Selain pembenahan, Erick juga menyebutkan bahwa dia tidak segan untuk menutup BUMN yang rugi, termasuk anak usahanya.
Perlu diperiksa KPK. Berikut sejumlah BUMN yang tercatat masih menderita kerugian:
1. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk atau KS merupakan BUMN yang bergerak di industri baja.
Sejauh ini, KS diketahui memiliki tumpukan utang senilai Rp 40 triliun dan memiliki anak usaha 60 perusahaan.
Dikutip dari Kompas.com, 4 Januari 2019, KS tengah gencar melakukan restrukturisasi untuk menangani kerugian perusahaan yang telah terjadi selama enam tahun berturut-turut.
Tahun lalu, Krakatau Steel masih mencatatkan rugi tahun berjalan yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 74,82 juta dollar AS.
Secara historis, paling tidak rugi bersih tersebut konsisten menyusut dalam empat tahun terakhir.
Sebagai perbandingan pada 2015 silam, mereka rugi hingga 320,03 juta dollar AS.
2. PT Indofarma (Persero) Tbk
Indofarma merupakan BUMN yang bergerak di bidang farmasi.
Dikutip dari Kontan, perusahaan dengan kode emiten INAF ini mencatatkan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 34,84 miliar hingga kuartal III-2019.
Rugi ini mengecil 0,71 persen secara year on year (yoy) jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.
Indofarma memiliki dua anak usaha, yakni PT Indofarma Global Medika (IGM) dan PT Farmalab Indoutama (FLIU).
IGM adalah perusahaan trading serta distributor obat dan alat kesehatan.
Sementara PT Farmalab Indoutama merupakan laboratorium uji ekuivalensi, baik uji BA-BE maupun disolusi terbanding (DT).
3. PT PAL Indonesia (Persero)
PT PAL Indonesia menjadi salah satu BUMN yang masih menderita kerugian.
Dikutip dari laman resmi PT PAL Indonesia, kinerja PT PAL Indonesia (Persero) terpantau membukukan kerugian akibat beban masa lalu.
Pada 2017, kerugian PAL mencapai Rp 45,3 miliar dan meningkat menjadi Rp 304,1 miliar pada 2018.
Sedangkan pada akhir 2019, kerugian tahun berjalan diproyeksikan dapat ditekan menjadi Rp 26,3 miliar.
Kerugian tersebut bukan disebabkan oleh operasional perusahaan, melainkan dipengaruhi oleh beban bunga pinjaman restrukturisasi yang diakibatkan oleh pinjaman sejak 2015 hingga 2010.
Pinjaman tersebut bermasalah akibat proyek terminasi pada kontrak kapal yang diperoleh PAL di antara tahun tersebut.
4. PT Dirgantara Indonesia
PT Dirgantara Indonesia (Persero) termasuk dalam BUMN yang menderita kerugian pada 2018.
Dikutip pemberitaan Kompas.com, Senin (2/12/2019), Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memaparkan, secara keseluruhan ada tujuh BUMN yang masih rugi.
Salah satunya adalah PT Dirgantara Indonesia.
PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI adalah salah satu perusahaan aerospace dengan kompetensi inti dalam desain dan pengembangan pesawat, pembuatan struktur pesawat, produksi pesawat, serta layanan pesawat untuk sipil dan militer dari pesawat ringan maupun menengah.
PTDI juga memproduksi berbagai jenis helikopter, seperti NAS330 Puma, NAS332 C1 Super Puma, H215, H225M/H225, AS365/565, H125M/H125 dengan lisensi dari Airbus Helicopters, dan Bell 412EPI dengan lisensi dari Bell Helicopter Textron Inc (BHTI).
5. PT Kertas Leces
PT Kertas Leces (Persero) merupakan BUMN yang menderita kerugian hingga diputus pailit.
BUMN ini sekarat lantaran telah lama berhenti beroperasi.
Seperti diberitakan Kontan, Kertas Leces memiliki total tagihan senilai Rp 2,124 triliun atas 431 kreditor.
BUMN yang memproduksi kertas tersebut dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Surabaya dari permohonan pembatalan homologasi (kesepakatan perdamaian) yang diajukan oleh 15 karyawannya (Sumber: Kompas.com)
Redaksi: Amran