Oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah r.a diterangkan: Bahwa suatu ketika ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullahi sholallahu ‘alaihi wasallam: “Ya Rasulullah nasihatilah saya. Lalu Rasulullah SAW: “Jangan marah.” Dan hal itu sampai tiga kali, sehingga akhirnya beliau: “Janganlah engkau marah.” (HR. Imam Bukhari dari Abu Hurairah r.a)
Dari hadis yang ringkas tersebut jelas terlihat kepada kita, bahwa berusaha menahan amarah atau tidak marah adalah salah satu sifat atau akhlak yang sangat utama dan terpuji. Dan ini memang sangat beralasan, sebab Allah Ta’ala juga menyebutkan, bahwa salah satu sifat atau akhlak yang dapat memasukkan seorang mukmin ke dalam surga adalah orang yang mampu menahan amarahnya sebagaimana firman-Nya:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa; (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S. Ali ‘Imraan: 133-134)

Selanjutnya pada ayat 136 surah Ali ‘Imraan tersebut Allah menerangkan: “Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik balasan pahala orang-orang yang beramal.” (Q.S. Ali ‘Imraan: 136)
Dilihat dari berbagai akibat yang ditimbulkannya, maka kita memang wajib menjaga diri agar tidak dirasuki penyakit “Al-Ghadab” atau “marah”. Sebab “kemarahan” tidak akan pernah menyelesaikan masalah yang kita hadapi; justru sebaliknya akan menambah besar dan meluasnya persoalan yang ada; baik yang berdampak pada diri sendiri maupun bagi orang lain.
Pertama: : Kemarahan dapat merusak iman dan menjadikan akhlak kita menjadi buruk sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW: “Marah itu dapat merusak iman seperti rasa pahit yang merusak rasa manisnya madu.” (HR. Al-Baihaqi dari Abu Hurairah r.a)
Kedua: Secara pribadi marah dapat menjadikan orang sakit; sehingga menurut kajian akal dapat memperpendek usia. Sebab dalam kajian ilmu kesehatan modern di temukan, bahwa sekali manusia marah maka ratusan bahkan ribuan syarafnya putus. Akibatnya orang yang pemarah akan cepat mengalami depresi; gangguan jantung; stroke dan lumpuh. Jikapun tidak demikian halnya, maka pada usia lanjut orang yang selalu marah-marah akan menjadi pikun atau pelupa.
Ketiga: Kemarahan dapat memutuskan tali persaudaraan antar sesama; bahkan bisa meluas menjadi pertikaian; perseteruan dan peperangan antar kelompok dan umat.
Ke-empat: Rasa marah yang tidak dapat dikendalikan dapat menumbuhkan penyakit hati lainnya seperti dendam kesumat; iri dan dengki; serta kesombongan yang sangat-sangat dimurkai oleh Allah SWT sebagaimana firman-Nya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun; dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (Q.S. An-Nisaa’: 36).
Oleh karenanya menyimak dan memperhatikan buruknya dampak dari amarah yang tidak bisa ditahan atau dikendalikan, maka marilah kita senantiasa berupaya mengendalikan diri untuk selalu siap menahan amarah ketika menghadapi persoalan-persoalan hidup yang dapat membakar hati dan menumbuhkan kemarahan di dalam dada. Sebab orang yang kuat dari kalangan orang-orang yang beriman bukanlah mereka yang bertubuh kekar dan mampu mengalahkan musuh-musuhnya, akan tetapi adalah mereka yang mampu menahan amarahnya sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Orang yang kuat itu bukanlah orang kuat bergulat, akan tetapi orang yang kuat itu adalah orang yang dapat menahan hawa nafsunya ketika marah.” (HR.Muttafaq ‘alaihi dari Abu Hurairah r.a)
Dan salah satu cara yang paling efektif untuk bisa mengendalikan dan menahan marah yang melanda diri, maka hendaklah ketika itu juga kita ingat kepada Allah Yang Maha Lembut lagi Maha Penyabar sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadis qudsi: “Barangsiapa yang ingat kepada-Ku ketika marah, niscaya Aku akan mengingatnya ketika Aku sedang marah (yakni pada hari akhir hari kiamat, ketika aku (Allah) sebagai penguasa alam menghancur leburkan dunia seisinya); Dan tidak akan Aku hilangkan rahmat-Ku sebagaimana orang-orang yang aku binasakan dan hilangkan rahmat-Ku atas mereka” (HR. Ad-Dailami dari Anas r.a)
Orang yang mampu menahan amarahnya tidak hanya sekadar mendapatkan surganya Allah, melainkan pada saatnya nanti, juga akan dipersilahkan untuk memilih sendiri bidadari-bidadari untuk mendampinginya sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW dalam sebuah hadis beliau: “Barangsiapa yang dapat menahan amarah-nya, padahal ia sanggup melampiaskan kemarahan tersebut; maka Allah akan memanggilnya di hadapan khalayak ramai dan dipersilahkan untuk memilih bidadari yang dikehendakinya.” (HR.Muttafaq ‘alaihi dari Muadz bin Jabal r.a)
Jadi kalau anda sebagai orang yang beriman ingin mendapatkan keberuntungan besar di hari kemudian nanti, maka cobalah mengendalikan rasa marah yang kita miliki. Sebab dalam perkembangan kemajuan teknologi sekarang ini, banyak faktor yang bisa menerbitkan amarah yang tersembunyi di dalam dada. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 7 Dzulqaidah 1439 H / 20 Juli 2018.