Sumatratimes.com — Komisi Pemilihan Sri Lanka pada Minggu (17/11) menyatakan, Gotabaya Rajapaksa memenangkan pemilihan presiden dengan 52,25 persen suara, jauh mengungguli saingannya Sajith Premadasa yang mendapat suara 41,99 persen.
Gota dikenal karena menghancurkan gerilyaan Tamil sekitar 10 tahun lalu. Ia menjadi salah satu tokoh yang dihormati di Sri Lanka, termasuk di antara pemuka agama Buddha setempat.
Dilansir AFP, keluarga Rajapaksa sendiri menyebut pria 70 tahun itu sebagai ‘Terminator’. Pensiunan letnan kolonel tersebut memastikan kemenangan dalam pemilihan dengan janji memerangi korupsi. Ia menyatakan bakal membuat Sri Lanka aman, tujuh bulan setelah terjadi serangan ekstrimis yang menewaskan 269 orang.
Gota duduk sebagai Menteri Pertahanan di bawah pemerintahan Mahinda Rajapaksa, yang adalah saudara lelakinya, sejak 2005-2015. Saat itu, Gota dituduh mengizinkan ‘regu kematian’ yang menyasar para kritikus, wartawan, dan rival-rivalnya.
Menurut pengawas pers Reporters Without Borders, setidaknya ada 14 wartawan yang ‘dibunuh karena pekerjaan mereka’ di bawah pemerintahan kelam Rajapaksa.
“Rajakpaksa memimpin aparat keamanan nasional yang sangat mematikan. Siapa pun yang tidak setuju, menghilang,” kata analis Paikiasothy Saravanamuttu sebelum pemilihan presiden Sri Lanka.
Gota menyangkal semua tuduhan tersebut.
Ketika Gota diketahui tidak memiliki pengalaman politik, ia menggandeng Mahinda yang disebut lebih karismatik. Kini, Mahinda menduduki kursi Perdana Menteri.
AFP mencatat bahwa dalam konferensi pers publik saat kampanye, Gota yang tak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit lantas menengok ke arah Mahinda untuk mendapat jawaban. Tindakan itu tak lepas dari pengamatan lawan yang lantas mengejeknya.
Gota juga selalu menolak menjawab pertanyaan tentang kejahatan perang di Tamil, di mana sekitar 40 ribu warga sipil Timil diduga terbunuh.
“Mengapa Anda terus bicara soal masa lalu sepanjang waktu? Tanyakan [tentang] masa depan,” katanya saat itu.
Rekam jejak Gota terbilang panjang dan penuh teka teki. Ia diduga menggunakan uang negara untuk membangun sebuah monumen untuk orang tuanya ketika Mahinda masih menjabat. Selain itu, ia dituduh menerima suap jutaan dolar dari pembelian pesawat bekas Ukraine pada 2007 silam. Tuduhan itu belum jadi dakwaan, namun polisi sedang menyelidiki pembelian tersebut.
Daftar itu belum termasuk gugatan sipil di Amerika Serikat yang terlontar atas dugaan penyiksaan terhadap seorang pria Tamil dan beberapa orang lainnya ketika ia masih menjabat Menteri Pertahanan. (sumber: CNN Indonesia)
Redaksi: Amran