Jakarta – Sebentar lagi bulan Ramadhan akan berakhir, dan umat Islam pada hari Rabu (5/6) akan merayakan hari raya Iedul Fitri. Meskipun saling memaafkan bisa dilakukan kapan saja, tetapi pada hari lebaran tersebut umumnya dikenal dengan hari untuk saling maaf dan memaafkan. Tentu tidak ada yang salah atas permohonan saling memaafkan tersebut, bahkan berimplikasi psikologis yang baik agar orang bisa rendah hati dan tidak sombong.
Berkaitan dengan hal ini, media mewawancarai salah seorang Tokoh Spiritualitas Kontemporer Dede Farhan Aulawi yang selama ini dikenal sering memberi motivasi lewat tulisan dan “quote”-nya di banyak media.
Dede berpendapat bahwa saling memohon dan memberi maaf adalah sebuah budaya yang baik, dan sesuai dengan ajaran Islam. Tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat salah. Disengaja ataupun tidak, pasti kita pernah melakukan kesalahan. Baik kesalahan dengan perbuatan ataupun dengan lisan yang bisa saja membuat orang lain tersinggung, sakit hati, kecewa atau bahkan menderita. Ujar Dede.
Untuk itulah seyogyanya satu sama lain bisa saling memaafkan. Tapi satu hal yang harus diingat bahwa yang memohon maaf dan memberi maaf harus ikhlas dan tulus. Jangan hanya basa basi formalitas seremoni saja.
Lihat saja tidak sedikit orang yang melewati fase ini, tapi di belakang masih suka mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu. Pranata lahiriah formal ini harus bertransformasi menjadi pranata spiritual berbasis kesholehan sosial. Tidak mudah pasti, tapi harus diusahakan untuk terus berlatih menata hati. Ungkap Dede.
Di antara gelapnya ruang, selalu ada celah cahaya yang memberi ruang harapan bagi siapapun yang tidak mudah putus asa. Reaksi otak dan fikiran harus terus dilatih agar memiliki keterampilan sikap dan cara pandang yang tangguh. Buang fikiran dendam yang hanya menjadi beban dari setiap langkah kehidupan.
Tutuplah lembaran masa lalu yang hanya melahirkan rasa sesal yang tidak berarti. Apalagi sekedar mengenang masa pahit di mana air mata tak pernah berhenti mengalir. Goresan luka jiwa karena perbuatan orang lain akan terasa indah saat kita bisa memberikan maaf tanpa harus menunggu orang lain memohon dan mengiba.
Kita adalah generasi tangguh yang sudah terlatih dan teruji. Berilah maaf yang tulus pada siapapun yang memohon ataupun tidak memohon. Kita tidak akan pernah miskin hanya karena banyak memberi maaf. Juga kita tidak akan kehilangan kehormatan hanya karena berjiwa besar dalam memaafkan. Justru spiritualitas kita semakin terasah agar mahir dalam mengarungi setiap hempasan ombak di samudera kehidupan. Tak lupa pada kesempatan ini untuk mengucapkan, ” Taqobbalallaahu minna wa minkum, syiamana wasyiamakum. Minal aidin wal faidzin. Mohon maaf lahir dan batin. *Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1440 H*. Pungkas Dede mengakhiri percakapan di rumahnya pada akhir bulan Ramadhan ini, Senin (3/5).
NB : Rumahnya kecil dan sangat sederhana, tapi jiwa – jiwa penghuninya begitu besar dan mewah dalam menerangi setiap jiwa yang begitu dahaga dengan pencerahan spiritualitas yang cerdas. Terima kasih kang Dede Farhan yang selama ini tidak pernah lelah untuk memberi pencerahan dan pembekalan keterampilan bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa pamrih. Mudah-mudahan tauladanmu bisa menginspirasi seluruh anak negeri agar tidak kenal lelah untuk berbakti dan mengabdi.
Tak lupa Dede juga mengucapkan berjuta terima kasih kepada seluruh media yang selama ini sering meliput kegiatan dan pemikirannya. Semoga menjadi ladang ibadah dan amal Sholeh penerang jalan di akhirat kelak. Aamiin YRA ?.