Aplal – “Mengapa Paus Paulus petinggi agama Katholik Vatikan tidak mengutus duta nya ke Timor Leste meski kita semua tau hampir 99 persen penduduk Timor Leste adalah penganut Katholik.
“Hal itu dikarenakan mereka tahu cepat atau lambat Timot Leste akan kembali kepangkuan Ibu Pertiwi,” jelas Lasarus Thal, lelaki paruh baya memberi informasi mengejutkan kepada Prajurit TNI pada saat mengunjungi persiapan acara adat lepas sambut dikediaman mantan kepala desa itu.
Demikianlah sepenggal informasi mengejutkan tentang tabir dibalik Eks Perang Timor Leste yang membuat tiga orang Prajurit Batalyon Infanteri 132/BS yang melaksanakan pengamanan perbatasan semakin penasaran.
Terlepas dari kedatangan sebagai tamu undangan dalam menyiapkan santap malam, yang akan diadakan pada malam ini (Kamis 26/09/19), acara adat ‘sambut baru’ yang setiap satu tahun sekali diselenggarakan. Tentunya kedatangan mereka ini atas perintah Danpos (Komandan Pos) Letnan Dua Infanteri Sumarlin Nasution, yang tidak dapat hadir siang itu dikarenakan ada tugas lain yang tidak kalah pentingnya.
Anggota TNI dari Yonif 132 /BS pun tidak lupa memanfaatkan sumber yang dianggap penting terutama dalam bidang pengamanan perbatasan. Mereka sadar betul betapa pentingnya informasi dari bapak Lasarus Thal terlebih untuk Prajurit TNI yang berurusan langsung dengan Timor Leste.
“20 tahun silam 65.000 imigran Timor Leste memasuki desa-desa Nusa Tenggara Timur (NTT) seperti Aplal, Naekake, Oelbinose, Kefa dan banyak lagi” terang salah satu warga asli NTT yang sempat terjun langsung pada saat perang Timor Leste dulu.
Menurut penduduk asli NTT orang-orang Timur pada masa itu selalu melakukan tindak kejahatan didesa beliau. Mengadu domba warga, fitnah, pencurian bahkan pembunuhan. Para masyarakat mengakui betapa kejam dan sadisnya kehidupan desa mereka pada masa itu terlebih belum adanya aparat keamanan TNI/POLRI seperti saat ini.
Bahkan salah satu warga yang ada pada saat perbincangan siang itu mengaku bahwa kedua orang tuanya terbunuh pada saat perang Timor masa itu.
Salah seorang Sesepuh Timor Leste, Lasarus Thal sempat mengingatkan Prajurit pos Aplal betapa bahayanya adu domba warga-warga Timor yang tidak bertanggung jawab terutama yang mereka timpakan kepada pihak keamanan terutama kepada Prajurit-prajurit TNI.
Demikian itu bukan tidak berdasar apatah lagi hal tersebut telah beberapa kali terjadi salah satunya menimpa salah satu anggota personil Pos Apal yang terdahulu.
1965 Waekusi adalah salah satu desa yang dijadikan tempat adu kontak tembak antar pribumi NTT yang Pro-NKRI melawan Freetelin dan kelompok sparatis Xanana.
Praka Rudi Harisman Hasibuan yang membawa kedua orang rekannya Pratu Indra dan Pratu Siregar mengorek perlahan namun pasti akan semua masa lalu kelam yang pernah terjadi diwilayah pertahanan mereka.
Mendengar cerita dan pengalaman yang diutarakan oleh tokoh-tokoh masyarakat dan Eks-pejuang Pro-NKRI yang ada di Desa Aplal pada siang itu membuat anggota pos yakin dan percaya bahwa mereka kemungkinan masih menyimpan sepucuk atau dua pucuk senjata bekas perang pada masa itu.
Dan semoga suatu hari mereka rela dengan sadar menyerahkan senjata tersebut ke pihak berwajib TNI maupun POLRI suatu hari nanti, semoga.
Editor : Hendri