Rokanhilir – Permasalahan dugaan Pencurian hasil hasil Laut ( ileggal fhissing) di Perairan Rokanhilir bukanlah rahasia Umum.
di duga aksi itu di lakukan oleh oknum oknum Nelayan asal Tanjung Balai Asahan Sumatra Utara.
Namun pun begitu jika penangkapan hasil laut tersebut masih menggunakan alat alat nelayan secara tradisional maka tidak pernah menjadi persoalan bagi para nelayan setempat.
” Selama ini, nelayan rawe (rawe umpan dan senggol) dan nelayan jaring lainnya asal Sumut mencari rejeki di perairan kita tidak pernah kita permasalahkan, yang menjadi masalah kita adalah mereka menangkap hasil laut menggunakan peralatan terlarang yang dapat memusnahkan semua habitat dan ekosistem laut.
Pengakuan itu di sampaikan salah satu Nelayan asal jalan rintis Bagansiapiapi Ijul (56) guna menyikapi kejadian tertembaknya 3 orang nelayan (dua luka luka,satu meninggal dunia) asal Tanjung Balai Asahan,Sumut
Menurut pria yang sudah 30 tahun melaut ini, para nelayan asal Sumut sudah acap kali membuat masalah dengan para nelayan asal Rohil, jika di runut kembali maka setiap perselisihan antar nelayan selalu berakhir dengan perdamaian dan pernah juga dengan aksi membakar kapal nelayan di tengah laut.
Dengan ada nya kejadian yang tidak di inginkan ini lanjut masayarakat maka sesama nelayan yang senantiasa tak bisa menghindar dari ganasnya angin,ombak hingga berhujan panas mencari sesuap nasi hendaklah senantiasa mengedepankan kebersamaan kelangsungan hidup sesama nelayan dari itu hindari lah penangkapan ikan yang menggunakan alat tangkap modern yang di larang oleh Negara.
“Kami seluruh Nelayan khususnya di Rokanhilir turut berduka cita atas musibah yang menimpa saudara kami yang sesama nelayan,moga kejadian ini dapat menyadarkan kita semua bahwa kami nelayan Rohil tidak pernah menghalangi nelayan mana pun menangkap ikan di laut perairan Rohil selagi itu sesuai dengan ketentuan dan Undang undang.tuturnya.
Terpisah Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau Herman Mahfud ketika di konfirmasi sumatratimes.com melalui selulernya juga menyampaikan bela sungkawanya terhadap korban nelayan yang mendapat musibah namun yang terpenting semua pihak harus legowo menyikapi permasalahan yang ada.
“InsaAllah dalam waktu dekat kami akan mengundang semua pihak berkompeten di bidang kelautan terutama pihak Perikanan dari Sumut dan Jambi ke Pekanbaru,tujuan nya membahas kelanjutan masalah wilayah batas teritorial.tandasnya singkat.
Sebelumnya yang bersumber dari Dandenpom,pada hari Senin tanggal 10 September 2018 pukul 10.10 WIB telah tiba kapal Fery Mercury Express yang membawa korban KM. Barokah Sari (GT. 15) yang dinahkodai Bpk. Sumpel dari Panipahan ke Dermaga Tangkahan Pasiran, Tanjung Balai dengan membawa korban penembakan di perairan Bagan Siapi-Api/ Pulau Halang.
Adapun nama korban penembakan sbb :
1. Nama : Manggor (korban
meninggal tertembak di dada).
Umur : 47 tahun.
Pekerjaan : Nelayan kerang.
Alamat : Hokly Pematang Baru
Kelurahan Pematang Pasir
Lingkungan 1, Tanjung Balai.
2. Nama : Agus (terkena peluru
di kepala kanan).
Umur : 25 tahun.
Pekerjaan : Nelayan kerang.
Alamat : Hokly Pematang Baru
Kelurahan Pematang Pasir
Lingkungan 2, Tanjung Balai.
3. Nama : Irwansyah (terkena
tembakan di bagian bokong/
amunisi masih di dalam).
Umur : 26 tahun.
Pekerjaan : Nelayan kerang.
Alamat : Hokly Pematang Baru
Kelurahan Pematang Pasir
Lingkungan 2, Tanjung Balai.
4. Nama : Ikep (saksi selamat).
Umur : 23 tahun.
Pekerjaan : Nelayan kerang.
Alamat : Hokly Pematang Baru
Kelurahan Pematang Pasir
Lingkungan 2, Tanjung Balai.
5. Nama : Heri (saksi selamat).
Umur : 35 tahun.
Pekerjaan : Nelayan kerang.
Alamat : Perumnas Batu Lima,
Tanjung Balai.
Untuk 6 ABK dan kapal KM. Barokah Sari berada di Posmat Panipahan. Adapun nama ABK yang berada di Panipahan :
1. Sumpel (Nahkoda).
2. Ical.
3. Putra.
4. Eman.
5. Udin.
6. Karlan. (R1)