Awalnya Tito berbicara soal masalah internal yang dia hadapi selama menjabat sebagai Kapolri. Dia mengaku menghadapi masalah kenaikan Kombes menjadi Jenderal bintang I.
Tito mengatakan kondisi ledakan jabatan Komisaris Besar dimulai sejak angkatan ’83, ’84, hingga ’88. Sebelum angkatan itu, kata Tito, jabatan Kombes masih hanya diduduki beberapa orang saja.
“Saya sering bercanda, angkatan paling enak itu angkatan ’82, jumlah yang cuma 46 orang, tidur-tidur di rumah dijemput provos, pangkat Kombes disuruh naik bintang, karena jabatan banyak sementara Kombesnya sedikit,” ucapnya.
“Angkatan ’88 ada lebih 400 yang lulus, nah ini membuat ledakan Kombes, itu yang membuat saya jujur cukup pusing sampai hari ini, dan saya serahkan hal pusing saya ke Pak Idham, iya, karena nggak bisa memuaskan semua orang,” ujar Tito.
“Ledakan Kombes ini yang sudah sekolah 400 lebih sementara yang pensiun bintang I itu 2, 3, maksimal 4. Saya bilang, jadi kalau kali 17 ya sekitar 40 orang aja bintang I pensiun, sementara yang ngantre 400 lebih, 400 ini ya mungkin nggak merasakan aturan ketat, tapi saya Kapolri merasakan,” ungkapnya.
“Karena itu kita ambil terobosan antaranya jabatan-jabatan Kapolda kita bintang duakan, kemarin Bengkulu dan Sulteng,” sambungnya. (sumber: detiknews)