Oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Do’a adalah salah satu bentuk ibadah yang dianjurkan oleh Allah SWT. Sebab dengan ber-doa akan menyadarkan kita; bahwa sesungguh-nya kita adalah makhluk yang lemah yang sela-lu mengharapkan pertolongan Allah SWT.
Dan oleh sebab itulah, baik dalam keadaan lapang; kondisi sehat dan kuat, apalagi dalam keadaan sempit, sakit dan dalam keadaan lemah, hendaklah kita senantiasa berdoa memohon per-tolongan Allah SWT, agar semua urusan kita menjadi lebih mudah. Karena di balik itu, sesungguhnya Allah SWT sangat senang dan suka melihat seorang hamba yang senantiasa bedoa dan mengharapkan pertolongan-Nya, sebagaimana yang tersirat dalam firman-Nya:
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagi-mu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina.” (Q.S. Al-Mukmin: 60)
Walaupun sudah jelas begitu pentingnya peranan doa dalam kehidupan, akan tetapi kadang kala masih banyak juga di antara kita yang masih enggan melakukannya, terlebih-lebih lagi jika ia merasa dirinya serba cukup; kuat dan sehat. Padahal apa yang diperolehnya itu adalah semata-mata karunia Allah SWT. Dan karena kondisi semacam ini pulalah Allah SWT memberi peringatan sekaligus pelajaran melalui firman-Nya: “Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia, maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih.” (Q.S. Al-Israa’: 67)
Akan tetapi walaupun kita diperintah untuk berdoa memohon pertolongan kepada Allah SWT, dan di dalam ayat 60 surah Al-Mukmin di atas Allah berjanji akan mengabulkan doa kita, maka hendaklah kita memahami; bahwa tidak selamanya doa itu dikabulkan Allah di atas dunia ini sebagaimana yang kita kehendaki. Sebab sebagaimana yang dinyatakan oleh Rasulullah SAW dalam hadis beliau, maka paling tidak ada 3(tiga) kondisi dimana Allah mengabulkan doa hamba-hamba-Nya;
Pertama adalah, doa langsung dikabulkan sesuai keinginan.
Kedua, doa dikabulkan Allah dalam bentuk dihapuskannya dosa-dosa kita dan ditambahkannya keyakinan dan ketaatan kita kepada-Nya.
Dan yang ketiga adalah; doa tersebut Allah jadikan sebagai salah satu simpanan kita untuk kepentingan di akhirat kelak.
Oleh sebab itu jika ada sebahagian atau beberapa doa kita yang tidak atau belum dikabulkan saat ini sebagaimana yang kita harapkan, maka hendaklah kita tidak merasa putus asa dan kecewa dari rahmat Allah. Sebab bagaimanapun juga sifat dan keadaan yang demikian ini hanyalah dimiliki oleh orang-orang yang sesat sebagaimana firman-Nya: “Ibrahim berkata: “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat.” (Q.S. Al-Hijr: 56)
Disamping itu, agar doa di-ijabah oleh Allah SWT sesuai dengan apa yang kita harapkan, maka hendaknya kita memperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan adab dan tata cara berdoa yang benar. Karena sesungguhnya doa adalah salah satu bentuk kepasrahan dan ketundukan kita pada pengaturan dan kehendak Allah SWT terhadap segala urusan yang kita jalani. Dan oleh yang demikian itulah sudah seharusnyalah kita memperhatikan tingkah laku diri, agar tidak bertentangan dengan segala apa yang telah diatur-Nya.
Hendaklah kita mentaati apa yang menjadi seruan Allah dan Rasul-Nya, sebab secara logika tentunya kita bisa memaklumi; Bahwa seorang pembangkang tentulah tidak pernah mendapat apa yang di-inginkannya dari orang yang dilawannya. Dan untuk itulah dalam sebuah hadis Rasulullah SAW menyatakan: “Ia berdo’a kepada Allah, tapi makanan dan minumannya dari barang yang diharamkan, maka bagaiman mungkin akan dikabulkan doanya.” (HR.Muslim)
Hal lainnya yang patut mendapat perhatian kita adalah, hendaknya diperhatikan pula kondisi waktu dimana saat-saat itu sebagaimana yang diterangkan oleh Rasulullah SAW sebagai saat-saat yang mustajab untuk berdoa, yaitu dimana pada saat itu dengan amat mudah Allah mengabulkan doanya. Dan di antaranya adalah pada saat setelah selsai menunaikan shalat (wajib dan sunat); tengah malam; di bulan Ramadhan; pada waktu sujud dan lain sebagainya. Jadi dalam hal ini hendaklah dalam waktu-waktu tersebut kita berdoa dengan sungguh-sungguh. Sebab secara akal sehat dapatlah kita analogikan; bahwa dalam keadaan lapan dan senang tentulah seorang ayah dengan sangat mudah mengabulkan permintaan anaknya.
Sementara jika dalam keadaan letih atau dalam keadaan yang menyibukkan, bisa-bisa sang ayah akan marah jika dimintakan sesuatu kepadanya.Inilah beberapa hal yang patut kita pahami jika kita ingin doa kita dikabulkan oleh Allah SWT. Sebab tak sedikit di antara kita yang merasa kecewa lantaran doanya tidak dikabulkan oleh Allah SWT. Padahal salah satu faktor terhambatnya doanya, adalah lantaran kesalahan dirinya sendiri. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 18 Sya’ban 1439 H / 4 Mei 2018.(Redaksi)