JAKARTA –Kepolisian Daerah (Polda) Banten, mencatat gempa magnitudo 6,9 9 skala richter, Jumat (2/8) malam mengakibatkan 139 unit bangunan dan rumah warga rusak.
Kabid Humas Polda Banten Komisaris Besar (Kombes) Pol Edy Sumardi, menyebut jumlah kerusakan rumah itu berdasarkan data terakhir yang masuk ke pihaknya pada Sabtu (3/8) pukul 17.00 WIB.
Edy menambahkan dari jumlah kerusakan rumah akibat gempa itu, rinciannya rusak ringan 121 unit, dan rusak berat 18 unit. Kemudian bangunan lain yang turut rusak, yakni 5 masjid, dan 1 gelanggang 0lah raga (GOR).
Edy menjelaskan lebih detail, kerusakan rumah tersebar di wilayah Pandeglang sebanyak 103 unit, dengan kondisi rusak berat 13 unit, dan rusak ringan 90 unit. Untuk masjid, empat unit rusak ringan. Kemudian pondok pesantren satu unit rusak ringan.
“Ada juga bangunan madrasah Ibtidaiyah satu unit rusak ringan, dan Sekolah Dasar (SD) satu unit rusak ringan,” kata Edy, dikutip dari CNN Indonesia.com.

Kemudian di wilayah Lebak, dengan 31 unit rumah rusak, diantaranya rusak berat 5 unit, dan rusak ringan 26 unit. Lalu masjid dua unit dan Gedung Olah Raga 1 unit.
Sementara di Serang, ada 5 unit rusak ringan. Selanjutnya, di Cilegon satu masjid rusak ringan.
Sebelumnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) korban tewas saat gempa Banten berkekuatan 6,9 magnitudo, Jumat (2/8) lalu bertambah dari empat orang menjadi lima orang.
Korban gempa bermagnitudo 6,9 skala richter (SR) di Provinsi Banten, bertambah menjadi 6 orang.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB, Agus Wibowo, mengatakan satu korban tewas ditemukan di Kabupaten Lebak atas nama Icha (65).
“MD (meninggal dunia) jadi enam. Penyebabnya panic, terus serangan jantung,” ujar Agus Wibowo, saat dihubungi CNNIndonesia.com, Minggu (4/8).
Agus menambahkan di Kabupaten Lebak, juga terdapat 2 korban lainnya. Mereka adalah Sarinah (48) yang juga terkena serangan jantung saat hendak menyelamatkan diri, dan Salam (95), yang meninggal ketika hendak mengungsi ke tempat aman.
Sementara itu, di Kabupaten Pandeglang, tepatnya di Desa Ujung Jaya, Kecamatan Sumur, terdapat satu korban jiwa bernama Sain (40). Agus menuturkan pria tersebut sempat mengalami kepanikan di kebun saat gempa bumi terjadi.
Sementara di Sukabumi terdapat 2 korban jiwa, yakni Ajay (58), yang meninggal disebabkan terpeleset saat mengungsi di rumah saudaranya. Serta seorang pria bernama Ruyani (35), yang meninggal terkena serangan jantung.
Selain korban tewas, BNPB mencatat ada lebih dari 1.000 orang mengungsi. Berdasarkan catatannya, kebanyakan pengungsi berasal dari Lampung. “1.000 orang sudah kembali ke rumah masing-masing,” terang Agus.
Sebelumnya gempa bumi mengguncang perairan Banten, Jum’at (2/8) malam. Awalnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut kekuatan gempa bermagnitudo 7,4 kemudian diperbaharui menjadi 6,9.
BMKG merinci episenter gempa bumi terletak pada koordinat 7,32 derajat Lintang Selatan, dan 104,75 derajat Bujur Timur. Tepatnya berada di laut dengan kedalaman 4,8 km pada jarak 164 km barat daya Kota Pandeglang, Banten.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Agus Wibowo, tak ada korban yang meninggal karena tertimpa reruntuhan bangunan.
“Di Kabupaten Pandeglang ada satu orang meninggal dunia atas nama Bapak Sain, 40 tahun, beralamat di Desa Ujung Jaya, Kecamatan Sumur. Korban mengalami kepanikan di kebun saat gempa bumi,” kata Agus, Sabtu (3/8).
Selain korban tewas, BNPB mencatat ada 1.050 orang mengungsi saat gempa terjadi. Warga yang mengungsi ada di daerah Banten dan Lampung.
Editor : Amran