SumatraTimes.co.id– Ekspor sawit dinilai masih memiliki prospek yang baik meski dihadang tantangan pandemi Covid-19.
Oleh karena itu, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengajak seluruh pemangku kepentingan industri minyak kelapa sawit untuk bersama-sama menjaga keberlangsungan kinerja ekspor komoditas terserbut.
“Kita harus tetap optimistis terhadap prospek ekspor sawit Indonesia ke depan. Pasalnya sampai saat ini, minyak sawit masih merupakan pilihan paling ekonomis sumber minyak nabati dunia sehingga minyak sawit menjadi pilihan utama substitusi minyak nabati lainnya,” ujar Jerry dalam keterangan resmi, Selasa (16/6/2020).
Jerry mengungkapkan, hambatan bagi kinerja ekspor sawit saat ini datang dari situasi pandemi Covid-19 dan dari pasar ekspor beberapa negara di dunia.
Dampak pandemi bagi ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya ditandai dengan penurunan ekspor bulanan sejak awal 2020 setelah sebelumnya mengalami kenaikan ekspor secara nilai dan volume pada akhir 2019.
Pada Januari–April 2020, kontribusi ekspor CPO dan produk turunannya mencapai 12,4 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia dengan nilai mencapai US$6,3 miliar. Kinerja ekspor di beberapa pasar utama sawit juga cukup bervariasi.
“Meskipun demikian, kita perlu mewaspadai adanya tren penurunan pangsa ekspor sawit dalam ekspor nonmigas kita dalam tiga tahun belakangan ini,” lanjut Jerry.
Kinerja ekspor sawit Indonesia di pasar India masih menunjukkan peningkatan baik secara nilai maupun volume. Volume ekspor sawit ke India meningkat 11,2 persen (YoY) menjadi 1,64 juta ton dan nilainya tumbuh 55,3 persen (YoY) menjadi US$1,09 miliar.
Di Pakistan, nilai ekspor sawit juga meningkat cukup besar sebesar 22,3 persen (YoY) menjadi US$ 452,7 juta, meskipun secara volume turun 3,0 persen menjadi 691.500 ribu ton.
Sebaliknya, pasar utama lain seperti China dan Belanda mengalami penurunan. Ekspor sawit ke China secara volume turun 54,3 persen (YoY) menjadi 879.000 ton dan secara nilai turun 48,5 persen (YoY) menjadi US$ 497,4 juta.
Begitu pula ekspor sawit ke Belanda yang volumenya turun 27,9 persen (YoY) menjadi 895.400 ton dan nilainya turun 9,3 persen (YoY) menjadi US$348,3 juta.
Guna menyikapi tantangan pelemahan kinerja ekspor, Wamendag Jerry memaparkan, Pemerintah Indonesia telah menerapkan kebijakan B30 yang mewajibkan pencampuran 30 persen biodiesel dengan 70 persen bahan bakar minyak jenis solar. Program ini dilakukan sebagai langkah strategis memenuhi sumber energi terbarukan Indonesia.
Selain itu, program B30 pun diharapkan dapat meningkatkan permintaan produk turunan sawit (FAME) di dalam negeri secara efektif. Upaya meningkatkan konsumsi domestik ini diharapkan dapat mengimbangi penurunan permintaan sawit di tingkat global sehingga turut menjaga stabilitas harga sawit dunia.
Kebijakan lainnya yang diharapkan mampu menjaga stabilitas harga CPO yaitu kebijakan pungutan ekspor sawit dan produk turunannya melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 57/PMK.05/2020.
Pemerintah memutuskan menghapus threshold harga dalam mekanisme pungutan ekspor dan menaikkan besaran pungutan ekspor rata-rata US$5.
Pungutan ekspor ini diharapkan mampu mempertahankan momentum hilirisasi industri turunan sawit di dalam negeri sekaligus menjaga daya saing produk agar tetap kompetitif dibandingkan negara pesaing.
Sumber: Bisnis.com
Editor: Amran