SumatraTimes.co.id – Polda Metro Jaya telah menyimpulkan kematian editor Metro TV, Yodi Prabowo, akibat bunuh diri dengan cara menusuk dirinya sendiri menggunakan pisau. Kesimpulan tersebut sekaligus menepis anggapan bahwa Yodi telah dibunuh orang lain.
Namun, praktisi hukum Ricky Vinando melihat kejanggalan lain. Menurutnya, jika Yodi tewas akibat bunuh diri, akan ditemukan banyak darah di lokasi, sebab luka tusukan tersebut terjadi di tenggorokan dan juga paru-paru.
“Kenapa di lokasi dia bunuh diri jika benar bunuh diri, kok tidak ada banjir darah atau aliran darah yang banyak atau cukup banyak. Kan ini tenggorokan leher manusia yang terpotong, bukan tenggorokan leher ayam yang terpotong,” kata Ricky kepada Okezone, Minggu (26/7/2020).
Ia menjelaskan, menurut penelitian Dokter Joe Alton dari American College of Surgeons (ACS), kematian akan sangat tergantung dari seberapa besar darah yang hilang dan seberapa cepat penanganannya.
Dalam penjelasan Alton ada empat kategori pendarahan, pertama darah hilang atau sama dengan 15 persen dari total darah, kedua darah hilang 15-30 persen, kelas ketiga darah hilang 30-40 persen, dan terakhir darah hilang lebih atau sama dengan 40 persen.
“Nah dia (Yodi) masuk kategori terakhir kan. Kehilangan darah lebih atau sama dengan 40 persen sehingga tewas. Kalau tak kehabisan darah tak akan tewas. Nah kalau bunuh diri di tempat sepi logikanya akan berhasil, tapi ini aneh diduga kuat bukan bunuh diri,” ucapnya.
Jika memang bunuh diri, kata Ricky, akan banyak darah yang ditemukan di lokasi jenazah ditemukan, namun hal itu tidak demikian.
“Dengan adanya volume 4,5 sampai 5,5 liter darah dalam tubuh manusia dewasa, logika nya kalau bunuh diri, di sekitaran TKP dekat mayat atau agak jauh dari mayat, harusnya ada banyak darah yang keluar dan mengalir di sekitar TKP. Darah tidak hanya terbatas di bawah posisi dia tertelungkup saja,” katanya.
Karena itu, ia masih menduga bahwa kasus kematian Yodi Prabowo bukan karena bunuh diri melainkan pembunuhan.
“Tidak menduga bunuh diri melainkan menduga telah dihabisi dan telah dihabisi di tempat lain, makanya darahnya sedikit dan terbatas di posisi dia tertelungkup saja, ibarat potong sapi di tempat X, 4 jam kemudian pindahkan ke tempat Y, darahnya pasti sudah sedikit, sudah keluar banyak di tempat pertama tadi,” tuturnya.
Ricky juga berpandangan sebaliknya mengenai kesimpulan Polda Metro Jaya terkait dua pria mencurigakan yang disebut tak ada hubungannya dengan kematian Yodi Prabowo.
“Jarak dari TKP (Ulujami), Pesanggrahan ke Tanah Kusir itu lebih dari 2 km, masa kedua saksi sekaligus ada di 2 km lebih dari TKP pada jam 2 dini hari, kok kompak banget saksinya jalan kaki 2 km lebih jam 2 dinihari?” ucapnya.
Ricky meminta petugas untuk menyimpulkan secara terburu-buru terkait kematian Yodi demi mendapatkan data yang akurat. “Jangan sampai kayak kasus Akseyna awalnya dinyatakan bunuh diri, kini dianggap patut diduga korban tindak pidana pembunuhan,” tutur Ricky.
Sebagai mana diberitakan sebelumnya, Polda Metro Jaya membeberkan Yodi Prabowo sebelum bunuh diri positif menggunakan narkoba, itu diketahui dari pemeriksaan darah. Dibawah pengaruh narkotika, Yodi Prabowo menghunjamkan pisau kedadanya empat kali, dan mengorok lehernya dua kali.***
Sumber: okezone.com
Editor: amran