SumatraTimes.co.id – Mahasiswa Politeknik TNI AD mengembangkan alutisista tanpa awak untuk mendukung tugas operasi militer perang dan operasi militer selain perang.
Sersan Dua, Puspito Ady dan Sersan Satu Deni Setiawan contohnya. Dia menciptakan robot pengintai pada pertempuran kota. Robot itu diklaim mampu mengintai pergerakan musuh dari jarak jauh.
Ide tersebut tercetus saat Sersan Dua Puspito Ady menyaksikan teman-temannya menggerebek tempat persembunyian pemberontak.
Kala itu, prajurit mengintai gerak-gerik musuh sejak pagi dan harus terjun secara langsung. Menurut dia, cara ini cukup membahayakan nyawa. Sebab, bila musuh lebih menguasai medan bukan tidak mungkin, prajurit terkena tembakan.
“Ketika melakukan pengepungan bisa saja si musuh sudah bersiaga di depan, belakang, atau dari mana saja. Nah kalau mereka melesatkan tembakan, kena, maka anggota kami akan jadi korban,” kata dia saat ditemui di Politekad, Kamis (3/11/2020).
Sersan Dua Puspito Ady S berfikir untuk membuat suatu alat yang dapat difungsikan untuk meminimalkan jatuhnya korban jiwa di medan pertempuran. Terbesitlah ide membuat robot berbasis kecerdasaan buatan.
Kesulitan Mencari Roda
Selama kurang lebih enam bulan berkutat dengan komponen Omniwhell, raspberry Pi3, sensor ultrasonic HC SR 04, HC-08 Bluetooth, Motor DC, Motor Driver, Arduino Uno, dan Raspberry PI Camera Module V2 untuk dirakit menjadi robot pengintai pada pertempuran kota.
“Kami merancang pada awal bulan Januari 2020 dan rampung pada 19 November 2020. Kesulitannya mencari roda, kami sudah dua kali ganti roda. Akhirnya berfikir roda harus flexibel. Kami temukan roda omni bisa muter, bisa serong, bisa ke segala arah. Kemudian kedua mencari kamera yang cocok dengan Arduino Uno, dan Raspberry,” ucap dia.
Puspito mengatakan, robot buatannya dapat menampilkan gambar situasi sekeliling hingga jarak 100 meter dari posisi pengontrol. Di mana robot ini dikendalikan melalui smart phone berbasis android via wifi.
“Kita standby di luar bisa mengetahui keberadaan musuh di dalam, untuk jarak sebenarnya tergantung dari koneksi wifinya,” ucap dia.
Puspito membeberkan, robot dilengkapi dua kamera yang diletakan di bagian depan dan belakang, serta sensor Ultrasonic dan sensor zero di bagian samping kanan dan kiri guna mendukung program Artificial neural network yang ditanamkan di dalam robot.
Sensor Ultrasonic akan berfungsi jika, saat dijalankan robot menemui benda-benda seperti pohon, dan meja.
“Kami tanamkan juga sensor zero, kalau di medan miring tidak terbalik, karena sensor zero bisa mengatur kesimbangan dan kecepatan
Saat ini, robot buatannya masih terus dikembangkan. Harapannya robot bisa digunakan oleh TNI Angkatan Darat agar mengurangi timbulnya korban pada saat mengerahkan prajurit melakukan pengintaian.
“Kalau nanti dikembangkan dengan jaringan internet tentu bisa menjangkau lebih jauh lagi bahkan sampai satu kota,” ucap dia.
Selain robot pengintai, mahasiswa Politeknik TNI AD lain juga ada yang menciptakan Robot Traktor Autonomous dengan menggunakan metode way point. Perancangnya adalah Sertu Awang Haqi Himawan, Sertu Adi Ardiansyah, Serda Yona Ade Kuasar.
Sertu Sertu Adi Ardiansyah pernah bertugas di Poso pada 2014 silam. Saat itu, Sertu Adi melihat banyak sekali sawah yang tak diurus oleh pemiliknya. Usut, punya usut ternyata pemilik khawatir menjadi korban keberingasan pemberontak.
“Pas saya tanya mereka katanya takut keluar nanti ditembakin dari atas karena banyak pemberontak,” ujar dia.
Sertu Adi Ardiansyah mencoba membuat gagasan menciptakan traktor yang dapat dikendalikan dari jarak jauh lengkap dan dilengkapi dengan senjata.
“Jadi kalau mau membajak sawah bisa dari jauh jadi enggak takut tertembak oleh pemberontak karena dilengkapi dengan senjata juga,” ucap dia.
Sertu Adi Ardiansyah bersama ketiga temamnnya membeli sebuah traktor bekas seharga Rp 14 juta. Kemudian, dimodifikasi sedemikian rapi sehingga memiliki kemampuan hebat.
Traktor dapat dikendalikan dengan jarak jauh, bisa berjalan secara otomatis mengikuti rute yang telah ditentukan. Traktor juga dilengkapi senjata serbu yang sistem penembakan menggunakan remote control.
“Bedanya kalau traktor biasa dikendalikan manual, ini pakai remot dengan SS2-v1 shooter system,” ucap dia.
Dia berharap masyarakat yang tinggal di daerah rawan tidak perlu khawatir untuk mengelolah lahan pertaniaan. “Kami harap mereka menjadi berani bertani dapat,” ucap dia.
Bukan cuma mereka berdua, mahasiswa juga membuat robot tempur CIA, diambil dari nama depan perancangnya yakni Sertu Chandra Herkariswan, Serda Iman Saptiadi, dan Sertu Agung Raharjo.
Robot didesain untuk menembak dan melacak musuh yang digerakan dengan joy stick. Namun, untuk sekarang robot diubah untuk menembakan disinfektan. “Disinfektan disemprotkan secara langsung pakai joy stick,” ucap dia.***
Sumber: liputan6.com
Editor: amran