SumatraTimes.co.id – Kementerian Perdagangan melalui Indonesian Trade Promotion Center Los Angeles (ITPC LA) berupaya lebih keras meningkatkan pangsa pasar fesyen dan dan kerajinan tangan di Amerika Serikat, khususnya di tengah pandemi Covid-19.
Pandemi Covid-19 ini telah menyebabkan penurunan nilai impor AS dari beberapa negara mitranya, termasuk Indonesia.
“Kami terus berupaya meningkatkan ekspor dengan cara-cara yang lebih kreatif untuk mempertahankan pangsa pasar fesyen dan kerajinan tangan di AS [Amerika Serikat], khususnya di tengah pandemi Covid-19,” kata Kepala ITPC LA Bayu Nugroho, dikutip dari rilisnya, Jumat (24/7/2020).
Berdasarkan data resmi, AS mengimpor produk pakaian dari dunia sebesar US$84,7 miliar pada 2019 atau naik 1,07 persen dibandingkan tahun sebelumnya
Indonesia berada di posisi ke-4 negara pengekspor pakaian ke AS dengan total US$4,43 miliar. Dari nilai tersebut, ekspor Indonesia ke AS untuk pakaian berbahan rajut mencapai US$2,21 miliar dan pakaian berbahan bukan rajut mencapai US$2,22 miliar.
Selain itu, Indonesia menempati peringkat ke-7 negara pengekspor kerajinan tangan terbesar ke AS dengan total ekspor mencapai US$482 juta pada tahun lalu. Nilai ini meningkat sebesar 41,49 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$340 juta.
Adapun produk kerajinan tangan tersebut yaitu produk berbahan kulit, tas, dan barang kebutuhan perjalanan.
“Kenaikan nilai ekspor Indonesia, khususnya produk fesyen dan kerajinan tangan merupakan momentum yang baik bagi pemerintah untuk terus memaksimalkan peluang ekspor produk nasional,” tutur Nugroho.
Salah satu upaya yang dilakukan ITPC LA yaitu dengan menggelar kegiatan penjajakan kesepakatan dagang (business matching) secara virtual untuk produk fesyen dan kerajinan tangan pada Selasa (20/7/2020).
Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama dengan Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (BBPPEI) dan Bio Hadikesuma Management Training & Consulting (BHMTC).
Business matching melibatkan lima pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) berorientasi ekspor untuk produk fesyen dan tujuh pelaku UKM berorientasi ekspor untuk produk kerajinan tangan binaan BBPPEI dan BHMTC.
Selain itu, terdapat lima buyer AS yaitu Everina, Toko-toko, HEXI, D Art Collection, dan Blumera.
“Business matching virtual merupakan salah satu strategi ITPC LA mengoptimalkan potensi ekspor produk fesyen dan kerajinan tangan Indonesia di AS selama pandemi Covid-19. Inilah saatnya Pemerintah Indonesia mendorong kinerja ekspor Indonesia ke AS dan membuktikan Indonesia memiliki produk yang berkualitas dengan harga bersaing,” ujar Nugroho.***
Sumber: bisnis.com
Editor: amran