SumatraTimes.co.id – Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) melalui sejumlah anak perusahaannya serius menapaki pasar ritel dengan produk kemasan gula 1 kg untuk memenuhi ketersediaan gula dengan harga yang terjangkau.
Sejumlah anak perusahaan yang terdiri atas PTPN II, PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, dan PTPN XIV, diklaim jadi langkah strategis untuk menjaga pasokan gula konsumsi dan stabilitas harga gula nasional.
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara Muhammad Abdul Ghani mengatakan langkah penghiliran ini merupakan bagian dari strategi transformasi bisnis PTPN Grup sebagai perusahaan BUMN untuk ikut berperan dalam menjaga ketersediaan gula konsumsi sepanjang tahun dengan harga yang wajar dan menjaga ketahanan pangan nasional menuju swasembada gula.
“Produk gula kemasan ritel 1 kg merupakan langkah serius PTPN Grup sebagai bagian bisnis gula yang berkelanjutan sekaligus untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pangan dan stabilitas harga di masyarakat,” ujar Ghani dalam siaran pers, Rabu (5/8/2020).
Menurutnya, perseroan memiliki strategi memperkuat komoditas gula dengan cara memperluas areal tanaman tebu dari sekitar 56.000 hektar saat ini menjadi sekitar 80.000 hektar melalui konversi lahan karet yang dimiliki lahan anak perusahaan serta bersinergi dengan perusahaan BUMN lain seperti Perum Perhutani.
Ghani menambahkan PTPN Grup menargetkan gula konsumsi tahun ini sebanyak 1 juta ton. Produksi itu bersumber dari areal tanaman tebu milik PTPN yakni PTPN II, PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, dan PTPN XIV maupun milik petani tahun ini sekitar 168.000 hektar dan diproyeksikan mampu menghasilkan tebu untuk digiling sebanyak 12,2 juta ton.
“Dengan tingkat rendeman sekitar 8 persen, kami akan mampu mencapai gula konsumsi sekitar 1 juta ton,” lanjutnya.
Sementara itu, Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara Grup Dwi Sutoro menambahkan pada masa giling 2020 ini PTPN Grup memulai dengan kapasitas gula konsumsi kemasan 1 kg sekitar 40.000 ton (40 juta pcs).
Jumlah tersebut akan terus dikembangkan sebagai bagian dari rencana strategis PTPN Grup dalam 5-10 tahun ke depan. Selain itu, PTPN akan tetap menggandeng petani tebu rakyat dalam meningkatkan produksi tebu dengan cara menjaga kestabilan harga di tingkat petani.
Dengan cara itu diharapkan minat petani tetap tinggi untuk memproduksi tebu sehingga secara langsung menambah kapasitas gula konsumsi dan menaikkan kesejahteraan petani tebu.
Untuk mencapai target gula konsumsi tersebut perseroan telah menyiapkan peralatan pabrik dengan maintenance dan investasi peralatan, analisa pendahuluan sampel tebu dan persiapan TMA (tebang, muat dan angkut) untuk menjamin keandalan dan efisiensi giling.
“Dengan perluasan area dan perbaikan kultur teknis, varietas dan tekhnologi, kami bisa memgula konsumsi lebih baik dan besar lagi,” ujarnya.
Lebih jauh, Dwi menjelaskan strategi bisnis berkelanjutan ini merupakan komitmen PTPN Grup berada di pasar untuk bisa memenuhi kebutuhan gula masyarakat sepanjang tahun atau tidak hanya selama musim giling gula saja.
Menurutnya, berbagai langkah strategi sudah dipersiapkan untuk menembus pasar ritel dengan memfokuskan pada brand atau merek masing-masing anak perusahaan PTPN yang sudah ada (existing) di daerah masing-masing dengan harga terjangkau sesuai ketentuan pemerintah.
Adapun PTPN II dengan area sekitar Sumatera Utara dengan brand Walini, PTPN VII sekitar area Lampung dengan brand Walini, PTPN IX, sekitar area Jawa Tengah, dengan brand Banaran, PTPN X sekitar Jawa Timur dengan brand Dasa Manis, PTPN XI sekitar Jawa Timur dengan brand Gupalas serta PTPN XIV di Sulawesi Selatan dengan brand Gollata.
“Produk kemasan gula ritel PTPN Grup berada di hampir seluruh penjuru Indonesia dengan jumlah produksi yang diharapkan cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat,” kata Dwi.
Produksi
Selanjutnya, Dwi menjelaskan jumlah gula konsumsi ritel akan mulai diproduksi dan didistribusikan pada Juli 2020 dan direncanakan sampai musim giling 2021 sekitar Juli 2021.
Distribusi akan dilakukan melalui kemitraaan dengan 65 koperasi dan 7 pelaku UMKM yang tersebar di enam anak perusahaan di seluruh Indonesia.
Untuk menjaga agar stok gula dapat dijual dengan harga sesuai HET (harga eceran tertinggi) Rp 12.500/kg di level distributor seperti yang sudah ditetapkan pemerintah, PTPN Grup akan menjual kepada distributor, koperasi, maupun mitra bisnis UMKM di bawah harga tersebut.
Dia berharap koperasi dan pelaku UMKM ini bisa berperan aktif untuk memasok kebutuhan gula ritel di tengah masyarakat yang pada akhirnya bisa berdampak positif bagi usaha mereka. Permintaan gula semakin tinggi, namun rasa manis dari si gula semakin berkurang. ***
Sumber: amran
Editor: amran