SumatraTimes.co.id – Senin, 5 Oktober 2020, merupakan Hari Guru Sedunia. United Nation Educational, Scientific, Cultural Organization (UNESCO) mengatakan masih ada kesenjangan digital di dunia pendidikan.
Pandemi Covid 19 telah merubah pandangan banyak orang tentang penggunaan teknologi digital dalam pendidikan. Saat ini, teknologi itu menjadi bagian penting yang sulit dilepaskan dari guru dan murid dalam pembelajaran.
Covid 19 yang menular melalui drop let, membuat belajar tatap muka berubah menjadi dalam jaringan (daring). Anak-anak belajar di rumah, sementara interaksi dengan guru dilakukan melalui teknologi digital.
United Nation Educational, Scientific, Cultural Organization (UNESCO) menilai harus ada perubahan yang lebih baik terkait penggunaan teknologi digital bagi guru dan murid di seluruh dunia.
Organisasi PBB untuk Pendidikan itu menjadikan kesenjangan digital sebagai tema sentral dan akan di bahas dalam rangkaian Hari Guru Sedunia tahun 2020.
Melalui 2030 Digitial Fastrack Studios, UNESCO akan membahas tema kesenjangan digital Senin, 5 Oktorber 2020.
Acara tersebut bahkan didukung oleh perwakilan internasional termasuk akademisi, masyarkat sipil, serta pakar industri untuk mensukseskan acara itu.
Hari Guru Sedunia dan Kesenjangan Digital
Hari Guru Sedunia merupakan momen penting bagi tenaga pendidik di seluruh dunia dan diperingati setiap 5 Oktober tahun 1994. Artinya tahun 2020 ini merupakan perayaan yang ke-16.
UNESCO menilai Hari Guru Sedunia adalah bagian dari kepedulian dunia tentang peran vital seorang guru untuk mencerdaskan generasi.
Di masa pandemi Covid 19, Guru dihadapkan pada masalah kesenjangan digital. Dimana ada sebuah paradoks yang dihadapi guru dan murid antara pedagogis dan interaksi secara langsung dengan interaksi online. Dimana tetap ada perbedaan dari dua metode itu.
Berikutnya, teknologi digital di negara maju dan berkembang juga terjadi kesenjangan. Saat negara maju sudah menggunakan metode AI and Virtual Learning. Di negara berkembang masih berkutat dengan akses internet yang tidak merata.
Kita bisa melihat banyak anak-anak bahkan sekolah sekalipun yang belum mempunyai akses internet memadai. Tak heran banyak anak yang harus berjalan sekian kilo meter hanya untuk mendapatkan akses internet.
Semoga dengan pembahasan yang komprehensif, UNESCO punya langkah konkret untuk mengurangi kesenjangan digital di tengah peningkatan eksponensial penggunaan teknologi itu.***
Sumber: bantentribun.id
Editor: amran