Arakan Rohingya (ARSA).
ARSA adalah kelompok bersenjata Rohingya yang melakukan serangan di empat pos kepolisian, dan satu pangkalan militer di Rakhine dua tahun lalu. Mereka mengklaim menjalankan aksinya untuk membela hak-hak dasar Rohingya.
Selama ini, sebagai kelompok etnis minoritas beragama Islam di Myanmar, Rohingya memang kerap menjadi target diskriminasi, dan persekusi hingga harus kehilangan nyawa mereka.
Serangan ARSA itu memicu ‘operasi pembersihan’ brutal oleh tenstara Myanmar di Rakhine yang menyebabkan seribu orang tewas dan ratusan ribu lainnya melarikan diri ke Bangladesh.
Editor : Amran