Oleh: KH.Bachtiar Ahmad
======================
Dalam beberapa kitab ada dikisahkan satu riwayat tentang “Iblis dan Fir’aun” (yang keduanya telah dilaknat Allah SWT); Bahwa suatu ketika dengan menyamar sebagai seorang laki-laki tampan, Iblis berkunjung kepada Fir’aun dan terjadilah percakapan di antara mereka berdua (disarikan dan diedit kembali): “Hai Fir’aun apakah engkau mengenaliku ?”
“Sepertinya aku tak pernah mengenalmu, tapi aku punya firasat bahwa engkau bukanlah orang yang baik.” Fir’aun menjawab sapaan Iblis yang datang kepadanya“Engkau betul, aku sebenarnya adalah iblis, yang dalam satu hal engkau telah mengalahkan kesombongan yang aku perlihatkan kepada Allah.”
Dengan rasa penasaran Fir’aun bertanya kepada Iblis: “Ah, masa iya. Bukankah engkau lebih hebat dari diriku. Kalau benar engkau kalah dariku, coba sebutkan kelebihanku itu.”

Lalu Iblis menjawab: “Memang aku lebih hebat dari kamu, karena aku diciptakan Allah dari api, sedangkan engkau anak cucu Adam diciptakan dari tanah. Aku lebih tua darimu, bahkan Adam sekalipun. Aku lebih pandai dan kuat dari kamu, tapi walaupun demikian, aku masih tetap mengakui bahwa Allah itu adalah Tuhanku. Sedangkan engkau, walaupun lebih jelek, lebih bodoh, ternyata berani mengaku sebagai Tuhan. Nah, itulah kelebihan yang engkau miliki dariku.”
Sambil menatap Iblis, Fir’aun berkata:
I“O, itu masalahnya. Sebenarnya aku tak bermaksud menyaingi Tuhan, aku hanya ingin menunjukkan kepada rakyatku; bahwa aku memiliki kekuasaan mutlak atas diri mereka.
Sehingga dengan demikian, mereka tak akan berani macam-macam denganku; dan atau dengan terpaksa sekalipun mereka wajib memberikan dukungan penuh padaku. Andai demikian, jika sikapku itu merupakan suatu kesalahan, maka tentu saja aku akan segera bertaubat dan memohon ampunan Tuhan.”
Dengan tangkas Iblis membalas ucapan Fir’aun: “Jangan, jangan lakukan itu hai Fir’aun. Jika engkau bertaubat, maka segenap penduduk Mesir tidak akan lagi menghormatimu. Padahal sebahagian besar dari mereka juga sudah menerima dan mengakuimu sebagai tuhan mereka. Selanjutnya engkaupun akan menjadi orang yang hina dalam pandangan mereka.
Soal Tuhan, biarlah Dia berbuat sesukanya, sebab pada akhirnya nanti, kita juga akan memiliki teman dan sahabat yang sama jahat dan buruknya dengan kita; Bahkan jauh lebih buruk lagi.”
Sambil mengangguk-anggukkan kepalanya Fir’aun berkata: “Benar juga katamu hai Iblis. Tapi seperti yang kau katakan tadi, orang macam apakah yang akan menjadi teman dan sahabat kita; dan siapakan yang lebih buruk keadaannya dari pada kita?”.
Iblis menjawab: “Nah, itu baru jagoan namanya. Adapun orang yang akan menjadi teman dan sahabat kita cukup banyak, yang jelas adalah orang-orang yang ingkar atau kafir kepada Allah.
Dan yang lebih hebat lagi adalah dari kalangan orang-orang yang mengaku beriman, tapi mereka memiliki “kesombongan”, walau hanya sedikit.
Tak pandang bulu, apakah ia kaya atau miskin; penguasa ataupun rakyat jelata. Orang-orang yang memutuskan silaturahmi; orang yang tidak mau menerima permintaan ma’af dari orang lain; orang yang menyekutukan Allah dengan sesuatu selain Dia; Orang yang dan menyalah gunakan kebenaran lantaran ingin berkuasa dan sekaligus mempertahankan kekuasaannya itu;
Orang yang merasa dirinya jauh lebih hebat dan lebih baik dari orang lain; Dan yang sangat istimewa sekali adalah; seseorang yang beriman yang diberi kekuasaan seperti engkau wahai Fir’aun, lalu dengan kekuasaannya ia berlaku zalim agar semua orang takut dan tunduk kepadanya; ia memang tidak pernah mengaku sebagai Tuhan sebagaimana yang engkau lakukan, tapi perbuatan dan tindakannya seakan-akan dialah Tuhan yang patut dan layak untuk ditakuti dan dihormati; dan merasa semua orang tergantung dan bergantung pada kekuasaannya.”
Fir’aun terdiam sejenak mendengar penjelasan Iblis (yang dilaknat Allah), lalu iapun berkata: “Hai Iblis, ternyata ada orang yang lebih hebat dari kita nantinya. Terimakasih atas nasihat dan petunjuknya, mudah-mudahan akan semakin banyak lahir fir’aun-fir’aun baru, sehingga akan makin banyak sahabat dan teman-teman yang berkumpul dengan kita.”
Tanpa bicara sepatah katapun, setelah menatap Fir’aun beberapa saat, Iblis yang dilaknat Allah kemudian berlalu dari hadapan Fir’aun.
Iblis dan Fir’aun (laknat Allah untuk mereka) adalah dua nama yang cukup kita kenal, sekalipun kita tak pernah melihat sosok lahiriah mereka. Sebab di dalam Kitab-Nya (Al-Qur’an), Allah SWT banyak menyebut mereka sebagai sosok yang tidak layak untuk di-ikuti dan diteladani.

Iblis laknatullah adalah “bapak dan induk” dari orang-orang yang sombong, yang merasa dirinya lebih baik dan lebih hebat dari orang lain, sehingga pada akhirnya ia dilaknat oleh Allah dan terusir dari surga sebagaimana yang dinyatakan Allah dengan firman-Nya: “Allah berfirman: “Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu ter-kutuk. // dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat.” (Q.S. Al-Hijr: 34-35)
Adapun tentang Fir’aun tentunya tak perlu diterangkan secara rinci, sebab bagaimanapun juga manusia yang satu ini, telah pula dilaknat lantaran kedurha-kaannya yang amat sangat kepada Allah SWT.
Dan sesungguhnya dia (Fir’aun) pada hakikatnya hanyalah merupakan salah seorang korban dari bujuk rayu Iblis, yang memang telah berjanji kepada Allah SWT untuk menyesatkan “anak-anak Adam” tatkala Iblis diusir, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an: “Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya; // kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka.” (Q.S. Al-Hijr: 39-40)
Dan yang lebih hebatnya lagi, Iblis berhasil membuat Fira’un menjadi lebih durhaka lagi kepada Allah SWT dari dirinya, lantaran Fir’aun tidak hanya sekadar sombong dan menyombongkan diri, tapi juga mengaku sebagai Tuhan sebagaimana yang diterangkan Allah SWT di dalam Al-Qur’an: “Fir’aun berkata: “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan.” (Q.S Asy-Syuaraa’: 29)
Selanjutnya mengacu pada petikan riwayat di atas, maka sa’at ini di sekitar kita tidak sedikit jumlah orang atau manusia yang secara sadar ataupun tidak telah menjadikan diri mereka sebagai bagian dari pengikut ataupun teman-temanya Iblis dan Fir’aun dengan berbagai karakter atau perilaku yang telah dijelaskan oleh Iblis kepada Fir’aun. Dan bisa jadi salah satu di antaranya adalah diri kita sendiri.
Atau paling tidak menjadi orang yang bersyubhat dengan orang-orang yang berprilaku buruk sebagaimana yang dijelaskan di atas, sehingga pada akhirnya cepat ataupun lambat, kitapun akan terkena laknat Allah sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam ayat 54 surah Al-Anfaal yang menjadi pembuka tulisan ini.
Oleh sebab itu sudah sewajarnyalah kita mawas diri, agar tidak terjebak dan menjadikan diri kita sebagai bagian orang-orang yang memiliki prilaku yang dilaknat Allah.
Terutama yang bersentuhan dengan kepemimpinan atau penguasa-penguasa yang lagak lagunya nyaris sama dan serupa dengan Fir’aun laknatullah.
Memang mereka (para penguasa) itu tidaklah mengakui dirinya sebagai Tuhan, tapi ketika mereka menjadikan setiap orang merasa “tergantung” dan “takut” pada dirinya, maka di saat itulah mereka mengambil hak yang sebenarnya adalah milik Tuhan; Allah SWT.
Sebab hanya Allah jualah yang wajib ditakuti, sebagaimana perintahnya: “Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (Q.S. Al-Maaidah: 44)
Jadi janganlah gadaikan keimanan dan ibadah yang kita lakukan kepada “sang penguasa” untuk dan alasan apa saja. Lebih-lebih lagi karena takut, sebab yang wajib ditakuti dan diikuti perintahnya hanyalah Allah Ta’ala. Wallahua’lam
Bagansiapiapi, 24 Safar 1440 H /
2 Nopember 2018.