SumatraTimes.co.id – Virus corona Wuhan atau COVID-19 setidaknya sudah menyebar ke 27 negara.
Berbicara COVID-19, secara tidak langsung juga bersinggungan erat dengan penyakit Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS).
Virus ketiga penyakit tersebut berasal dari keluarga yang sama. Ketiganya sama-sama disebabkan oleh virus korona.
SARS disebabkan oleh SARS-CoV dan MERS disebabkan oleh MERS-CoV. Sedangkan virus korona Wuhan disebabkan oleh 2019-nCoV (kini berganti nama menjadi COVID-19).
Struktur virus corona Wuhan hampir sama dengan virus penyebab SARS dan MERS. Sebenarnya sebelum virus corona mewabah di Wuhan, Tiongkok, para peneliti sudah mengidentifikasi virus corona hampir enam dekade lalu. Namun, COVID-19 sampai kini masih menjadi misteri. Pertanyaannya, mana yang paling berbahaya di antara COVID-19, SARS, dan MERS? Berikut penjelasan selengkapnya.
Kilas Balik SARS dan MERS
SARS muncul pada November 2002 di Tiongkok. Menyebar ke beberapa negara lain, ke Hongkong, Vietnam, Singapura, Indonesia, Malaysia, Eropa (Inggris, Italia, Swedia, Swiss, dan Rusia), hingga Amerika Serikat.
Epidemi SARS yang berakhir hingga pertengahan 2003 itu berhasil menjangkiti 8.098 orang di berbagai negara. Setidaknya 774 orang mesti kehilangan nyawa akibat penyakit infeksi saluran pernapasan berat tersebut.
Bagaimana dengan MERS? Faktanya bisa kita simak dari jurnal di US National Library of Medicine – National Institutes of Health, “Middle East Respiratory Syndrome (MERS) – An update”.
Dalam studi tersebut diungkapkan, virus korona yang menyebabkan penyakit MERS pertama kali dilaporkan pada 24 September 2012 oleh seorang dokter di Arab Saudi, negara yang lebih mengurus Jamaah umroh dan haji. MERS tercatat resmi di WHO pada september 2012.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), sejak muncul kali pertama pada 2012, MERS telah menewaskan sekitar 858 orang. Penyakit ini tak hanya mewabah pada 2012 saja, tetapi juga pada muncul pada 2016 hingga 2018.
Mana yang paling berbahaya di antara COVID-19, SARS, dan MERS?
COVID-19, SARS, dan MERS memang sama-sama disebabkan oleh virus korona. Namun, bila diselisik lebih jauh, ketiganya memiliki tingkat kematian yang berbeda. Menurut ahli, selama epidemi SARS angka kematiannya sama dengan 10 persen.
Komplikasi SARS lebih mungkin terjadi pada lansia. Sekitar setengah dari semua orang yang terinfeksi di atas usia 65 tahun, tak mampu bertahan hidup. Bagaimana dengan MERS?
Menurut catatan WHO, MERS memiliki tingkat kematian sebesar 37 persen. Artinya hampir empat kali lipat daripada SARS. Para ahli di Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan, sekitar 3 atau 4 dari 10 pengidap MERS tak bisa bertahap hidup. Kasus di Arab Saudi terbilang lebih serius, sekitar 22 orang tewas dari 44 kasus yang terjadi.
Andaikan pengidap MERS tak meninggal dunia, ada beberapa komplikasi yang mungkin harus mereka hadapi. Mulai dari pneumonia, gagal ginjal, gagal napas, hingga syok sepsis. Sungguh mengerikan, bukan?
Lalu, apa kabarnya COVID-19 yang kini tengah mewabah? Menurut data dari GISAID (Global Initiative on Sharing All Influenza Data) secara realtime, pada Jumat 14 Februari 2020, setidaknya sekitar 64.418 orang terinfeksi COVID-19.
Dari total tersebut sekitar 1.491 tewas, dan 7.064 orang berhasil pulih dari serangan virus misterius tersebut. Artinya, tingkat kematian virus korona Wuhan ini sekitar 2,3 persen. Jumlah kematian yang ringgit, dan dengan penyebaran virus yang lebih luas.
COVID-19 bisa menimbulkan pneumonia berat yang berujung pada kematian, sama dengan SARS dan MERS. (sumber : halodoc)
Editor: Amran