Perjalanan Hidup BJ Habibie, Hingga Kisah Cinta Jadi Film
JAKARTA – Presiden ke-3 Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie meninggal dunia hari ini, Rabu (11/9/2019). Habibie meninggal di usianya yang ke-83 tahun.
Diketahui, Habibie, mantan Kepala Otorita Batam (OB) telah menjalani perawatan intesif di RSPAD Gatot Subroto, sejak 1 September 2019. Pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 itu meninggal akibat sakit.
Dilansir dari Tribunmakassar.com, berikut profil BJ Habibie, juga kisah perjalanan hidupnya.
Prof Dr Ing H Bacharuddin Jusuf Habibie FREng, lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936. Ia adalah Presiden Republik Indonesia (RI) yang ke tiga, menggantikan Soeharto, yang mengundurkan diri dari jabatan Presiden pada 21 Mei 1998.
Jabatan BJ Habibie, digantikan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999.
Habibie menjabat Wakil Presiden RI selama 2 bulan dan 7 hari, dan 1 tahun dan 5 bulan sebagai Presiden RI. Habibie merupakan Wakil Presiden, dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek.
Saat ini namanya diabadikan sebagai nama salah satu universitas di Gorontalo, menggantikan nama Universitas Negeri Gorontalo.
Keluarga dan Pendidikan
Habibie merupakan anak ke empat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie, dan RA Tuti Marini Puspowardojo.
Ayahnya berprofesi sebagai ahli pertanian berasal dari etnis Gorontalo, sedangkan ibunya beretnis Jawa. RA Tuti Marini Puspowardojo, adalah anak seorang spesialis mata di Yogya, dan ayahnya yang bernama Puspowardjojo bertugas sebagai pemilik sekolah.
Kehidupan
BJ Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962, dan dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar Habibie, dan Thareq Kemal Habibie.
Kisah cinta Habibie dan Ainun bahkan berhasil viral dan dirilis dalam bentuk film. Film itu sangat laris di pasaran, dan jadi begitu mengena di hati para penggemar. Di balik kesuksesan tersebut, cerita cinta antara Habibie dan Ainun memang menarik untuk dibahas.
Hasri Ainun Besari, mantan ibu negara sekaligus istri BJ Habibie ini menginggal dunia pada 22 Mei 2010 silam. Sebuah cerita pilu baru-baru ini disampaikan lagi oleh Habibie terkait pengalaman sedihnya terkait mendiang istri.
Dikutip dari Nakita, cerita itu disampaikan Habibie sendiri dalam sebuah wawancara media. Ia menyebut kematian Ainun merupakan hal terberat yang dirasakan selama hidupnya.
“Anda tahu buku Habibie dan Ainun saya tulis alasannya sakit, dan saya nggak tahu bahwa Ibu Ainun sakit cancer. Saya baru tahu dua bulan sebelum dia meninggal. Saya kenal dia sejak umur 12 tahun, tiba-tiba dia tiada,” kata BJ Habibie, saat ditemui Grid.ID di Kantor MD Pictures, Jakarta Selatan, Kamis (4/4/2019).
Sepeninggal Ainun, BJ Habibie merasa kehilangan hingga akhirnya berujung pada depresi.
“Sesuai dengan agama Islam, kita tahlilan. Seminggu setelah Ainun meninggal, saya nggak pakai sepatu dalam kesadaran saya menangisi Ainun,” kata BJ Habibie.
Kondisi psikisnya yang kian buruk itulah yang membuat dokter menyarankan BJ Habibie untuk dirawat di rumah sakit jiwa.
“Itu akan terjadi karena bapak dan ibu begitu dekat, kalo satu pergi dia akan berontak organ-organnya. Dikatakan ada 4 options, pertama, segera dimasukan ke rumah sakit jiwa. Kedua, saya tinggal di rumah, tim dokter datang ke rumah. Ketiga, saya menyampaikan masalah. Keempat, catatan,” tutur BJ Habibie, menyebutkan.
Rupanya Habibie berhasil sembuh dari depresi itu setelah ia memutuskan untuk menulis sebuah catatan. “Saya pilih yang ke-4, yaitu membuat catatan, dia bilang harus selesai nggak lebih dari 3 bulan. Saya selesaikan 2 bulan,” lanjut BJ Habibie, mengatakan.
Dan benar saja, setelah membuat catatan tentang sang istri, kondisi BJ Habibie kian membaik. Hingga akhirnya, catatan BJ Habibie dibuat jadi buku berjudul ‘Habibie dan Ainun’ yang sekarang juga diangkat ke layar lebar.
Bahkan, kini ada Monumen Cinta Sejati Habibie Ainun. Monumen tersebut terletak di Parepare, Sulawesi Selatan. Monumen Cinta Sejati ini, dibuat untuk mengenang cinta Presiden ketiga Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie kepada istrinya Hasri Ainun Besari, dan untuk menginspirasi warga Parepare.
Selain itu Monumen Cinta sejati Ainun Habibie, ini adalah kado Pernikahan untuk Habibie pada hari ulang tahun pernikahannya dengan Ibu Ainun.
Habibie belajar teknik mesin di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung) pada tahun 1954.
Pada 1955–1965 ia melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat. Ia menerima gelar diplom ingenieur pada 1960, dan gelar doktor ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.
Pekerjaan dan karier
Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang Wakil Presiden Bidang Teknologi.
Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Soeharto. Ia kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998.
Sebelum menjabat sebagai Presiden (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999), BJ Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998 – 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.
Ia diangkat menjadi Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), pada masa jabatannya sebagai menteri.
Habibie mewarisi kondisi keadaan negara kacau-balau pasca pengunduran diri Soeharto pada masa Orde Baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia.
Segera setelah memperoleh kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional (IMF), dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi.
Dia juga membebaskan para tahanan politik, dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat, dan kegiatan organisasi.
Pada era pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan kukuh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik, dan yang paling penting adalah UU Otonomi Daerah.
Melalui penerapan UU Otonomi Daerah inilah gejolak disintegrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam, dan akhirnya dituntaskan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tanpa adanya UU Otonomi Daerah, bisa dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.
Pengangkatan BJ Habibie sebagai Presiden menimbulkan berbagai macam kontroversi bagi masyarakat Indonesia. Pihak yang pro menganggap pengangkatan Habibie sudah konstitusional. Hal itu sesuai dengan ketentuan pasal 8 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa ‘Bila Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya’.
Sedangkan pihak yang kontra menganggap bahwa pengangkatan B.J. Habibie dianggap tidak konstitusional. Ini bertentangan dengan ketentuan pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa “Sebelum presiden memangku jabatan maka presiden harus mengucapkan sumpah atau janji di depan MPR atau DPR’.
Data diri:
Nama: Prof Dr Ing H Bacharuddin Jusuf Habibie FREng
Lahir: Parepare, Celebes, Hindia Belanda , 25 Juni 1936
Kebangsaan: Indonesia
Jerman (Kehormatan)
Partai politik: Golkar
Pasangan: Hasri Ainun Besari
Anak: Ilham Akbar, dan Thareq Kemal
Orang tua: Alwi Abdul Jalil Habibie (ayah), dan Tuti Marini Puspowardojo (ibu)
Almamater: Universitas Indonesia Bandung, dan Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule Aachen
Profesi: Insinyur
Karya Habibie
– Proceedings of the International Symposium on Aeronautical Science and Technology of Indonesia / B. J. Habibie; B. Laschka [Editors]. Indonesian Aeronautical and Astronautical Institute; Deutsche Gesellschaft für Luft- und Raumfahrt1986
– Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen unter beliebigen Belastungen und Vergleiche mit entsprechenden Versuchsergebnissen, Presentasi pada Simposium DGLR di Baden-Baden,11-13 Oktober 1971
– Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe, Disertasi di RWTH Aachen, 1965
– Sophisticated technologies : taking root in developing countries, International journal of technology management : IJTM. – Geneva-Aeroport : Inderscience Enterprises Ltd, 1990
– Einführung in die finite Elementen Methode,Teil 1, Hamburger Flugzeugbau GmbH, 1968
– Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des Rißfortschritts in Schalenstrukturen, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1970
– Entwicklung eines Berechnungsverfahrens zur Bestimmung der Rißfortschrittsgeschwindigkeit an Schalenstrukturen aus A1-Legierungen und Titanium, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1969
– Detik-detik Yang Menentukan – Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, 2006 (memoir mengenai peristiwa tahun 1998)
– Habibie dan Ainun, The Habibie Center Mandiri, 2009 (memori tentang Ainun Habibie)
– Pesawat N-250 Gatot Kaca
Editor: Amran