ROHIL – Sekretaris Daerah (Setda) Rohil H Surya Arfan, mengatakan kualitas siswa tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dapat diukur dari beberapa indikator.
Indikator tersebut seperti prosentase kelulusan, prosentase kelulusan di Perguruan Tinggi (PT), baik melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), PBUD, dan Mandiri, serta jalur kusus kerjasama dengan perguruan tinggi.
Setda H Surya Arfan memaparkan pada jalur kusus, berdasarkan data yang ada, siswa Rohil yang ikut tes PCR pada 2019 ada 40 peserta, dengan quota 5 orang, dan lulus / diterima 5 peserta.
Di penerimaan jalur kusus masuk UGM, ada 6 siswa tamatan SMA di Rohil yang ikut serta, dengan kuota 5 kursi, dan yang lolos 1 orang. Di penerimaan jalur kusus BTP, yang ikut test 20 peserta, dengan quota 5 bangku, dan lulus 5 orang.
Sedangkan dipenerimaan jalur kusus Institut Pertanian Bogor (IPB), yang ikut test 28 peserta, dengan quota 5 bangku, dan lulus 3 orang.
“Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, dari kuota yang dialokasikan Pemda, hampir terpenuhi semuanya. Untuk UGM dari quota 5, yang lulus hanya 1. Untuk IPB dari quota 5, yang lulus hanya 3. Sehingga untuk quota UGM dan IPB masih tersisa 6,” kata Setda Rohil H Surya Arfan, melalui rilis, Rabu, 7 Agustus 2019.
Hal tersebut, kata Setda Surya Arfan karena rata-rata siswa yang ikut test nilainya di bawah passing grade, sehingga tidak lulus.
“Dari gambaran data tersebut di atas menunjukkan bahwa kualitas siswa tamatan Sekolah Lanjutan Atas Rohil menurun drastic. Kalah berkompetisi dengan siswa lainnya, karena tahun-tahun sebelumnya dari 5 sampai 10 quota yang dialokasikan dapat terpenuhi,” tambah Setda Surya Arfan.
Oleh karena itu, terang Setda H Surya Arfan, para Kepala Sekolah, dan Pendidik SLA di Rohil wajib melakukan evaluasi. “Apa yang salah denga penurunan kualitas siswa SLA kita tersebut,” imbuh Setda H Surya Arfan.
Menurut analisa Setda, penyebab turunya siswa Rohil yang lolos penerimaan perguruan tinggi melalui jalur kusus, di perguruan tinggi ternama tersebut, disebabkan beberapa factor.
Pertama, kata Serda H Surya Arfan, disebabkan hasil Ujian Nasional (UN) tidak lagi sebagai penentu kelulus siswa. “Sehingga pendidik dan siswa tidak lagi mengajar, dan belajar secara sungguh-sunggguh, karena sudah hampir dipastikan lulus semua,” terang Setda.
Ke dua, menurut Setda Surya arfan, disebabkan sejak kewenangan SLA ditarik ke Provinsi, Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten tidak lagi berwenang untuk melalukan pembinaan terhadap SLA di Rohil. “Sementara Dinas Pendidikan Provinsi jauh dari jangkauan pembinaan mereka,” pungkas Setda Surya Arfan. (amran)
Editor : Amran