SumatraTimes.co.id – Hari ini, Kamis, 24 September 2020, Provinsi Kepulauan Riau merayakan Hari Jadi ke-18 tahun.
Setiap tahun, Pemerintah dan masyarakat selalu merayakannya dengan menggelar upacara, do’a dan berbagai kegiatan. Namun, tahun ini, momentum Hari Jadi Provinsi Kepri harus dirayakan di tengah situasi pandemi.
Terlepas dari segala keterbatasan yang ada, peringatan Hari Jadi Provinsi Kepri tetap merupakan satu momen tahunan yang bisa memupuk rasa cinta lebih pada provinsi Negeri Segantang Lada ini.
Lantas, tahukah Anda bagaimana sejarah terbentuknya Provinsi Kepri?
Provinsi ke-32
Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi ke-32 di Indonesia. Provinsi yang berasal dari pemekaran Provinsi Riau ini terbentuk pada tahun 2002.
Pembentukan Kepulauan Riau sebagai provinsi ke-32 di Indonesia ditetapkan oleh DPR RI berdasarkan Undang-undang No. 25 tahun 2002, tepatnya tanggal 24 September 2002.
Melansir situs Dinkes Kepri, secara administratif, Provinsi Kepulauan Riau diresmikan tanggal 1 Juli 2004 dengan Tanjungpinang sebagai ibukota Provinsi.
Lokasi strategis
Terletak di antara Selat Malaka dan Laut Natuna Utara, Provinsi ini berada pada jalur lalu lintas transportasi laut dan udara yang strategis.
Lokasinya juga berada pada tingkat internasional serta centre pasar dunia yang memiliki peluang pasar.
Provinsi ini berbatasan dengan negara Singapura dan Malaysia sebagai pusat bisnis di Asia Pasifik. Sebagai daerah Kepulauan, Provinsi ini memiliki lebih dari 2.408 pulau yang termasuk dalam wilayahnya.
Kendati didominasi lautan, Kepulauan Riau juga memiliki daerah dataran tinggi berupa gunung.
Gunung tersebut adalah Gunung Bintan di Pulau Bintan, dan Gunung Daik di Pulau Lingga. Gunung Daik merupakan gunung tertinggi di Kepri dengan tinggi 1.165 mdpl.
Geografis
Secara geografis, Provinsi Kepulauan Riau berupa daerah kepulauan yang terdiri dari pulau besar dan kecil.
Ada kurang lebih 2.408 buah pulau, di mana sebanyak 366 pulau telah berpenghuni dan 2.402 belum berpenghuni.
Sebagian besar wilayah provinsi Kepulauan Riau dikelilingi oleh laut, sedang daratannya terdiri banyak gugusan pulau.
Adapun luas wilayah keseluruhannya adalah 427.608,68 km2. Seluas 417.012,97 km2 atau sekitar 97,52% terdiri dari lautan, sedang sisanya adalah wilayah daratan seluas 10.595,71 km2 atau 2,48%.
Topografi Kepulauan Riau terdiri dari pesisir dan dataran tinggi. Wilayah dengan variasi topografi tertinggi adalah Kabupaten Lingga.
Adapun yang relatif datar adalah kota Tanjungpinang. Untuk daratan terluas adalah kabupaten Natuna dan yang terkecil adalah kota Tanjungpinang.
Batas wilayah
– Sebelah Utara : Berpatasan dengan Vietnam, Kamboja, Thailand, dan Laut Natuna Utara.
– Sebelah Selatan : Berpatasan dengan Provinsi Bangka Belitung dan Provinsi Jambi
– Sebelah barat: Berpatasan dengan Singapura, dan Malaysia
– Sebelah timur : Berpatasan dengan Sabah (Malaysia Timur) dan Kalimantan Barat
Sejarah
Sebelum berdiri sebagai Provinsi, Kepulauan Riau tergabung dalam Provinsi Riau. Asal usul nama Kepulauan Riau berasal dari nama Riau. Dari nama tempat Hulu Riau di Tanjungpinang.
Riau berasal kata “riuh” yang berarti ramai, yang menandakan kondisi saat itu ramai perdagangan, sehingga suasana menjadi riuh (ramai).
Hal ini dikarenakan daerah Kepulauan Riau dahulunya merupakan pusat perdagangan dan keramaian. Lalu nama ini berkembang dengan digunakannya nama Riau pada nama Kesultanan Lingga.
Pada masa kolonial, kata Riau dituliskan “Riouw”, sesuai dengan ejaan Bahasa Belanda.
Setelah proklamasi kemerdekaan, wilayah Riau (Kepulauan Riau saat ini) disatukan dengan wilayah Kesultanan Siak di daratan Sumatra.
Dahulunya, hal ini dilakukan karena gerakan Ganyang Malaysia sehingga mempermudah hubungan dari wilayah kepulauan ke daratan Sumatra.
Namun, seiring berjalannya waktu, nama Riau digunakan oleh wilayah Kesultanan Siak di daratan Sumatera, sementara Kepulauan Riau memekarkan diri.
Kata kepulauan ditambahkan di depan kata Riau karena sebagian besar wilayahnya berupa lautan atau berbentuk kepulauan.
Masa sejarah di Kepulauan Riau dimulai dengan ditemukannya Prasasti Pasir Panjang di Karimun. Hal ini diduga berhubungan dengan Kerajaan Melayu di Sumatera.
Masa Islam di Kepulauan Riau berkembang dengan berdirinya Kesultanan Johor, Riau, Lingga dan Pahang.
Kesultanan ini berasaskan Melayu Islam dan Islam sendiri dikenal setelah dibawa oleh pedagang dari Gujarat, India, dan Arab.
Sebagai mana daerah lain di Indonesia, masa
Kolonial sangat berpengaruh dalam sejarah Kepulauan Riau.
Setelah masa kemerdekaan, Kepulauan Riau bergabung dengan wilayah Kesultanan Siak di daratan Sumatera sehingga membentuk provinsi Riau.
Dahulunya, Kepulauan Riau juga menggunakan mata uang tersendiri bernama Uang Kepulauan Riau (KR).
Namun secara perlahan, penggunaan mata uang ini dihentikan dan digantikan dengan mata uang Rupiah.
Setelah lama bergabung dengan Riau, Kepulauan Riau akhirnya memutuskan untuk memisahkan diri dengan membentuk Badan Perjuangan Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (BP3KR).
Perjuangan BP3KR akhirnya membuahkan hasil dengan pemekaran provinsi Kepulauan Riau dari Riau pada 24 September 2002.
Daftar Kota dan Kabupaten
Kepulauan Riau terdiri dari 5 kabupaten dan 2 kota yakni :
– Kabupaten Bintan, ibukota Bintan Bunyu
– Kabupaten Karimun, ibukota Tanjung Balai Karimun
– Kabupaten Natuna, ibukota Ranai
– Kabupaten Lingga. ibukota Daik
– Kota Tanjungpinang, ibukota Tanjungpinang
– Kota Batam, ibukota Batam
– Kabupaten Kepulauan Anambas, ibukota Tarempa
Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan pemekaran dari kabupaten Natuna yang terbentuk pada akhir tahun 2008 berdasarkan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2008.***
Sumber: tribunbatam
Editor: amran