Sumatratimes.com – Investor pertanyakan kepastian investasi di Kawasan Kurma Riau atau KKR, Kavlingan belum ditanami kurma dan nasabah belum menerima kavlingan.
Investasi kurma di Kabupaten Kampar yang pada saat awal ditawarkan ke masyarakat oleh PT Kawasan Kurma Riau di gadang-gadang akan memberikan untung besar ke investor mulai bermasalah.
Sejumlah konsumen dan juga investor yang telah menyertakan modalnya di perusahaan tersebut dikabarkan mulai bertanya tentang kepastian dari investasi mereka ke perusahaan.
Dua pekan lalu di kabarkan sejumlah investor dari investasi kapling kurma yang ditawarkan PT Kawasan Kurma Riau datang ke kantor perusahaan tersebut menuntut kejelasan hak dan perjanjian yang telah disepakati antara perusahaan dengan investor.
Salah seorang investor bernama Anita menyebut bahwa dirinya merasa sejumlah kesepakatan tidak bisa dipenuhi oleh KKR diantaranya 6 bulan setelah akad akan dilakukan penanaman namun hingga kini lahan kaplingan tersebut tak kunjung ditanami kurma.
Awalnya pas akad, setelah 6 bulan setelah akad lahan akan ditanami 6 pohon kurma, satu jenis KL1, 5 lainnya jenis kurtur jaringan, namun hingga terhitung sudah 2 tahun lahan tak kunjung ditanam, bahkan ada nasabah yang belum mendapatkan kavlingan,” ungkapnya.
Anita berharap pihak perusahaan mengembalikan seluruh uang yang telah dibayarkan apabila tidak berhasil menyediakan pesanan investor.
Selain itu ia berharap adanya pemberhentian cicilan oleh pihak kedua sampai lahan ditanami sesuai akad.
Dikabarkan oleh salah seorang marketing perusahaan yang ada di Kantor PT KKR di Kecamatan Salo, belum lama ini ada investor yang datang ke kantor dan juga mendatangi rumah Direktur PT KKR, Syafrizal yang merupakan legislatif DPRD Kampar.
Tribun Pekanbaru sempat mendatangi kantor PT KKR yang berada ditepi Jalan Lintas Riau – Sumatera Barat di Kecamatan Salo, Rabu (30/10). Dikantor tersebut tidak ditemui pimpinan dari perusahaan tersebut.
Staff dan karyawan yang berada dikantor tersebut enggan memberitahu tentang ada tidaknya nasabah atau investor yang mengeluhkan tentang investasi kawasan kurma tersebut.
Direktur PT KKR, Syafrizal yang sempat dijumpai wartawan beberapa hari lalu sempat bungkam ketika ditanyai tentang bagaimana perkembangan usaha PT KKR dan investasi kurma yang ditawarkan.
Dalam pemasaran investasinya PT KKR menawarkan investasi dengan hasil lebih menguntungkan dari memiliki kebun sawit.
Dalam brosur yang disebarkan perusahaan, pembeli kapling dijanjikan akan mendapatkan Masive Income ratusan juta pertahun dari hasil beberapa batang kurma dari kapling tanah yang dibeli.
Kampar Tetapkan Kawasan Wisata Kurma
Desa Ranah Sungkai Kecamatan XIII Koto Kampar dibentuk jadi Kawasan Wisata Kurma. Kawasan ini jadi tempat perkebunan dan pengembangan kurma serta wisata kurma di Kabupaten Kampar.
Lahan seluas 500 hektare dibuka dan diperuntukkan untuk pengembangan tanaman kurma di Kabupaten Kampar untuk kesejahteraan masyarakat. Lahan ini dikelola oleh PT Kawasan Kurma Indonesia bersama pemerintah Kabupaten Kampar.
Kawasan ini jadi upaya pemerintah bersama dengan Kawasan Kurma Indonesia wilayah Riau dalam mengembangkan perekonomian masyarakat. Saat ini dikawasan tersebut sebagian dari bibit kurma yang ditanam sudah bisa di panen.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kampar, Zulia Dharma, Rabu (27/3) mengatakan kawasan perkebunan kurma ini jadi upaya positif dalam rangka meningkatkan ekonomi masyarakat.
Ia mengatakan kawasan yang dibentuk tersebut selain untuk berinvestasi juga sangat bermanfaat untuk menyerap tenaga kerja yang sudah berjalan, apalagi KKI Riau ini menggunakan konsep syari’ah. Selain itu kawasan ini juga bisa menjadi daerah destinasi wisata terlebih lagi daerahnya tidak jauh dari Danau Rusa.
“Semoga dengan adanya perkebunan ini akan meningkatkan ekonomi masyarakat dan mengurangi pengangguran,” katanya.
Direktur Utama Kawasan Kurma Indonesia Kampar, Syafrizal menjelaskan Kawasan Kurma Riau khususnya Kampar ini Memiliki lahan seluas lebih kurang 500 hektar.
Dari jumlah tersebut lahan yang sudah diolah dan ditanami sampai saat Ini lebih kurang 194 hektar atau 3.579 kapling yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia, Singapore dan Malaysia.
Dari sejumlah bibit yang sudah ditanam berentang usia tanam lebih kurang 1 tahun 4 bulan yang bibit nya berasal dari Thailand. (sumber : tribunpekanbaru.com)
Redakdi : Amran