ANDINI, gadis berusia 14 tahun harus menafkahi dua adiknya yang masih berusia di bawah tiga tahun.
PEKANBARU – Sepekan sudah Ijaz (40), meninggalkan tiga anak perempuan untuk selama-lamanya. Sementara suaminya pergi dan menikah lagi dengan perempuan lain sejak anak ketiganya berusia empat bulan. Kini, ketiga anak tersebut tinggal di Dusun Telayap, Desa Pangkalan Tampoi, Kecamatan Kerumutan, Kabupaten Pelalawan, Riau. Andini (14) yang merupakan anak pertama dari Ijaz pun terpaksa mengasuh kedua adik perempuannya.
Ia bak orang tua tunggal. Tubuh mungilnya menggendong adik bungsunya, Sidratul Jannah yang berusia 4 bulan. Sembari menggendong ia memberikan susu formula ke mulut adiknya tersebut yang dari tadi menangis karena kehausan. Sang kakak kemudian dengan cermat dan tanggap membuatkan susu ke dalam botol dan mengarahkan botol tersebut ke mulut kecil Sidratul Jannah. Sementara di samping kirinya, bayi perempuan berusia 1 tahun 8 bulan bernama Purwanti, merengek menangis meminta susu. Kamis (10/1) cuaca di Dusun Telayap sungguh terik, bahkan teriknya cuaca siang itu membuat suara bayi tersebut semakin keras, seakan-akan mengundang tetangga untuk datang menghampirinya.
Dengan sabar dan telaten, Andini menjaga kedua adiknya. Mereka bertiga tinggal di sebuah rumah papan sederhana. Rumah tersebut hanya memiliki dua pintu dan satu jendela.Andini tak tergoda ajakan teman seusianya bermain. Ia lebih memilih menjaga kedua adiknya dengan penuh kasih sayang.Saat ini, gadis kecil berhijab itu memikul beban yang cukup berat, lebih berat dari usianya saat ini.
Andini harus menjadi ibu, sekaligus bapak bagi kedua adiknya tercinta.Status itu ia sandang usai sepekan, ia dan kedua adiknya ditinggal pergi sang ibu selama- lamanya. Ibunda tercinta, Ijaz tutup usia setelah mencoba melawan penyakit Tubercolosis (TBC) akut. Andini lah yang kini harus menjadi pembimbing dan pemberi kasih sayang untuk adik-adiknya. Mereka tumbuh tanpa bimbingan orang tua, tanpa pengawasan dan kasih sayang.Faktor ekonomi semakin terhimpit, ditambah waktu luang semakin sempit, Andini terpaksa menanggalkan seragam sekolahnya di bangku kelas tujuh SMP.
Andini memilih meluangkan waktu dan menghabiskan masa mudanya guna mengurusi kedua adiknya.Andini tetap berusaha tersenyum, namun di balik matanya ada duka mendalam. Pancaran wajahnya tak lagi gembira, dan lebih banyak diam daripada bicara.
RUMAH terbuat dari kayu inilah Andini dan kedua adiknya tinggal usai ditinggal meninggal ibunda tercinta dan ayahnya menikah lalu pergi entah kemana.
Di usianya masih sangat belia, seharusnya bergembira, bersekolah dan melumat pelajaran demi pelajaran bersama teman-temannya. Namun, Andini harus rela, kuat, tabah, dan ceria, demi kedua adiknya tercinta. Hanya kedua adiknya kini menjadi pelipur lara setelah tidak ada lagi orang tua.Dedi Azwandi, pegiat sosial setempat sekaligus Wakil Ketua Yayasan Mualaf Center Riau, tak kuasa menahan lara ketika menceritakan kondisi Andini.
Dengan suara terbata-bata, ia menceritakan kesedihan melihat kondisi ketiga bocah itu harus menghadapi kenyataan pahit dan ujian serba berat tersebut.”Andini bilang terlalu banyak kenangan di rumah itu untuk ditinggalkan,” kata Dedi kepada Selasar Riau. Dedi mengatakan ia telah berusaha mengajak ketiga anak perempuan itu ke Kota Pangkalan Kerinci, ibu kota Pelalawan. Untuk menuju ke Pangkalan Kerinci, Andini bisa menempuh jarak selama 4 jam perjalanan.Namun, kata Dedi, Andini sangat berat meninggalkan rumah dengan sejuta kenangan itu. Ia mengatakan, di Pangkalan Kerinci, nantinya Andini akan diasuh oleh keluarga yang siap menjaga mereka.
Dedi bercerita, sejumlah pihak juga telah menyalurkan bantuan kepada keluarga Andini. Bahkan, Badan Amil Zakat Sedekah Nasional (Baznas) menjamin pendidikan untuk Andini hingga ia mencicipi pendidikan tinggi lantaran semangat belajar Andini untuk belajar sungguh luar biasa, sebelum akhirnya ia memilih meninggalkan bangku sekolah.Namun, Andini lebih banyak diam dan masih belum bersedia meninggalkan rumah peninggalanya ibunya.
“Dia semangat sekolahnya bagus, tapi lebih memilih menjaga adiknya. Kita sedang berusaha mencari solusi terbaik dan membujuk Andini agar bersedia pindah,” lanjutnya.Selain itu, Dedi juga berharap ada bantuan dari para tangan dermawan untuk membantu Andini dan adik-adiknya. Hanya bantuan itu yang dapat meringankan duka mereka bertiga.